Ampas hasil dari ekstraksi n-heksana direndam dalam pelarut etil asetat untuk mengekstraksi senyawa yang lebih polar dari ekstrak n-heksana. Maserasi ampas
hasil dari ekstraksi etil asetat menggunakan pelarut metanol untuk mengekstraksi senyawa polar.
Setelah didapatkan hasil maserasi, kemudian dilakukan pemekatan evaporasi dengan rotary evaporator untuk menguapkan pelarut dan air yang
masih tersisa. Pelarut metanol telah diuapkan sehingga dalam penelitian ini kematian larva terjadi karena pengaruh ekstrak tanpa dipengaruhi pelarut
metanol.
38
Berdasarkan penelitian uji toksisitas pelarut metanol 96 dengan konsentrasi 1 terhadap larva Artemia sp terbukti tidak menimbulkan mortalitas
pada larva Artemia sehingga mortalitas murni karena pengaruh ekstrak tumbuhan yang diteliti.
40
Selain itu, pelarut metanol memiliki sifat yang mudah menguap. Pada penelitian ini, daun Garcinia benthami Pierre telah dilakukan
pengeringan sehingga semakin sedikit kadar air yang terdapat dalam sel daun tersebut. Peneliti melakukan pengukuran berat ekstrak kental metanol daun
Garcinia benthami Pierre yang diperoleh dari hasil maserasi.
Tabel 4.1 Data Berat Ekstrak Kental Daun Garcinia benthami Pierre
Nama Simplisia Bobot ekstrak
kental
Ekstrak metanol 15,5 gram
4.2 Hasil Uji Toksisitas dengan Metode BSLT
Larutan ekstrak metanol daun Garcinia benthami Pierre dibuat menjadi 5 konsentrasi, yaitu konsentrasi 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 500 ppm, dan 1000
ppm. Disiapkan pula kontrol negatif hanya air laut dan larva udang tanpa penambahan ekstrak. Tabung kontrol negatif digunakan untuk menguji pengaruh
lain diluar ekstrak uji seperti kondisi air laut, yang dapat menyebabkan kematian larva.
Uji toksisitas ini diteliti sebanyak 3 kali perlakuan dan pada masing- masing perlakuan dikerjakan 3 kali pengulanganreplikasi triplo untuk
mendapatkan keakuratan data dan memperoleh data yang baik. Apabila dilakukan hanya satu kali, mungkin dapat terjadi kesalahan dan tidak ada data lain yang
36
dapat digunakan. Dalam setiap konsentrasi masing-masing ekstrak, digunakan sepuluh larva udang Artemia salina Leach berumur 48 jam sebagai hewan uji.
Jumlah kematian larva Artemia salina Leach pada setiap tabung reaksi dalam berbagai konsentrasi perlakuan ekstrak daun Garcinia benthami Pierre
ditunjukkan pada tabel 4.2. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa adanya pengaruh yang berbeda berkaitan dengan berbagai konsentrasi ekstrak
terhadap kematian larva Artemia salina Leach. Ekstrak merupakan bahan yang mengandung campuran komponen kimia dari suatu tumbuhan yang terlarut dalam
pelarut yang digunakan. Jenis ekstrak menunjukkan banyaknya jenis senyawa kimia yang terlarut di dalamnya dan berkaitan dengan bahan aktif biologik yang
terlarut.
7
Hasil penelitian seperti yang disajikan pada tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Garcinia benthami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach.
Perlakuan ke- Angka Kematian Larva
Artemia salina Leach dari 10 Larva Kontrol
negatif Konsentrasi ekstrak pada tabung uji ppm
5 10
20 50
100
1 1
2 4
5 2
1 1
3 4
6 3
1 2
5 5
Total kematian 1
3 7
13 16
Rata-rata kematian 0.333
1.000 2.333
4.333 5.333
0.000 Persen kematian
3.333 10.000
23.333 43.333
53.333 0.000
Standar deviasi 0.577
0.000 0.577
0.577 0.577
0.000
Jumlah total larva dalam tiap konsentrasi dengan tiga kali replikasi adalah 30 ekor. Jumlah total larva Artemia salina Leach yang digunakan seluruhnya
adalah 180 ekor larva. Menjumlahkan larva yang mati pada setiap konsentrasi untuk menghitung total kematian.
Pelaksanaan uji dilakukan dengan konsentrasi ekstrak yaitu 1000 ppm, 500 ppm, 200 ppm, 100 ppm, dan 50 ppm, yang diencerkan dengan menambahkan 5
37
mL air laut terlebih dahulu ke dalam masing-masing tabung uji, kemudian baru dimasukkan larva udang yang telah berumur 48 jam ke dalam seri tabung uji
masing-masing sebanyak 10 ekor dan meneteskan 1 mL ekstrak ke dalam tabung uji. Menambahkan air laut hingga volume dalam masing-masing tabung menjadi
10 mL sehingga konsentrasi ekstrak yang terdapat di dalam tabung uji menjadi 100 ppm, 50 ppm, 20 ppm, 10 ppm, dan 5 ppm.
Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Metanol Daun Garcinia benthami Pierre Terhadap Kematian Larva Artemia salina Leach.
Berdasarkan grafik, didapatkan jumlah kematian larva terbanyak yaitu pada konsentrasi 100 ppm. Hasil yang didapatkan sesuai dengan teori, yaitu
semakin tinggi konsentrasi ekstrak menyebabkan semakin tinggi pula jumlah kematian larva yang menunjukkan semakin tinggi sifat toksiknya.
32
Rata-rata kematian larva diperoleh dengan membagi total kematian larva pada tiap konsentrasi dengan jumlah replikasi yang dilakukan yaitu tiga kali.
Kemudian dihitung persentase kematian larva dari rata-rata kematian pada tiap konsentrasi dikali 100.
38
Artemia salina Leach digunakan dalam metode BSLT karena memiliki kesamaan tanggapanrespon dengan mamalia, misalnya DNA dependent RNA
polimerase.
29
Pada penelitian ini menggunakan fase larva karena pada saat itu Artemia salina Leach membelah secara mitosis yang identik dengan sel kanker
yang juga membelah secara mitosis. Hal ini menyebabkan uji BSLT sering
38
digunakan sebagai uji pendahuluan aktivitas antikanker yang bersifat sitotoksik. Aktivitas sitotoksik adalah aktivitas yang dapat menyebabkan kematian pada sel.
38
Berdasarkan morfologinya, larva Artemia salina Leach berumur 48 jam sudah mulai mempunyai mulut dan saluran pencernaan serta cadangan
makanannya sudah mulai habis sehingga larva mulai mencari makan. Larva berumur 48 jam paling sensitif terhadap suatu zat yang dimasukkan, berbeda
dengan larva berumur 24 jam yang belum mempunyai saluran pencernaan sehingga ekstrak atau senyawa luar tidak dapat diabsorbsi oleh larva.
29
Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan hewan coba larva Artemia salina Leach
berumur 48 jam. Genus Garcinia mengandung senyawa flavonoid yang dapat menghambat
daya makan larva sebagai stomach poisoning atau racun perut. Mekanisme kematian larva dikarenakan senyawa tersebut masuk ke dalam tubuh larva
sehingga mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga tidak mampu mengenali makanannya. Senyawa ini menghambat reseptor perasa pada
daerah mulut larva sehingga larva mati kelaparan.
38
Untuk memastikan apakah larva tersebut benar-benar mati, peneliti melakukan uji dengan cara menambahkan volume air laut ke dalam masing-
masing tabung sehingga konsentrasi ekstrak dalam tabung berkurang dan selanjutnya diamati selama 24 jam untuk memastikan apakah jumlah larva yang
hidup dan mati sama dengan hasil perhitungan sebelumnya yaitu saat 24 jam setelah pemberian ekstrak.
Sebenarnya terdapat uji yang lazim digunakan untuk mengetahui kematian sel atau larva yaitu dengan pewarnaan menggunakan trypan blue 0,4 kemudian
diamati dibawah mikroskop.
41
Larva yang mati akan berwarna biru karena membran pada larva telah rusak sehingga memudahkan trypan blue terserap oleh
larva yang mati. Uji ini tidak dilakukan oleh peneliti karena keterbatasan waktu untuk memperoleh trypan blue.
Pada penelitian ini tidak dilakukan uji kontrol positif dengan menggunakan obat anti kanker seperti doxorubicin atau methotrexat untuk
membandingkan potensi toksisitasnya, dikarenakan keterbatasan waktu untuk memperoleh obat anti kanker tersebut.
39
4.3 Penetapan Nilai LC