Larva Udang Artemia salina Leach

2.1.8 Larva Udang Artemia salina Leach

Artemia salina Leach merupakan hewan uji brine shrimp udang laut, sejenis udang-udangan primitif dan hidup sebagai zooplankton. Artemia pada tahun 1778 diberi nama cancer salinus yang kemudian diubah namanya oleh Leach pada tahun 1819 menjadi Artemia salina. Hewan ini diperdagangkan dalam bentuk telur istirahat yang disebut kista, berbentuk bulat kecil berwarna kelabu kecoklatan dengan diameter 200-300 µm. 23 Kista Artemia dapat diperoleh dari San Francisco Bay California, USA, Great Salt Lake Utah, USA, Tsingtao China atau Burgas-Pomorije Bulgaria. 28 Klasifikasi Morfologi Artemia salina Leach 29 Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Classis : Crustaceae Subclassis : Branchiopoda Ordo : Anostraca Famili : Artemiidae Genus : Artemia Species : Artemia salina Leach Siklus hidup udang Artemia salina secara umum dapat dilihat dalam tiga fase yaitu bentuk telur, larva nauplii dan artemia dewasa. Telur berbentuk bulat dengan ukuran 0,2-0,3 mm. Selanjutnya telur akan menetas menjadi larva. Telur yang baru menetas ini berukuran kurang lebih 300 µ. Sebelum berubah menjadi artemia dewasa, larva mengalami 15 kali perubahan bentuk dalam satu tingkatan hidup. Waktu yang dibutuhkan hingga menjadi artemia dewasa umumnya sekitar 2 minggu. Pada fase artemia dewasa, berbentuk silinder dengan panjang 12-15 mm dan tubuh terbagi atas bagian kepala, dada dan perut. Hewan ini dapat bertahan hidup dalam air dengan suhu 25 o -30 o C, perairan yang berkadar garam tinggi antara 15-30 permil, oksigen terlarut sekitar 3 mgL,dan pH sekitar 8-9. 29 18 Gambar 2.5 Siklus hidup Artemia salina Leach Sumber : Mudjiman, A. Udang renik air asin. Jakarta : Bhrata Karya Aksara;1995. Tahapan penetasan Artemia yaitu tahap hidrasi, tahap pecah cangkang, dan tahap payung atau pengeluaran. Tahap hidrasi terjadi penyerapan air sehingga kista dalam bentuk kering akan menjadi bulat dan aktif bermetabolisme. Tahap pecah cangkang dan kemudian tahap pengeluaran yang terjadi beberapa saat sebelum nauplii keluar dari cangkang. Artemia yang baru menetas disebut nauplii, berwarna orange dan berbentuk bulat lonjong. 23 Gambar 2.6 Tahap penetasan telur Artemia Sumber :Baraja M. Uji toksisitas ekstrak daun Ficus elastica Nois ex Blume terhadap larva Artemia salina Leach dan profil kromatografi lapis tipis. [Skripsi]. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta;2008. 19 Di dalam air laut yang bersuhu 25 o C, telur-telur yang kering direndam dan akan menetas dalam waktu 24-36 jam. Setelah telur menetas, maka menjadi larva yang juga disebut dengan istilah nauplius. Larva akan mengalami 15 kali perubahan bentuk metamorfosis. Larva tingkat I dinamakan instar, tingkat II instar II, tingkat III Instar III, demikian seterusnya sampai Instar XV. Setelah itu, baru berubah menjadi artemia dewasa. 29 Gambar 2.7. Larva Artemia salina Leach setelah menetas A 24 jam, B 48 jam, C 72 jam. Sumber : Biological Research Articles “Chronic toxicity bioassay with populations of the crustacean Artemia salina exposed to the organophosphate diazinon ”. Laboratory of Biology of Reproduction, School of Medicine, University of Chile, Santiago. Larva yang baru saja menetas atau tingkat instar I, berbentuk bulat lonjong dengan panjang sekitar 400 mikron 0,4 mm dan beratnya 15 mikrogram. Nauplius instar II panjangnya sekitar 0,6 mm, sedangkan nauplius instar III sudah sepanjang 0,7 mm. Warna tubuhnya kemerah-merahan karena masih banyak mengandung makanan cadangan sehingga belum perlu makanan. Anggota badannya terdiri dari antenula atau antena I dan sepasang antena II. Dibagian depan diantara kedua antena I terdapat bintik merah yang merupakan mata larva oselus. 29 Gambar 2.8 Bagian tubuh larva Artemia salina Leach Sumber :http:www.ecotao.co.zahtmlartemia.html 20 Pada pangkal antena II terdapat bentuk seperti duri yang menghadap ke belakang dan dinamakan gnotobasen seta, merupakan ciri khusus untuk membedakan larva instar I, instar II dan instar III. Pada larva instar I, gnotobasen setanya masih belum berbulu dan juga belum bercabang. Sekitar 24 jam setelah menetas, larva akan berubah menjadi instar II dimana gnotobasen setanya sudah berbulu tetapi masih belum bercabang. Sedangkan pada instar III, gnotobasen setanya sudah berbulu dan bercabang. 29 Gambar 2.9 Karakteristik morfologi larva Artemia tingkat instar I, II, dan III Sumber : Panjaitan RB. Uji toksisitas akut ekstrak kulit batang pulasari Alyxiae cortex dengan metode brine shrimp lethality test. [Skripsi]. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma; 2011. Pada tingkatan instar II, larva mulai mempunyai mulut dan saluran pencernaan sehingga mereka mulai mencari makan untuk memenuhi cadangan makanan yang mulai berkurang. Pengumpulan makanan dilakukan dengan cara menggerakkan antena II-nya. Selain itu, antena II juga berfungsi untuk pergerakan larva. Tubuh instar III lebih panjang dibandingkan instar I dan instar II. 29 Pada tingkatan instar selanjutnya, mulai terbentuk sepasang mata majemuk. Selain itu, dibagian samping tubuhnya kanan dan kiri juga mulai tumbuh tunas kakinya yang disebut torakopada. Awalnya tumbuh dibagian depan kemudian diikuti oleh bagian-bagian yang lebih ke belakang. Setelah menjadi instar XV, sudah memiliki kaki lengkap sebanyak 11 pasang sehingga berakhirlah fase larva dan berubah menjadi artemia dewasa. 29 Artemia sering digunakan sebagai hewan uji untuk skrining aktivitas antikanker di National Cancer Institute NCI, Amerika Serikat. Artemia salina 21 Leach digunakan dalam metode BSLT karena memiliki kesamaan tanggapanrespon dengan mamalia, misalnya DNA-dependent RNA polymerase serupa dengan yang terdapat pada mamalia dan organisme yang memiliki ouabaine sensitive Na + dan K + dependent ATPase. Jika RNA polimerase dihambat, maka DNA tidak dapat mensintesis RNA dan RNA tidak dapat terbentuk sehingga sintesis protein juga dihambat. Protein merupakan komponen utama sel yang berfungsi sebagai unsur struktural, hormon, imunoglobulin dan berperan dalam transport oksigen. Jika protein tidak terbentuk maka metabolisme sel terganggu dan pada akhirnya dapat menyebabkan kematian sel. Apabila suatu senyawa menganggu kerja sistem pada Artemia dan menyebabkan kematian Artemia, maka senyawa tersebut bersifat toksik dan dapat mematikan sel mamalia. 29 Artemia memiliki respon stress yang sama dengan manusia, yaitu respon perilaku dan fisiologis terhadap stressor lingkungan. 30

2.1.9 Metode BSLT Brine Shrimp Lethality Test

Dokumen yang terkait

Uji toksisitas akut ekstrak metanol daun laban abang (aglaia elliptica blume) terhadap larva udang (artemia salina leach) dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

4 23 58

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etil Asetat Daun Garcinia benthami Pierre dengan Metode Braine Shrimp Lethality Test (BSLT)

1 29 67

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) Terhadap Larva Artemia salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

3 23 78

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Laban Abang (Aglaia elliptica Blume) Terhadap Larva (Artemia salina Leach) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

0 26 58

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum canum Sims) Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

1 14 64

Uji Toksisitas Akut Ekstrak nheksan Daun Garcinia benthami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 5 63

Uji toksisitas akut ekstrak metanol buah phaleria macrocarpa (scheff) boerl terhadap larva artemia salina leach dengan metode brine shrimp lethality test (BSLT)

1 12 70

Uji toksisitas akut ekstrak metanol daun annona muricata l terhadap larva artemia salina leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

3 54 69

UJI TOKSISITAS EKSTRAK DAUN Plantago lanceolata L. TERHADAP LARVA Artemia salina Leach. DENGAN METODE Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).

0 0 14

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Buah Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 1 70