produk yang berada dalam transit dan produk yang rusak. Jadi produk yang ada pada DC adalah jumlah produk yang tersedia untuk dikirim.
b. Safety stock
Safety stock adalah persediaan pengaman yang digunakan untuk memproteksi keadaan apabila penjualan melebihi apa yang diramalkan.
c. Lead time
Lead time adalah waktu yang dibutuhkan untuk melepaskan suatu order sampai waktu order diterima di distribusi. Lead time distribusi dimulai
saat menentukan kebutuhan untuk sebuah penambahan replenishment sampai saat inventory yang dibutuhkan diterima.
d. Order quantity
Order quantity adalah jumlah produk yang telah ditentukan untuk dikirim. Contoh Diagram Aliran DRP dapat dilihat pada Gambar 3.2
Central Supply Facility Montreal DC
New York DC
On Hand: 225 Forecast: 115week
Order Point: 345 Order Quantity: 900
Lead Time: 2 weeks On Hand: 164
Forecast: 47week Order Point: 141
Order Quantity: 500 Lead Time: 2 weeks
On Hand: 350 Forecast: 125week
Order Point: 375 Order Quantity: 1000
Lead Time: 2 weeks
Chicago DC
Manufacturing Level
Raw Material
Gambar 3.2 Diagram Aliran DRP 3.2.3 Input DRP dalam Lingkungan Manufaktur
Input ke dalam proses DRP berisi informasi yang menjawab empat pertanyaan untuk logistic. Input ini diterima oleh sistem DRP, DRP menjawab
pertanyaan logistik terakhir dan dibagikan pada input manufaktur melalui proses
Sales Operation Planning SOP dan penjadwalan induk produksi seperti terlihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Pertanyaan Logistik untuk Menentukan Input Pertanyaan Logistik
Jawaban yang diperoleh
Apa yang dilakukan Dalam waktu dekat: order entry
Jangka panjang: ramalan penjualan Dimana akan dilakukan
Bill of distribution Apa yang diinginkan dalam pemesanan
Open Purchase Orders POs Open Manufacturing Orders MOs
Apa yang diperoleh DRP menentukan jawabannya dan lolos
ke SOP dan MPS
Gambar DRP Management Process dapat dilihat pada Gambar 3.3
DRP
Bill-of distribution Forecasting
Inventory Control Open PO’s MO’s
Transportation planning DRP Scheduling scheduling
Realistis ? yes
Sales Operations
Planning Make Buy
MPS Purchase atau
Inventory planning
= kunci masukan yang menghubungkan
= DRP plans schedules kunci output
yang menghubungkan No
Gambar 3.3 DRP Management Process
Total dari DRP merupakan tuntutan dari seluruh sistem logistik. Pekerjaan dari sumber pasokan manufaktur adalah untuk merencanakan produksi sehingga
tuntutan dari logistik dapat dipenuhi.
3.2.4 Sumber-Sumber Perubahan yang Mempengaruhi Rencana DRP
5
Beberapa perubahan yang mungkin akan mempengaruhi rencana DRP adalah:
1. Kesalahan peramalan
2. Perbaikan-perbaikan peramalan
3. Variasi waktu tunggu
4. Kehilangan atau kerusakan dari inventori
5. Pemogokan karyawan atau pekerja
3.2.5 Keuntungan dari Sistem DRP
Beberapa keuntungan dari sistem DRP yaitu: 1.
Ongkos pengiriman dalam kuantitas besar pada interval relatif tidak sering adalah memadai
2. Perencanaan berdasarkan kebutuhan dimasa yang akan datang dan mampu
mempertahankan stok pengaman total yang lebih rendah dalam sistem distribusi secara keseluruhan
3. Memberikan informasi yang dibutuhkan untuk manajemen sistem distribusi
dan sistem produksi secara efektif dalam alokasi inventori dan kapasitas produksi, untuk meningkatkan pelayanan pelanggan dan mengurangi
investasi inventori
4.
Meningkatkan tanggung jawab kepada pelanggan customers
5
Op.cit. Vincent Gaspersz
.
3.3 Manajemen Persediaan
6
3.3.1 Model Probabilistik Q
Sebagaimana model probabilistic sederhana, permasalahan kebijakan inventori yang akan dipecahkan dengan model inventori probabilistik Q model
Q berkaitan dengan penentuan besarnya stok operasi operation stock dan cadangan pengaman safety stock. Secara lebih spesifik permasalahan pokok ini
dijabarkan kedalam tiga pertanyaan dasar yang akan menjadi fokus untuk dijawab didalam model ini, yaitu :
1. berapa jumlah barang yang akan dipesan untuk setiap kali pemesanan
dilakukan q
o
? 2.
kapan saat pemesanan dilakukan r? 3.
berapa besarnya cadangan pengaman ss? Pertanyaan pertama berkaitan dengan penentuan besarnya ukuran lot pemesanan
yang ekonomis q
o
: economic order quantity dan pertanyaan kedua berkaitan dengan penentuan indikator saat pemesanan ulang dilakukan reorder point,
sedangkan pertanyaan ketiga terkait dengan besarnya inventori yang harus disediakan dalam rangka meredam fluktuasi permintaan yang tidak beraturan.
Formulasi model Q diturunkan berdasarkan sejumlah asumsi serta mekanisme tertentu. Selain itu model Q juga memiliki karakteristik khusus yang
mencirikan model ini dibandingkan dengan model – model lainnya.
6
Senator Nur Bahagia. Sistem Inventori. Bandung: Penerbit ITB. 2006
3.3.2 Karakteristik Model Q
Karakteristik kebijakan persediaan model Q ditandai oleh dua hal mendasar sebagai berikut:
1. Besarnya ukuran pemesanan q
o
selalu tetap untuk setiap kali pemesanan dilakukan.
2. Pemesanan dilakukan apabila jumlah persediaan yang dimiliki telah mencapai
suatu tingkat tertentu r yang disebut titik pemesanan kembali reorder point.
Karena permintaan probabilistik tidak tetap sedangkan ukuran pemesanan q
o
selalu tetap maka interval waktu antara saat pemesanan berubah-ubah variabel. Disamping itu tampak juga adanya suatu periode waktu tertentu
dimana kemungkinan barang tidak ada di gudang atau terjadi kekurangan inventori out of stock. Dalam model Q, kekurangan persediaan hanya mungkin
terjadi selama waktu ancang-ancang saja L, karena itu cadangan pengaman yang diperlukan hanya digunakan untuk meredam fluktuasi kebutuhan selama waktu
ancang-ancang tersebut. Penentuan besarnya persediaan pengaman ss akan dilakukan dengan
mencari keseimbangan antara tingkat pelayanan dan biaya persediaan yang ditimbulkan. Untuk mengatasi kondisi kekurangan persediaan dapat ditempuh
melalui dua cara sebagai berikut: 1.
Pemesanan ulang back order, yaitu melakukan pemesanan darurat untuk memenuhi kekurangan tersebut, dimana biaya yang ditimbulkan biasanya
lebih mahal dari pemesanan normal. Kondisi back order ini bisa terjadi
dalam pasar yang sifatnya monopolistik atau pemakai mau menunggu sampai barang tersedia.
2. Kehilangan penjualan lost sales, yaitu membiarkan pelanggan tidak
terpenuhi pemesanannya.
3.4 Peramalan
7
Peramalan merupakan bagian awal dari suatu proses pengambilan suatu keputusan. Sebelum melakukan peramalan harus diketahui terlebih dahulu apa
sebenarnya persoalan dalam pengambilan keputusan itu. Peramalan adalah perkiraan terhadap suatu besaran, misalnya permintaan terhadap satu atau
beberapa produk pada periode yang akan datang. Pada hakekatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan guess,
tetapi dengan menggunakan teknik-teknik tertentu, maka peramalan menjadi lebih sekedar perkiraan. Peramalan dapat dikatakan perkiraan ilmiah educated guess.
Setiap pengambilan keputusan yang menyangkut keadaan di masa yang akan datang, maka pasti ada peramalan yang melandasi pengambilan keputusan
tersebut.
3.4.1 Prinsip-prinsip Peramalan
8
7
Rosnani Ginting. Sistem Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2007
8
Sukaria Sinulingga. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009