Dapat terjadi akumulasi efek toksik apabila ada paparan berikutnya yang menimbulkan kerusakan dengan sifat sama.
menimbulkan zat racun yang sangat sukar dieliminasi. paparan dengan takaran sangat kecil dalam jangka panjang akan
menimbulkan efek toksik yang sama efektifnya dengan efek pada paparan dosis besar jangka pendek.
2.1.6 Uji Toksisitas Akut
Tujuan memahami toksikologi yaitu agar dapat menilai keamanan suatu zat yang akan kita gunakan dalam pengobatan. Efek berbahaya yang terjadi segera
setelah terpapar suatu zat tunggal atau kombinasi zat sekali atau beberapa kali dalam waktu yang singkat merupakan pengertian dari toksisitas akut. Makna akut
menunjukkan bahwa efek berbahaya yang terjadi segera setelah terpapar dosis tunggal atau berulang dalam waktu 24 jam. Toksisitas atau efek berbahaya yang
ditimbulkan dapat menyebabkan gangguan fungsional, biokimiawi, atau fisiologis struktural.
19
Pengujian yang dilakukan untuk mengukur derajat efek suatu senyawa yang diberikan pada hewan coba tertentu dan pengamatan dilakukan pada 24 jam
pertama setelah perlakuan yang dilakukan dalam satu kesempatan saja disebut sebagai uji toksisitas akut, yang data kuantitatifnya dapat diperoleh melalui LD
50
atau LC
50
.
22
Dosis atau konsentrasi yang diberikan sekali tunggal atau beberapa kali dalam 24 jam dari suatu zat yang secara statistik diharapkan dapat mematikan 50
persen hewan coba disebut sebagai LD
50
median lethal dose atau LC
50
median lethal concentration.
19
Perbedaan istilah untuk menyatakan toksisitas suatu zat : a Lethal Dose LD
menyatakan jumlah zat yang masuk ke dalam tubuh organisme atau hewan coba yang menyebabkan respon berupa kematian hewan coba. Tujuannya
untuk mencari dosis aman menggunakan LD
50
.
19
b Lethal Concentration LC menyatakan konsentrasi zat yang berada di luar tubuh organisme atau hewan
coba yang menyebabkan respon berupa kematian hewan coba. Pada
13
umumnya, semakin besar nilai LC
50
maka semakin rendah toksisitasnya. Namun sebaliknya, semakin kecil nilai LC
50
maka semakin toksik senyawa tersebut.
19
2.1.7 Metode Ekstraksi Simplisia
Simplisia merupakan bahan alam yang digunakan sebagai obat dan belum mengalami pengolahan kecuali dinyatakan berupa bahan yang telah dikeringkan.
Simplisia yang berasal dari tanaman utuh, bagian tanaman, dan eksudat tanaman dengan tingkat kehalusan tertentu disebut simplisia nabati.
23
Proses ekstraksi merupakan suatu kegiatan untuk menarik kandungan senyawa kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat
larut dengan menggunakan pelarut cair. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat dilakukan dengan cara dingin atau cara panas.
2
Metode ekstraksi cara dingin yaitu dalam pengerjaannya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung, tujuannya untuk menghindari
rusaknya senyawa. Dalam melakukan ekstraksi, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut :
5
a Tipe ekstraksi
b Jumlah simplisia yang akan diekstrak
c Derajat kehalusan simplisia
Semakin halus, maka luas kontak permukaan akan semakin besar sehingga mengoptimalkan proses ekstraksi.
d Jenis, konsentrasi, dan polaritas pelarut
Senyawa yang memiliki kepolaran yang sama akan lebih mudah tertarik atau larut dengan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang sama.
Pada ekstraksi terjadi pemisahan suatu zat dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut yang didasarkan karena adanya perbedaan kelarutan.
Ekstrak dapat berupa ekstrak kental, padat atau cair dengan cara menyaring simplisia. Prosedur umum untuk mendapatkan kandungan senyawa organik dari
jaringan tumbuhan kering galih, biji kering, akar, daun yaitu dengan mengekstraksi serbuk bahan.
24
14
Ada dua cara metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut : 1. Cara dingin
a. Maserasi Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan cara perendaman
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Metode ini paling sesuai digunakan
untuk simplisia dengan zat khasiat yang tahan pemanasan atau tidak tahan pemanasan.
5
b. Perkolasi Perkolasi adalah proses ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
terjadi pengekstrakan sempurna exhaustive extraction yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Metode ini dengan cara melewatkan
pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu perkolator.
2
Proses perkolasi : Pengembangan bahan
Tahap maserasi antara Tahap perkolasi sebenarnya penetesan atau penampungan ekstrak
Pelarut yang digunakan tidak mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa kimia dalam simplisia dengan baik. Dalam teknik ini, dibutuhkan
jumlah pelarut yang lebih banyak.
23
2. Cara panas a. Refluks
Refluks adalah proses ekstraksi dengan menggunakan alat pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang
relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Metode ini digunakan untuk mengektraksi bahan-bahan yang tahan terhadap pemanasan dan
bahan yang memiliki tekstur kasar.
2
b. Digesti Digesti adalah proses pengekstrakan dengan pengadukan terus-menerus
atau disebut maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada temperatur lebih tinggi daripada temperatur ruangan, yaitu umumnya
pada temperatur 40-50°C.
2
15
c. Soxhlet Soxhlet yaitu proses ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru dan
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ektraksi terus-menerus dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dan adanya pendingin balik.
2
c. Infudasi Infudasi adalah proses ekstraksi yang umum digunakan untuk
mengekstraksi zat kandungan aktif yang larut dalam air. Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstrak simplisia dengan air pada
suhu 90 C selama 15 menit.
23
d. Dekoktasi Dekoktasi adalah metode infudasi dengan waktu yang lebih lama
≥ 30 C
dan temperatur sampai mencapai titik didih air.
2
Penentuan zat aktif dari bahan tanaman sebagian besar tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi. Pelarut yang digunakan
umumnya dibedakan berdasarkan tingkat kepolaran sehingga dapat diketahui sifat kepolaran dari senyawa yang terkandung.
5
Pelarut n-heksana digunakan untuk menarik lemak dan senyawa non polar. Senyawa non polar akan larut dalam pelarut yang non polar. Pelarut etil asetat
untuk menarik senyawa bersifat semi polar. Pelarut metanol untuk menarik senyawa polar. Senyawa polar akan larut dalam pelarut bersifat polar.
2
Komponen zat aktif tumbuhan yang dapat diekstraksi dengan pelarut metanol diantaranya
terpenoid, saponin, tanin, flavones, phenones, dan polyphenols.
5
Dilakukan pengukuran berat masing-masing ekstrak yang diperoleh dari hasil maserasi bertingkat. Persentase rendemen ekstrak dapat dihitung dengan
rumus:
2
Rendemen = Berat ekstrak gram x 100 Berat simplisia awal gram
Metode maserasi memiliki keuntungan karena pengerjaannya mudah dan sederhana. Dengan menggunakan metode maserasi, maka terjadi pemisahan
komponen aktif dalam bahan yang memiliki kelarutan yang sama dengan pelarut yang digunakan.
Sifat pelarut yang akan digunakan bergantung pada polaritas,
16
stabil secara fisika dan kimia, toksisitas, kemudahan menguap, reaktivitas, ketersediaan, dan harga.
23
Metanol adalah bentuk alkohol paling sederhana dengan rumus kimia yaitu CH
3
OH dan dikenal dengan nama lain metil alkohol, metal hidrat, metil karbinol, atau spiritus. Pada keadaan atmosfer, metanol berbentuk cairan yang ringan,
mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar dan berbau yang khas berbau lebih ringan daripada etanol. Metanol biasanya dimanfaatkan sebagai bahan
pendingin anti beku, pelarut, dan bahan bakar.
25
Sifat Fisik dan Kimia Metanol
Massa molar : 32,04 grammol
Wujud : Cairan tidak berwarna
Specific gravity : 0,7918
Titik leleh : -97
C, -142,9 F, 176 K
Titik didih : 64,7
C, 148,4 F, 337,8 K
Kelarutan dalam air : Sangat larut
Keasaman pK
a
: ~15,5
Gambar 2.3 Sifat – sifat fisika dan kimia metanol
Sumber : Per ry RH, Green DW. Perry’s chemical engineering handbook. 6th ed.
New York : McGraw Hill Book Company, Inc;1984.
Di dalam tubuh, metanol akan dimetabolisme di hati oleh enzim Alkohol Dehidrogenase DHA menjadi formaldehide dan selanjutnya oleh enzim
Formaldehide dehidrogenase FDH diubah menjadi asam format. Kedua hasil metabolisme tersebut merupakan zat beracun bagi tubuh terutama asam format.
26
Adanya korelasi antara konsentrasi asam format dalam cairan tubuh dengan terjadinya keracunan metanol. Berat ringannya gejala akibat keracunan
metanol tergantung dari jumlah kadar metanol yang tertelan. Dosis toksik minimum kadar keracunan minimal metanol sekitar 100 mgkg dan dosis fatal
keracunan metanol diperkirakan 20 – 240 mL 20 – 150 g.
27
Alkohol Formaldehide
tetrahidrofolate- dehidrogenase dehidrogenase
dependent pathway CH
3
-OH O=CH
2
O=CH-OH CO
2
+H
2
O Metanol
Formaldehide Formate
Gambar 2.4 Metabolisme metanol
Sumber : Barile FA.Clinical toxicology: principles and mechanisms.Florida:CRC Press LLC;2004. 17
2.1.8 Larva Udang Artemia salina Leach