Perencanaan Pendistribusian Produk Dengan Menggunakan Metode Distribution Resource Planning dan Savings Matrix Pada PT. Tirta Sibayakindo

(1)

`


(2)

`

Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Uraian tugas dan tanggung jawab untuk masing-masing jabatan pada PT. Tirta Sibayakindo adalah sebagai berikut:

1. Plant Manager

Plant Manager sebagai pimpinan tertinggi dalam perusahaan mempunyai

wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Menentukan garis besar kebijaksanaan umum dan program kerja perusahaan.

b. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan produksi secara umum. c. Mengatur dan mengawasi tugas - tugas tiap kepala bagian dan menjalin

hubungan kerja dengan baik.

d. Bertanggung jawab kepada pimpinan pusat melalui VIP, Industrial dalam mencapai target perusahaan.

e. Merencanakan, mengarahkan, menganalisis, mengevaluasi dan menilai kegiatan - kegiatan yang berlangsung pada perusahaan, khususnya yang berkaitan dengan produksi agar sesuai dengan spesifikasi dan standar mutu yang telah ditentukan.

2. CSR

a. Bertanggung jawab kepada Plant Manager.

b. Merencanakan program pembangunan sosial masyarakat yang mampu menggali potensi masyarakat sehingga menjadi modal sosial perusahaan untuk maju dan berkembang.


(3)

`

d. Membangun citra perusahaan sebagai perusahaan yang ramah dan peduli akan masalah – masalah sosial.

3. Plant Administrator

a. Bertanggung jawab kepada Plant Manager.

b. Bertanggung jawab atas validitas standar operasional dan pelaksanaan sistem mutu perusahaan.

c. Mengatur serta memastikan kegiatan pengembangan sistem mutu perusahaan secara berkala dengan baik.

4. Logistic Manager

a. Bertanggung jawab kepada Plant Manager.

b. Menerima hasil produksi dari departemen produksi dan membuat berita acara yang sah.

c. Membuat laporan tentang penerimaan dan pengeluaran serta keadaan persediaan pada waktu tertentu.

d. Menganalisis keadaan persediaan untuk menentukan jumlah persediaan yang minimum dan jumlah pesanan yang ekonomis.

e. Bertanggung jawab atas seluruh pengadaan bahan - bahan yang diperlukan yang menyangkut produksi maupun peralatan administrasi produksi. f. Menentukan barang yang akan dibeli apakah sesuai dan membuat pesanan

sesuai dengan pemakaian dan penggunaan.

g. Memeriksa barang yang akan dibeli apakah sesuai dengan spesifikasi dan menjaga barang tersebut di gudang.


(4)

`

5. Head of Quality Control & Laboratory

a. Bertanggung jawab kepada Plant Manager.

b. Bertanggung jawab dan mengatur kegiatan laboratorium atas pengembangan dan kelangsungan produksi.

c. Memeriksa dan menguji hasil produksi agar mutu yang ditetapkan oleh perusahaan dapat dipenuhi.

6. Head of Production for 240 ml & Gallon a. Bertanggung jawab kepada Plant Manager.

b. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan dan kelancaran operasional produksi air minum kemasan cup 240 ml dan kemasan gallon.

c. Menjalin hubungan dengan departemen lain untuk kelancaran proses produksi air minum kemasan cup 240 ml dan kemasan gallon.

d. Membuat laporan tentang rencana dan hasil produksi air minum kemasan cup 240 ml dan kemasan gallon.

e. Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan produksi air minum kemasan cup 240 ml dan kemasan gallon untuk mengetahui kekurangan dan penyimpangan yang terjadi sehingga dapat dilakukan perbaikan.

7. Head of Production for 600 ml & 1.500 ml a. Bertanggung jawab kepada Plant Manager.

b. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan dan kelancaran operasional produksi air minum kemasan botol 600 ml dan kemasan botol 1.500 ml. c. Menjalin hubungan dengan departemen lain untuk kelancaran proses


(5)

`

d. Membuat laporan tentang rencana dan hasil produksi air minum kemasan botol 600 ml dan kemasan botol 1.500 ml.

e. Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan produksi air minum kemasan botol 600 ml dan kemasan botol 1.500 ml untuk mengetahui kekurangan dan penyimpangan yang terjadi sehingga dapat dilakukan perbaikan.

8. Head of Technical

a. Bertanggung jawab kepada Plant Manager.

b. Merencanakan perubahan sistem operasional mesin - mesin dalam rangka peningkatan efisiensi.

c. Bertanggung jawab terhadap kelancaran operasional produksi.

d. Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan perbaikan mesin dan peralatan produksi serta menjadwalkan pelaksanaan, pemeliharaan, dan perbaikan seluruh mesin dan peralatan produksi.

e. Memperhitungkan dan merencanakan kebutuhan spare part beserta anggarannya untuk mesin dan peralatan.

9. Head of System Procedural

a. Bertanggung jawab kepada Plant Manager.

b. Merencanakan dan menetapkan seluruh standar prosedur pelaksanaan sistem dan kegiatan di perusahaan.

c. Mengevaluasi prosedur pelaksanaan sistem dan kegiatan di perusahaan untuk mengetahui kekurangan dan penyimpangan yang terjadi sehingga dapat dilakukan perbaikan.


(6)

`

10. Stakeholder

a. Bertanggung jawab kepada Plant Manager.

b. Mewakili perusahaan yang berkaitan dengan usaha untuk urusan luar perusahaan atau pemerintah.

c. Membina hubungan kemasyarakatan dengan pihak luar yang berkaitan dengan kegiatan usaha.

11. Head of SHE (Safety, Health & Environment) a. Bertanggung jawab kepada Plant Manager.

b. Mengupayakan agar keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan dapat ditingkatkan di perusahaan.

c. Bertanggung jawab terhadap keberhasilan dan program keselamatan dan kesehatan kerja.

d. Menganalisis cara kerja mesin dan peralatan yang digunakan agar sesuai dengan program keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan.

e. Membina karyawan dan tenaga kerja agar dapat menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja.

f. Membuat laporan mengenai keselamatan kerja dan lingkungan perusahaan. 12. Head of Human Resources

a. Bertanggung jawab kepada Plant Manager.

b. Bertanggung jawab dalam bidang rekrutmen, PHK, dispensasi, cuti, dan hal – hal lain yang berkaitan dengan tenaga kerja.


(7)

`

d. Menjamin terlaksananya ketetapan dan peraturan perusahaan tentang tenaga kerja.

e. Memperhatikan kesejahteraan, kesehatan, dan ketertiban karyawan. 13. Plant Controller

a. Bertanggung jawab kepada Plant Manager.

b. Melakukan pengawasan atas seluruh kegiatan operasional perusahaan. c. Membuat laporan atas hasil pengawasan seluruh kegiatan operasional

perusahaan untuk dievaluasi oleh plant manager. 14. Head of Finished Goods

a. Bertanggung jawab kepada Logistic Manager.

b. Membuat laporan jumlah produk jadi di gudang untuk diserahkan kepada Logistic Manager.

c. Menganalisis jumlah persediaan produk jadi yang tepat untuk disimpan di gudang.

15. Head of Worked Half Material

a. Bertanggung jawab kepada Logistic Manager.

b. Membuat laporan jumlah barang setengah jadi di gudang untuk diserahkan kepada Logistic Manager.

c. Menganalisis jumlah persediaan barang setengah jadi yang tepat untuk disimpan di gudang.


(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

`

DAFTAR PUSTAKA

Erlina P. 2009. Mengoptimalkan Biaya Transportasi Untuk Penentuan Jalur Distribusi Produk “X” Dengan Menggunakan Metode Savings Matrix. Teknik Industri FTI-UPNV Jatim.

Gaspersz, Vincent. 2005. Production Planning and Inventory Control. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Makridakis, Spyros. 1999. Metode dan Aplikasi Peramalan. Edisi Kedua. Jilid Pertama. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Martin, Andre. J. 1983. Distribution Requirement Planning, Distribution

Management’s Most Powerful Tool. America : Oliver Wight Limited Publications.

Nurwidiana, Wiwiek. 2011. Usulan Model Penentuan Jadwal dan rute Distribusi Untuk minimisasi Biaya Transportasi. Proceeding BKSTI VI.

Richardus, 2003, Manajemen Persediaan. Jakarta. Grasindo

T.Patiung,Robertus. 2009. Analisis Optimalisasi Biaya Distribusi Spare Parts di PT. United Tractors. Jakarta. Binus University.

Sinulingga, Sukaria. 2012. Metode Penelitian. Edisi Kedua. Medan: USU Press. W. Fogarty, Donald. 1997. Production & Inventory Management. South-East


(17)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Peramalan

3.1.1. Konsep Dasar Peramalan2

Peramalan merupakan tahap awal dari perencanaan dan pengendalian produksi. Peramalan adalah pemikiran terhadap suatu besaran, misalnya permintaan terhadap suatu atau beberapa produk pada periode yang akan datang. Peramalan permintaan (demand forecasting) menyangkut peramalan permintaan yang akan datang berdasarkan perhitungan tertentu. Peramalan permintaan mencakup dua kegiatan, yaitu:

1. Mengidentifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan

2. Mengembangkan persamaan-persamaan yang menyatakan hubungan antara-variabel-variabel tersebut dalam bentuk perhitungan matematis.

Pada hakekatnya peramalan merupakan suatu perkiraan terhadap keadaan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Keadaan masa yang akan datang yang dimaksud adalah :

a. Apa yang dibutuhkan (jenis)

b. Berapa yang dibutuhkan (jumlah/kuantitas) c. Kapan dibutuhkan (waktu)


(18)

Tujuan peramalan dalam kegiatan produksi yaitu untuk meredam ketidakpastian, sehingga diperoleh suatu perkiraan yang mendekati keadaan yang sebenarnya. Peramalan tidak akan pernah “perfect”, tetapi meskipun demikian hasil peramalan akan memberikan arahan bagi suatu perencanaan. Suatu perusahaan biasanya menggunakan prosedur tiga tahap untuk sampai pada peramalan penjualan, yaitu diawali dengan melakukan peramalan lingkungan, diikuti dengan peramalan penjualan industri, dan diakhiri dengan peramalan penjualan perusahaan.

3.1.2. Pendefinisian Tujuan Peramalan

Tujuan peramalan dilihat dengan waktu: a. Jangka pendek (short term)

Menentukan kuantitas dan waktu dari item dijadikan produksi. Biasanya bersifat harian ataupun mingguan dan ditentukan oleh low management. b. Jangka menengah (medium term)

Menentukan kuantitas dan waktu dari kapasitas produksi. Biasanya bersifat bulanan ataupun kuartal dan ditentukan oleh middle management.

c. Jangka panjang (long term)

Menentukan kuantitas dan waktu dari fasilitas produksi. Biasanya bersifat tahunan, 5 tahun, 10 tahun, ataupun 20 tahun dan ditentukan oleh top management.


(19)

3.1.3. Prinsip-prinsip Peramalan

Ada lima prinsip peramalan yang sangat perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil peramalan yang baik yaitu:

Prinsip 1: Peramalan pasti mengandung error. Hampir tidak pernah ditemui bahwa hasil peramalan persis seperti kenyataan di lapangan. Peramalan mengurangi faktor ketidakpastian tetapi tidak pernah mampu untuk menghilangkannya. Artinya peramal hanya bisa mengurangi ketidakpastian yang akan terjadi, tetapi tidak dapat menghilangkan ketidakpastian tersebut.

Prinsip 2 : Peramalan seharusnya mencakup ukuran dari error. Karena peramalan pasti mengandung kesalahan, maka adalah penting bagi peramal untuk menginformasikan seberapa besar kesalahan yang mungkin terjadi. Besarnya kesalahan dapat dijelaskan dalam bentuk kisaran hasil peramalan baik dalam unit atau persentase dan probablitias tentang permintaan sesungguhnya akan berada dalam kisaran tersebut. Prinsip 3: Peramalan item yang dikelompokkan dalam famili selalu lebih akurat dibandingkan dengan peramalan dalam item per item. Jika famili produk sebagai sebuah kesatuan diramalkan maka persentase error akan semakin kecil, tetapi apabila diramalkan masing-masing sebagai individual product maka persentase error akan semakin tinggi.

Prinsip 4: Peramalan jangka pendek lebih akurat dibanding dengan peramalan jangka panjang. Hal ini desebabkan karena pada peramalan jangka pendek faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan relatif masih


(20)

konstan sedangkan peramalan jangka panjang kemungkinan terjadinya perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan besar.

Prinsip 5: Apabila dimungkinkan, perkiraan besarnya permintaan lebih disukai berdasarkan perhitungan dari pada hasil peramalan. Misalnya, dalam perencanaan produksi dalam lingkungan make to stock, apabila besarnya permintaan terhadap produk akhir telah diperkirakan berdasarkan hasil peramalan maka besarnya jumlah part, komponen, sub assembly, dan bahan baku untuk produk tersebut lebih baik

dihitung berdasarkan principle of dependent demand dari pada masing-masing ditetapkan berdasarkan hasil peramalan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih metode peramalan adalah: a. Item yang akan diramalkan

b. Interaksi situasi c. Waktu persiapan

d. Jumlah data historis yang tersedia

3.1.4. Klasifikasi Metode Peramalan3

Dalam sistem peramalan, metode yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda. Salah satu seni dalam peramalan adalah memilih metode peramalan. Metode peramalan yang ada secara umum dibagi atas dua model yaitu

3 Rosnani, Ginting. Op. Cit. Hal 41.


(21)

model kualitatif dan model kuantitatif. Secara lengkap berbagai metode peramalan digambarkan pada Gambar 3.1.

Peramalan

Metode Kualitatif

Metode Kuantitatif

Metode Delphi

Dugaan Manajemen

Riset Pasar

Metode Kelompok Terstruktur

Time Series

Regresi

Smoothing

Dekomposisi

Kausal

Input-Output

Koefisien Korelasi

Pemodelan Ekonomik

Rata-rata

Moving Average

Exponential Smoothing

Gambar 3.1. Taksonomi Peramalan

3.1.4.1.Peramalan Kualitatif

Peramalan Kualitatif merupakan peramalan yang didasarkan atas kualitas pada masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat tergantung pada orang yang menyusunnya. Hal ini penting karena hasil peramalan tersebut ditentukan


(22)

berdasarkan pemikiran yang besifat intuisi, judgement, pendapat, pengetahuan serta pengalaman dari penyusunnya.

Beberapa metode peramalan yang yang digolongkan sebagai model kualitatif adalah sebagai berikut :

a. Metode Delphi

Dalam hal ini, sekelompok pakar mengisi kuisioner, kemudian moderator menyimpulkan hasilnya dan memformulasikan menjadi suatu kuisioner baru yang diisi kembali oleh kelompok tersebut, demikian seterusnya. Adapun tahapan yang dilakukan adalah menentukan beberapa pakar sebagai partisipan, melalui kuisioner diperoleh peramalan dari seluruh partisipan, simpulkan hasilnya yang kemudian didistribusikan kembali kepada partisipan dengan pertanyaan yang baru, simpulkan kembali revisi peramalan dan kondisi.

b. Dugaan Manajemen

Dalam hal ini, peramalan didasarkan pada pertimbangan manajemen, umumnya oleh menejemen senior. Metode ini akan cocok dalam situasi yang sangat sensitif terhadap intuisi dari suatu kelompok kecil orang yang karena pengalamannya mampu memberikan opini yang kritis dan relevan.

c. Riset Pasar

Merupakan metode peramalan yang didasarkan pada hasil-hasil dari survei pasar yang dilakukan oleh tenaga-tenaga pemasar produk atau yang mewakilinya. Metode ini akan menjaring informasi dari pelanggan, sehingga riset pasar tidak hanya untuk membantu peramalan, tetapi juga untuk meningkatkan desain produk dan perencanaan untuk produk-produk baru.


(23)

d. Metode Kelompok Terstruktur

Metode ini hampir sama dengan metode Delphi, namun dalam hal ini grup tidak berjumpa secara bersama dalam suatu forum untuk berdikusi, tetapi mereka diminta pendapatnya secara terpisah dan tidak boleh secara berunding. Hal ini dilakukan untuk menghindari pendapat yang bias karena pengaruh kelompok.

e. Analogi Historis

Merupakan teknik peramalan yang didasarkan pada pola data masa lalu dari produk-produk yang dapat disamakan secara analogi. Analogi historis akan cenderung lebih baik untuk penggantian produk di pasar dan apabila terdapat hubungan substitusi langsung dari produk dalam pasar itu.

3.1.4.2.Peramalan Kuantitatif

Peramalan kuantitatif yaitu peramalan yang didasarkan pada data kuantitatif pada masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat tergantung pada metode yang dipergunakan dalam peramalan tersebut. Metode yang baik yaitu metode yang memberi nilai-nilai perbedaan atau penyimpangan yang mungkin. Peramalan kuantitatif hanya dapat digunakan apabila terdapat tiga kondisi berikut:

1. Adanya informasi tentang keadaan yang lain.

2. Informasi tersebut dapat dikuantifikasikan dalam bentuk data dapat diasumsikan bahwa pola yang lalu akan berkelanjutan pada masa yang akan datang.


(24)

Gambar 3.2. Langkah–langkah Peramalan Secara Kuantitatif

1. Metode Time Series

Metode Time Series merupakan metode yang dipergunakan untuk menganalisis serangkaian data yang merupakan fungsi dari waktu. Metode ini mengasumsikan beberapa pola atau kombinasi pola selalu berulang sepanjang waktu, dan pola dasarnya dapat diidentifikasi semata-mata atas dasar data historis dari serial itu. Dengan metode deret waktu dapat ditunjukkan bagaimana permintaan terhadap suatu produk tertentu bervariasi terhadap waktu. Sifat dari perubahan permintaan dari tahun ke tahun dirumuskan untuk meramalkan penjualan pada masa yang akan datang.

Langkah I

Langkah II

Langkah III

Langkah IV

Langkah V

Langkah VI


(25)

Ada empat komponen utama yang mempengaruhi analisis ini, yaitu :

a. Pola siklis, jika penjualan produk memilki siklus yang berulang secara periodik

b. Pola musiman, jika pola penjualan berulang setiap periode

c. Pola horizontal, jika nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata

d. Pola trend, jika data memiliki kecenderungan untuk naik atau turun terus menerus

Dalam meramalkan biaya–biaya yang termasuk di dalam biaya operasi dipergunakan pola trend karena biaya tersebut cenderung naik jika mesin/peralatan semakin tua atau semakin lama jangka waktu pemakaiannya. Ada beberapa trend yang digunakan di dalam penyelesaian masalah ini yaitu :

1. Trend linier

Bentuk persamaan umum :

Y = a + bt

sedangkan peramalannya mempunyai bentuk persamaan

Yt = a + bt

 

  

 

 2 2

)

( t

t n

Y t tY n

b t t

n t b Y

a

t


(26)

Bentuk persamaan umum :

Y = aebt

sedangkan peramalannya mempunyai bentuk persamaan :

Yt = aebt

 

 

 

 2 2

) ( ln ln t t n Y t Y t n

b t t

n t b Y

a

ln t

ln

3. Trend Logaritma Y = a + b log t

sedangkan bentuk peramalannya :

Yt = a + b log t

 

 

 2 2

) log ( log log log t t n Y t tY n

b t t

n t b Y

a

t

log

4. Trend Geometrik Bentuk persamaannya :


(27)

sedangkan bentuk peramalannya :

Yt = atb

 

 

 2 2

) log ( log log log log . log t t n Y t Y t n

b t t

n

t b

Y

a

t

log

log

5. Trend Hiperbola

Bentuk persamaan umumnya adalah :

Y = t

b a

sedangkan peramalnnya :

Yt = t

b a

 

 

 2 2

) ( log log . log t n t Y t Y t n

b t t

n

t b Y

a

log t log

log

Metode peramalan Time Series yang digunakan adalah :


(28)

Metode ini merupakan dasar garis kecenderungan untuk suatu persamaan, sehingga dengan dasar persamaan tersebut dapat di proyeksikan hal-hal yang akan diteliti pada masa yang akan datang.

Bentuk fungsi dari metode ini dapat berupa:

a. Konstan, dengan fungsi peramalan (Yt):

Yt = a, dimana

N Y

a

1

dimana : Yt = nilai tambah

N = jumlah periode

b. Linier, dengan fungsi peramalan:

Yt = a + bt

dimana :

n bt Y

a 

   

 

 

  

    2 2 t t n y t ty n b

c. Kuadratis, dengan fungsi peramalan :

Yt = a + bt + ct2

dimana : n t c t b Y

a

 

2

 

 b

c 2          b

 

 2 2 4

t n t


(29)

 

t Y n tY

  

t2 Y n t2Y

 

 2 2 3

t n t t

d. Eksponensial, dengan fungsi peramalan :

Yt = aebt

dimana : n t b Y

a

ln 

ln

 

2 2 ln ln ln

   t t n Y t Y t n a

e. Siklis, dengan fungsi peramalan :

n t c n b a Yt   2 cos 2 sin

ˆ

dimana : n t c n t b na

Y sin2

cos2

   n t n t c n b n t a n t

Ysin2

sin2 sin2 2

sin2 cos2

   n t n t b n c n t a n t

Ycos2

cos2

cos2 2

sin2 cos2


(30)

3.2. Economic Order Quantity (EOQ)4

Kegunaan EOQ merupkan metode untuk menentukan order quantity yang akan meminimumkan jumlah biaya persediaan per waktu. Dalam penggunaannya metode EOQ ini dapat dikombinasikan untuk menentukan planned shipments. DRP adalah satu metode yang dipakai bersama dengan EOQ untuk pengendalian

persediaan dan penjadwalan distribusi pada distribution center. Asumsi – asumsi dasar EOQ adalah :

1. Lead time adalah konstan dan diketahui.

2. Preparation cost dan total carrying cost konstan dan diketahui. 3. Replenishment sesegera mungkin.

EOQ dapat dihitung dengan rumus :

h

Dk

2

Dimana :

D = Jumlah kebutuhan barang selama satu periode (tahun) k = Ordering cost setiap kali pesan

h = Holding cost setiap kotak selama satu periode (tahun)

4 Arman Hakim dan Yudha Prasetyawan, 2008, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Yogyakarta: Graha Ilmu, Hal. 134.


(31)

3.3. Distribution Requirement Planning (DRP)5

Distribusi yaitu usaha perpindahan atau pengiriman produk dari akhir lini produksi kepada konsumen. Kegiatan distribusi meliputi transportasi, proteksi terhadap pengemasan, pengendalian persediaan, bangunan pabrik, pemilihan lokasi gudang, pemrosesan pesanan, peramalan pasar, dan layanan pelanggan.

Distribution Requirement Planning (DRP) merupakan suatu rencana

penjadwalan kebutuhan untuk mengisi persediaan pada distribution center (DC). Sistem distribusi diklasifikasikan atas 2 jenis yaitu :

1. Sistem tarik (pull system)

Sistem tarik yaitu sistem pengisian persediaan dimana setiap DC menentukan kebutuhannya dan memesan dari CSF.

2. Sistem dorong (push system)

Sistem dorong yaitu sistem pengisian persediaan dimana CSF menentukan bagaimana mengalokasikan produksi ke DC daripada menunggu mereka untuk memesan.

Distribution Requirement Planning (DRP) merupakan proses manajemen

yang mengintegrasikan sejumlah aktivitas kritis yang perlu untuk mengatur dan mengendalikan operasi-operasi distribusi dan mengintegrasikan kebutuhan operasi tersebut dengan kemampuan dari sumber persediaan. Logika yang digunakan dalam DRP hampir sama dengan MRP. DRP mengantisipasi kebutuhan dengan perencanaan ke depan pada tiap level distribusi. Dengan DRP ini, unit usaha

5 Vincent Gaspersz, 2005, Production Planning and Inventory Control, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Hal.300-300.


(32)

memulai penjadwalan distribusi dengan lebih akurat dan pada saat yang sama mencapai stabilitas produksi.

Sebagai akibatnya kegiatan distribusi produk dapat memperoleh keuntungan besar dalam hal perbaikan pelayanan pelanggan, pengurangan biaya persediaan, dan pengurangan sedikitnya biaya-biaya barang yang rusak.

3.3.1. Input Distribution Requirement Planning (DRP)

Input – input DRP secara umum meliputi data sebagai berikut : 1. Bill of Distribution

Bill of Distribution merupakan informasi yang menjelaskan hubungan antara

supplier dan yang disuplainya tersusun dalam bentuk level per level.

Informasi ini menunjukkan arah informasi material produk dari level yang tinggi ke level yang rendah. Sehingga akan membantu menentukan kebutuhan kotor yang lebih tinggi nantinya.

2. Lead Time Distribusi

Lead time distribusi merupakan waktu yang diperlukan dari pelepasan order

sampai order diterima DC. Lead time distribusi disusun dari beberapa komponen yaitu pelepasan order, pemuatan barang, pengangkutan barang, dan pembongkaran barang ke DC.

3. Order Entry

Order entry merupakan proses penerimaan dan penerjemahan apa yang

diinginkan konsumen kepada bagian distribusi. Hal ini dapat merupakan sebuah proses yang sederhana seperti pembuatan dokumen penerimaan untuk


(33)

finished good product, sampai kepada aktivitas rumit yang meliputi usaha

engineering untuk produk make to order.

4. Forecasting

Forecasting merupakan hasil peramalan permintaan produk pada

masing-masing DC yang langsung berhubungan dengan konsumen. 5. Inventory Record

Inventory record merupakan catatan keadaan persediaan produk pada

masing-masing gudang di DC.

3.3.2. Logika Distribution Requirement Planning (DRP)

Pada intinya logika dari proses DRP adalah proses-proses yang hampir sama dengan MRP yaitu :

1. Netting

Netting merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih (net requirement).

Kebutuhan bersih adalah selisih antara kebutuhan kotor (gross requirement) dengan keadaan persediaan yaitu persediaan yang masih dimiliki (on-hand) dan sedang dipesan (on-order). Dimana kebutuhan kotor untuk DC adalah hasil peramalan permintaan produk pada DC tersebut. Data yang harus diketahui untuk menentukan kebutuhan bersih pada setiap periode adalah persediaan yang masih dipunyai (project on – hand) pada awal perencanaan dan jadwal penerimaan untuk tiap periode perencanaan.


(34)

2. Lot Sizing

Lot Sizing merupakan proses untuk menentukan besarnya pesanan pada setiap

item berdasarkan kebutuhan bersih yang dihasilkan dari proses netting.

Biasanya cara yang digunakan adalah economic order quantity (EOQ). 3. Offsetting

Offsetting bertujuan menentukan saat yang tepat untuk melakukan rencana

pemesanan guna memenuhi kebutuhan bersih. 4. Exploding

Exploding merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor untuk item pada

level yang lebih tinggi. Dasar untuk menentukan kebutuhan item pada level

tergantung pada posisinya pada struktur distribusi.

3.3.3. Output Distribution Requirement Planning (DRP)

Sistem DRP dengan nyata menghasilkan dua output yaitu DRP Worksheet untuk setiap DC, dan master schedule yang merupakan DRP Worksheet untuk CSF di samping terdapat pegging information yang dapat melacak kembali

sumber dari permintaan pada CSF. DRP Worksheet memiliki 2 bagian penting yaitu:

1. Time Phased Information

Time phased information adalah informasi-informasi yang dikeluarkan

berdasarkan pada suatu time phased yang menunjukkan perkiraan keadaan pada time phased tersebut. Informasi time – phased meliputi:


(35)

Demands Forecast merupakan hasil peramalan permintaan akan suatu

produk pada masing-masing distribution center. b. Planned Shipments-Receipt Date

Planned Shipments-Receipt Date merupakan jumlah item atau produk yang

dijadwalkan untuk dimasukkan dalam stok. Planned Shipments-Receipt Date produk tidak harus dalam perjalanan, tetapi dapat juga berupa order

yang masih dalam pengemasan dan pemuatan. c. Planned Shipments-Ship Date

Planned Shipments-Ship Date merupakan order yang belum dilepas dan

masih dalam perencanaan. Pada DC, Planned Shipments-Ship Date adalah jadwal untuk pengiriman produk pada masa yang akan datang dari CSF. d. Project On-Hand

Project On-Hand merupakan proyeksi jumlah persediaan yang ada pada

suatu time phased tertentu. Project On-Hand merupakan suatu perencanaan jumlah persediaan pada DC dan CSF yang dijadikan gambaran persediaan yang ada pada masa yang akan datang. Sehingga dengan Project On-Hand ini, setiap komponen sistem distribusi dapat mengetahui masing-masing inventory level sistem tersebut.

2. Description Information

Description information merupakan atribut-atribut masukan pada awal

perencanaan. Description information ini berupa pengolahan data awal untuk masukan sistem DRP. Description Information meliputi:


(36)

a. On-hand balance

On-hand balance merupakan jumlah persediaan produk yang terdapat

dalam DC pada awal perencanaan. On-hand balance tidak termasuk pada produk yang berada dalam transit dan produk yang rusak. Jadi produk yang ada pada DC adalah jumlah produk yang tersedia untuk dikirimkan. b. Safety stock

Safety stock merupakan persediaan pengaman yang digunakan untuk

memproteksi keadaan apabila penjualan melebihi apa yang diramalkan. c. Lead time distribusi

Lead time distribusi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk melepaskan

suatu order sampai waktu order diterima di distribusi. Lead time distribusi dimulai saat menentukan kebutuhan untuk sebuah penambahan (replenishment) sampai saat inventory yang dibutuhkan.

d. Order Quantity

Order Quantity merupakan jumlah produk yang telah ditentukan untuk

dikirim. Sedangkan pegging information adalah suatu cara untuk dapat melacak kembali sumber dari permintaan pada CSF untuk satu waktu tertentu. Pegging information sangat berguna bilamana seluruh demand dari sebuah item tidak dapat dipenuhi. Penggunaan pegging ini penting dilakukan untuk menghemat waktu dalam memperoleh sumber masalah untuk perencanaan pendistribusian bilamana demand melebihi supply. Dengan bantuan pegging information, perencana dapat lebih banyak


(37)

menghabiskan waktu untuk pemecahan masalah tersebut daripada mencari dimana terjadi kelebihan demand.

Tabel 3.1. Distribution Resource Planning Sheet

Distribution Resource Planning Sheet untuk Distribution X

On Hand Balance : Lead Time :

Safety

Stock :

Order

Quantity :

Past Due

Week

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gross Requirement Schedule Receipt Project On Hand Plan Order Receipt Plan Order Release

Sumber: Andre J. Martin, Distribution Resource Planning

3.3.4. Sumber-sumber Perubahan yang Mempengaruhi Rencana DRP

Beberapa perubahan yang mungkin akan mempengaruhi rencana DRP adalah:

1. Kesalahan peramalan.

2. Perbaikan-perbaikan peramalan. 3. Variasi lead time.


(38)

4. Kehilangan atau kerusakan dari inventory. 5. Pemogokan karyawan/pekerja.

3.3.5. Stok Pengaman dalam DRP

Stok pengaman dalam DRP digunakan untuk mengantisipasi

ketidakpastian permintaan relatif terhadap ramalan-ramalan yang dibuat. Ketidakpastian ini paling mungkin terjadi apabila permintaan benar-benar independent pada pusat-pusat distribusi yang secara langsung melayani

pelanggan. Tingkat stok pengaman secara keseluruhan dalam sistem distribusi seharusnya menjadi lebih kecil untuk push system daripada pull system.

Salah satu cara untuk menyelesaikan masalah ketidak pastian permintaan dan penawaran (lead time uncertainty) yaitu dengan mengkombinasikan data yang menunjukkan rata-rata permintaan. Hal ini akan menghasilkan ukuran variasi yang lebih besar, namun dapat diterapkan sebagai perhitungan dalam keadaaan normal untuk menentukan stok pengaman guna mencapai tingkat pelayanan yang diinginkan yaitu :

SS = z x s Dimana :

SS = stok pengaman yang disediakan untuk menghadapi ketidakpastian permintaan dan penawaran.

z = faktor pengganda pada tingkat pelayanan yang diinginkan. s = simpangan baku di sekitar rata-rata permintaan.


(39)

3.4. Manajemen Logistik

Logistik merupakan seni dan ilmu mengatur dan mengontrol arus barang, energi, informasi, dan sumber daya lainnya, seperti produk, jasa, dan manusia, dari sumber produksi ke pasar dengan tujuan mengoptimalkan penggunaan modal. Manufaktur dan marketing akan sulit dilakukan tanpa dukungan logistik. Logistik juga mencakup integrasi informasi, transportasi, inventori, pergudangan, reverse logistics dan pemaketan.

Berdasarkan pengertian di atas, maka misi logistik adalah "mendapatkan barang yang tepat, pada waktu yang tepat, dengan jumlah yang tepat, kondisi yang tepat, dengan biaya yang terjangkau, dengan tetap memberikan kontribusi profit bagi penyedia jasa logistik"

Karenanya, logistik selalu berkutat dalam menemukan keseimbangan untuk dua hal yang amatlah sulit untuk disinergikan, yaitu menekan biaya serendah-rendahnya tetapi tetap menjaga tingkat kualitas jasa dan kepuasan konsumen. Dalam dunia bisnis yang selalu berubah, manajemen logistik yang baik merupakan sebuah keharusan

Ada 5 komponen yang membentuk sistem logistik, yaitu : Struktur lokasi fasilitas, transportasi, persediaan (inventory), komunikasi, penanganan (handling) dan penyimpanan (storage). Dalam suatu jaringan transportasi merupakan suatu rantai penghubung. Manajemen transportasi dan lalu lintas mendapat banyak perhatian dalam tahun-tahun ini. Pada umumnya, suatu perusahaan mempunyai 3 alternatif untuk menetapkan kemampuan transportasinya. Pertama armada peralatan swasta yang dapat dibeli atau disewa atau disebut dengan private. Yang


(40)

kedua kontrak khusus yang dapat diatur dengan spesialis transportasi untuk mendapatkan kontrak jasa-jasa pengangkutan. Dan yang ketiga adalah suatu perusahaan dapat memperoleh jasa-jasa dari perusahaan transportasi berijin yang menawarkan pengangkutan dari suatu tempat ke tempat tertentu dengan biaya tertentu atau disebut dengan angkutan umum. Dilihat dari sudut pandang logistik, terdapat tiga faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan kemampuan pelayanan transportasi yaitu : biaya, kecepatan, dan konsistensi.

Kegiatan logistik akan berjalan dengan efektif dan efisien apabila memenuhi empat syarat yaitu : tepat jumlah, tepat mutu, tepat ongkos dan tepat waktu.6 Tujuan logistik adalah menyediakan produk dalam julah yang tepat, kualitas yang tepat, pada waktu yang tepat dengan biaya yang rendah. Ciri utama kegiatan logistik adalah tercapainya sistem yang integral dari berbagai dimensi dan tujuan kegiatan terhadap pemindahan (movement) serta penyimpanan (storage) secara strategis di dalam pengelolaan perusahaan.

3.5. Konsep Logistik Terpadu

Dekade sekarang ini manajemen logistik dalam perkembangannya menuju pada manajemen logistik terpadu. Kalau kita lihat sebelum tahun 1950 organisassi perusahaan hanya menangani manajemen logistik secara terpisah. Pada tahun 1970-1978 merupakan periode perubahan prioritas. Dalam periode prioritas ini pihak manajemen mulai merumuskan rencana terhadap penyimpanan atau


(41)

pergudangan, pengangkutan dan bukan hanya merencanakan operasi untuk bereaksi terhadap permintaan pasar.

(Bowersox,1978,p.24) konsep logitik terpadu terdiri dari 2 usaha yang berkaitan yaitu :

1. Operasi Logistik

Aspek operasional logistik ini adalah mengenai manajemen pemindahan dan penyimpanan material dan produk jadi perusahaan. Jadi operasi logistik itu dapat dipandang berawal dari pengangkutan pertama material atau komponen-komponen dari sumber perolehannya dan berakhir pada penyerahan produk yang dibuat atau diolah pada langganan atau komsumen. Operasi logistik dapat dibagi dalam 3 kategori yaitu :

- Manajemen Distribusi Fisik

Proses manajemen distribusi fisik adalah menyangkut pengangakutan produk kepada pelangan. Dalam distribusi fisik, pelanggan dipandang sebagai pemberhentian terakhir dalam saluran pemasaran. Jika produk yang tepat tidak dapat diserahkan pada waktu yang dibutuhkan degan cara yang ekonomis maka mungkin banyak usaha pemasaran yang berada dalam bahaya. Melalui proses distribusi fisik inilah waktu dan ruang dalam pelayanan nasabah menjadi bagian yang internal dari pemasaran. Jadi distribusi fisik mengubungkan suatu perusahaan dengan nasabahnya. - Manajemen Material

Manajemen material adalah menyangkut perolehan dan pengangkutan material, suku cadang, dan persediaan barang jadi dari tempat pembelian


(42)

ke tempat pembuatan data perakitan, gudang, atau toko pengecer. Seperti halnya distribusi fisik, manajemen material berkenaan dengan penyediaan jenis material yang dikehendaki ditempat dan pada waktu yang dibutuhkan. Kalau distribusi fisik adalah mengenai pengiriman keluar yaitu nasabah, maka manajemen material adalah mengenai pergerakan ke dalam yaitu pembuatan, penyortiran atau perakitan.

- Internal Inventory Transfer

Proses pemindahan persediaan barang di dalam perusahaan yaitu mengenai pengawasan terhadap komponen-komponen setengah jadi pada saat mengalir diantara tahap-tahap manufacturing, dan pengangkutan dari produk jadi ke gudang atau saluran pengecer. Yang terpenting dari manajemen terpadu merupakan koordinasi dari ketiga jenis pergerakan tersebut. Ketiga pergerakan tersebut bergabung untuk memberikan manajemen operasional bagi material. Komponen setengah jadi dan produk-produk yang bergerak diantara berbagai lokasi, sumber suplai, dan ara langganan dari perusahaan secara keseluruhan. Dalam pengertian ini, maka logistik adalah mengenai manajemen strategi dari keseluruhan pergerakan dan dan penyimpanan.

2. Koordinasi Logistik

Koordinasi logistik adalah mengenai identifikasi kebutuhan pergerakan dan penetapan rencana untuk memadukan seluruh kegiatan operasi logistik. Koordinasi logistik adalah menyangkut perencanaan dan pengawasan terhadap masalah-masalah operasional. Fungsi koordinasi logistik adalah


(43)

untuk memastikan bahwa seluruh pergerakan dan penyimpanan diselesaikan seefektif dan seefisien mungkin.

Prestasi logistik diukur dengan 3 variabel, yaitu :

1. Penyediaan (availability) adalah menyangkut kemampuan perusahaan untuk secara konsisten memenuhi kebutuhan material/bahan produksi. Jadi hal ini menyangkut level persediaan atau variabel persediaan, semakin rendah frekuensi pengeluaran untuk stok yang direncanakan, berarti semakin tinggi investasi yang harus disiapkan.

2. Kemampuan (capability) adalah menyangkut jarak waktu antara penerimaan suatu pesanan dengan pengantaran barang yang dipesan. Kemampuan ini terdiri dari kecepatan pengantaran dan konsistensinya dalam jangka waktu tertentu.

3. Mutu (quality) yaitu menyangkut seberapa jauh sebaiknya tugas logistik secara keseluruhan dilaksanakan, besarnya kerusakan, item-item yang betul, pemecahan masalah yang timbul. Jadi, quality menyangkut penjagaan terhadap tingkat kesalahan yang rendah dan pemecahan masalah-masalah pada waktunya.

3.6. Sistem Transportasi7

Sistem merupakan suatu bentuk keterkaitan antara suatu variabel lainnya dalam tatanan yang terstruktur. Sedangkan transportasi itu sendiri adalah kegiatan pemindahan barang-barang/penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.


(44)

Sehingga sistem transportasi dapat diartikan sebagai gabungan dari beberapa komponen atau obyek yang saling berkaitan dalam hal pengangkutan barang/manusia oleh berbagai jenis kendaraan sesuai dengan kemajuan teknologi. Transportasi memberikan manfaat geografis pada sistem logistik dengan menghubungkan fasilitas-fasilitas dengan pasar. Pada banyak perusahaan, pengeluaran untuk transportasi lebih besar dari pengeluaran untuk unsur lainnya. Biaya transport industri yang menghasilkan produk bernilai tinggi adalah rendah presentasenya terhadap penjualan. Sebaliknya, biaya transport batu bara, bijih besi, bahan-bahan kimia dasar dan pupuk adalah relatif tinggi. Kebutuhan pelayanan industri sangat berbeda-beda dari industri ke industri. Banyak pilihan transpotasi tersedia bagi pengangkutan produk atau bahan mentah dalam system logistik. Disamping itu perusahaan dapat memutuskan untuk mengusahakan transportasi sendiri, atau mengadakan perjanjian dengan spesialis transport.

Sistem logistik memandang kegiatan transportasi dengan empat faktor yang memegang peranan penting, yaitu8 :

a. Biaya

Biaya transportasi merupakan pembayaran sesungguhnya yang harus dikeluarkan guna mengganti balas jasa pengangkutan barang yang telah dikeluarkan, jadi bukan berarti metode transportasi yang termurah itu merupakan metode yang pasti dikehendaki.


(45)

b. Kecepatan

Faktor kecepatan merupakan waktu yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu tugas pengangkutan di antara tempat asal barang ke tempat tujuan yang dikehendaki. Faktor kecepatan harus selalu dikaitkan dengan kondisi barang yang dipindahkan agar jangan sampai terjadi kerusakan walau mungkin dari segi waktu lebih cepat dari penggunaan transportasi lainnya. Bisa dikatakan waktu yang paling cepat dalam kegiatan transportasi suatu barang belum menjamin tercapainya kegiatan logistik yang baik.

c. Pelayanan

Faktor pelayanan merupakan suatu kegiatan servis yang diberikan terhadap barang perusahaan selama dalam kegiatan pemindahan barang. Pelayanan atau servis datangnya dari berbagai pihak, baik pengangkutan barang itu dikelola oleh perusahaan sendiri atau dengan cara menyewa dari perusahaan pengangkutan yang resmi. Pelayanan barang datangnya dari para karyawan yang membawa, mengendalikan alat transportasi para petugas yang berhubungan dengan alat transportasi. Pelayanan yang terbaik yang kita harapkan dengan tidak menambah biaya transportasi dari biaya yang normal. d. Konsistensi

Konsistensi pelayanan merupakan hal yang cukup penting di bidang transportasi dengan menunjukkan prestasi waktu yang teratur.

Sistem yang digunakan untuk mengangkut barang-barang dengan

menggunakan alat angkut tertentu dinamakan moda transportasi (mode of transportasion ). Ada lima cara utama transportasi yang biasa disebut dengan


(46)

moda transportasi. Lima cara utama tersebut adalah kereta api, jalan raya, jalan air, saluran pipa dan penerbangan. Masing-masing alat transportasi ini mempunyai kebaikan dan kelemahan terhadap kegiatan logistik di perusahaan.

3.6.1. Travelling Salesman Problem

Dalam sistem jaringan manufaktur, dimungkinkan terdapatnya satu unit gudang induk bahan baku dan beberapa unit produksi yang terpisah satu dengan yang lain. Dalam literatur, masalah rute kendaraan ini disebut sebagai permasalahan distribusi bahan baku dari satu gudang induk ke beberapa unit produksi yang saling terpisah.

Secara rutin sebuah perusahaan melakukan pengiriman barang kepada konsumen pada area geografis yang dilayani oleh fasilitas-fasilitas perusahaan. Dalam hal ini perusahaan melakukan pengiriman barang dengan sejumah armada kendaraan. Pengelilingan kendaraan meliputi perencanaan operasi armada kendaraan untuk mengirim barang untuk menghasilkan pelayanan.

Masalah pengelilingan kendaraan atau penyusunan rute kendaraan disadari berbeda dalam hal ukuran dan kerumitan. Masalah penyusunan rute ini dapat menjadi sulit untuk operasi-operasi yang lebih besar sesuai dengan banyaknya fasilitas yang dimiliki, banyaknya pelanggan, area pelayanan, dan ukuran armada atau kemampuan jangkauan armada. Kunci keputusan penyelesaian masalah rute kendaraan adalah mendesain rute-rute kendaraan. Rute adalah tempat pemberhentian-pemberhentian dimana sebuah kendaraan mengunjungi antara dua kedatangan berturut-turut terhadap depot. Rute distribusi produk adalah urutan


(47)

pemberhentian berturut-turut terhadap depot dan proses perencanaan dari titik awal (Perusahaan) ke titik konsumsi (Kosumen) untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Solusi optimal adalah pencarian atau penyelesaian masalah yang baik dalam penentuan rute dan penjadwalan kendaraan yang paling efisien. Urutan masalah penyusunan rute yang paling mudah terjadi ketika kita melihat rute tunggal yang mengunjungi semua pelanggan dan minimisasi waktu total perjalanan. Hal inilah yang disebut masalah perjalanan salesman (Travelling Salesman Problem) yang dapat dilihat pada Gambar 3.3

Gambar 3.3. Contoh Travelling Salesman Problem

3.6.2. Vehicle Routing Problem

Vehicle Routing Problem terkait dengan permasalahan bagaimana

mendatangi pelanggan dengan menggunakan peralatan yang ada. Istilah lain untuk masalah ini adalah Vehicle Sceduling Problem, Vehicle Dispatching Problem, Delivery Problem. Vehicle Routing Problem adalah sebuah hard combinatorial

Depot

45 25

40 25

60

40


(48)

optimisation problem. Permasalahan ini erat kaitannya dengan permasalahan

Travelling Salesman Problem. Vehicle Routing Problem menjadi Travelling

Salesman Problem pada saat hanya terdapat satu alat angkut yang kapasitasnya

tak hingga.

Dalam permasalahan vehicle routing, jika setiap alat angkut dapat menempuh trip/rute majemuk selama horizon perencanaan maka ini disebut sebagai Multi Trip Vehicle Routing Problem.9 Bentuk dari solusi Vehicle routing Problem dasar dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4. Bentuk Solusi Vehicle Routing Problem

9 Ballou, Ronald, Busines Logistics management (New jersey : Prentice-hall International, Inc, 1999), pp. 199


(49)

3.6.3. Metode Pemilihan Rute

Masalah pencaraian solusi yang baik dalam penentuan rute dan penjadwalan kendaraan menjadi sulit dengan adanya pembatas-pembatas tambahan dari masalah. Time windows, jumlah truk yang banyak dengan perbedaan kapasitas, total maksimum waktu distribusi yang diizinkan dalam rute, perbedaan kecepatan dalam zona yang berbeda, rintangan/penghalang dalam perjalanan (sungai, belokan , gunung), dan waktu istirahat untuk pengemudi adalah beberapa pertimbangan yang diperlukan dalam penentuan rancangan rute.

3.6.4. Metode Saving Matriks

Tujuan dari metode saving matriks yaitu untuk menimisasi total jarak perjalanan semua kendaraan dan untuk meminimisasi secara langsung jumlah kendaraan yang diperlukan untuk melayani semua tempat pemberhentian. Logika dari metode ini bermula dari kendaraan yang melayani setiap pemberhentian dan kembali ke depot sepeti terlihat pada Gambar 3.5.(a). Hal ini memberikan jarak maksimum dalam masalah penentuan rute. Kemudian dua tempat pemberhentian digabung dalam dua rute yang sama sehingga satu kendaraan tersebut dieliminasi dan jarak tempuh dapat dikurangi yang dapat dilihat pada Gambar 3.5.(b).

Pendekatan savings mengizinkan banyak pertimbangan yang sangat penting dalam aplikasi yang realistis. Sebelum tempat pemberhentian dimasukkan dalam sebuah rute, rute tempat pemberhentian selanjutnya harus dilihat. Sejumlah pertanyaan tentang perancangan rute dapat ditanyakan, seperti apakah waktu rute melebihi waktu distribusi maksimum pengemudi yang diizinkan, apakah waktu


(50)

untuk istirahat pengemudi telah dipenuhi, apakah kendaraan cukup besar untuk melakukan volume rute yang tersedia. Pelanggaran terhadap kondisi-kondisi tersebut dapat menolak tempat pemberhentian dari rute keseluruhan. Tempat perhentian selanjutnya dapat dipilih menurut nilai savings terbesar dan proses pertimbangan diulangi. Pendekatan ini tidak menjamin solusi yang optimal, tetapi dengan mempertimbangkan masalah kompleks yang ada, solusi yang baik dapat dicari.10

Stop d0, A d0, B

dB, 0 dA, 0 Stop

A B

d0, A dB, 0

dA, B A B 0

Depot

(a) Rute Awal (b) Menggabungkan dua tempat perhentian

Jarak tempuh = d0,A+dA,0+d0,B+dB,0 Jarak tempuh = d0,A+dA,B+dB,0 Gambar 3.5. Pengurangan Jarak Tempuh Melalui Penggabungan

Tempat Perhentian dalam Rute

Metode saving matriks pada hakikatnya merupakan metode untuk meminimumkan jarak atau waktu dan ongkos dengan mempertimbangkan

10 Ballou, Ronald, Business Logistics Management (New Jersey : Prentice-Hall International, Inc,1999), pp. 204-209.


(51)

kendala-kendala yang ada11. Berikut ini langkah-langkah pembentukan sub-rute distribusi dengan menggunakan metode saving matriks, yaitu:

1. Identifikasi Matriks Jarak

Pada langkah ini, diperlukan jarak antara gudang dan ke masing-masing toko dan jarak antar toko. Untuk menyederhanakan permasalahan, lintasan terpendek digunakan sebagai jarak antar lokasi. Jadi, dengan mengetahui koordinat masing-masing lokasi maka jarak antar dua lokasi bisa dihitung dengan menggunakan rumus jarak standar. Apabila jarak riil antar lokasi diketahui, maka jarak tersebut lebih baik digunakan dibanding dengan jarak teoritis dengan menggunakan rumus. Jarak dari gudang ke masing-masing toko dan jarak antar toko akan digunakan untuk menentukan matriks penghematan (saving matriks) yang akan dikerjakan pada langkah berikutnya.

2. Mengidentifikasi matriks penghematan (saving matriks)

Pada langkah ini, diasumsikan bahwa setiap toko akan dikunjungi oleh satu armada secara eksklusif. Saving matriks merepresentasikan penghematan yang bisa direalisasikan dengan menggabungkan dua pelanggan ke dalam satu rute. Untuk perhitungan penghematan jarak dapat mengunakan persamaan:

S(x,y) = J (G, x) + J(G,y) – J(x,y) Dimana:

S(x,y) = Penghematan Jarak

J (G,x) = Jarak gudang ke toko x J (G,y) = Jarak gudang ke toko y

11 Pujawan, Nyoman, Supply Chain Management (Surabaya : JurusanTeknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 2005), hl. 180.


(52)

J (x,y) = Jarak toko x ke toko y 3. Mengalokasikan Distributor ke rute

Dengan menggunakan tabel penghematan jarak, dapat dilakukan pengalokasian toko ke kendaraan atau rute. Pada tahap awal, tiap toko alokasikan ke rute yang berbeda, namun toko-toko tersebut bisa digabungkan sampai pada batas kapasitas truk yang ada. Penggabungan akan dimulai dari nilai penghematan terbesar karena diupayakan memaksimumkan penghematan

3.6.5. Algoritma Nearest Neighbor

Metode nearest neighbor merupakan metode yang pertama digunakan untuk mendapatkan solusi vehicle routing problem. Metode ini sangat mudah dan cepat untuk diimplementasikan. Prinsip dari metode ini adalah selalu menambahkan satu titik tujuan yang paling dekat jaraknya dengan lokasi yang terakhir dikunjungi. Caranya adalah dipilih satu titik distributor sebagai titik awal lalu bergerak ke distributor selanjutnya yang terdekat

Algoritma nearest neighbor merupakan sebuah metode untuk melakukan klasifikasi terhadap objek berdasarkan data pembelajaran yang jaraknya paling dekat dengan objek tersebut (Widiarsana, O et al., 2011). Menurut Kusrini dan Emha (2009) algoritma nearest neighbor adalah pendekatan untuk mencari kasus dengan menghitung kedekatan antara kasus baru dengan kasus lama. Tujuan dari algoritma ini untuk mengklasifikasikan objek baru berdasarkan atribut dan training sample. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan algoritma tetangga


(53)

1. Tentukan kota pertama sebagai kota awal keberangkatan (simpul awal)

2. Ambil kota lain sebagai tujuan perjalanan dengan syarat biaya/jarak dari kota asal yang paling minimal.

3. Ambil kota lain sebagai tujuan perjalanan selanjutnya dengan syarat biaya/jarak paling minimal dari kota kedua dengan syarat belum pernah dikunjungi.

4. Ulangi langkah kedua dan ketiga sampai semua kota (simpul) sudah dilalui. 5. Hitung semua rute yang telah didapatkan.


(54)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Tirta Sibayakindo yang berlokasi di Jl. Medan Berastagi, Km. 55, Desa Doulu, Berastagi - Sumatera Utara. Pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Desember 2012 hingga bulan Juni 2013.

4.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yaitu penelitian yang melakukan pemecahan terhadap suatu masalah yang ada secara sistematik, faktual, dan akurat berdasarkan fakta yang ada. Selain itu penelitian ini mampu menggambarkan atau mencari tingkat hubungan antar variabel dalam penelitian.

4.3. Objek Penelitian

Objek yang dijadikan penelitian adalah jadwal dan rute distribusi produk akhir dari Central Supply Facilities (CSF) terhadap Distribution Center (DC) yang berada di Medan, Banda Aceh, Padang, Pekan baru, dan Batam. Produk yang diteliti adalah Aqua 600 ml dalam bentuk botol. Adapun alasan pemilihan produk ini dikarenakan Aqua 600 ml dalam bentuk botol memiliki demand tertinggi selama priode penelitian.


(55)

4.4. Variabel penelitian

Variabel penelitian berupa variabel bebas dan variabel terikat. Adapun kriteria dari variabel-variabelnya adalah sebagai berikut :

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang perubahannya tidak tergantung pada variabel lain. Adapun variabel-variabel bebas yang terdapat pada penelitian ini adalah :

a. Jumlah Permintaan Pada Setiap Distribution Center b. Inventory

c. Lead time

d. Biaya Distributor

e. Jarak Tempuh Distributor f. Kapasitas alat angkut g. Jumlah Pengiriman Produk 2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang perubahannya tergantung pada variabel lain. Variabel terikat yang terdapat pada penelitian ini adalah jadwal distribusi dan rute distribusi.

Adapun kerangka konseptual pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.


(56)

Gambar 4.1. Kerangka Konseptual

Distribution Resource Planning (DRP) dapat digunakan dalam

memperbaiki permasalahan penjadwalan yang ada dengan memperkirakan kebutuhan produk yang harus disediakan pada priode tertentu berdasarkan kebutuhan masing-masing distribution center. Penjadwalan dengan metode DRP diperoleh dengan melakukan perhitungan peramalan, safety stock dan order quantity untuk memenuhi kebutuhan distribusi pada priode yang telah di tentukan. Jarak antar

distributor Permintaan distributor

Persediaan

Lead time

Biaya distribusi

Jumlah pengiriman

produk

Kapasitas alat angkut

Jadwal distribusi

dan rute distribusi

Produk stock out

Biaya transportasi

tinggi

Metode DRP dan

Savings Matrix

Jadwal dan rute distribusi

yang efektif dan efisien


(57)

Metode savings matrix digunakan untuk mencari jalur terpendek dalam mentransportasikan produk sampai ke distributor yang akan dituju dengan mempertimbangkan jarak dan kapasitas alat angkut perusahaan sehingga dapat mempersingkat jarak dan waktu tempuh dan menghemat biaya pengiriman.

4.5. Sumber Data

Ada 2 jenis data yang harus diperoleh yaitu data primer dan data sekunder. 1. Data Primer

Adapun data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:

a. Informasi mengenai kondisi perusahaan perusahaan, diperoleh dengan metode wawancara narasumber terpilih.

b. Informasi mengenai jaringan distribusi perusahaan, diperoleh dengan metode wawancara narasumber terpilih.

c. Informasi mengenai proses produksi, diperoleh dengan pengamatan langsung dan metode wawancara narasumber terpilih.

2. Data Sekunder

a. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung yang biasanya berbentuk dokumen, file, arsip, atau catatan-catatan perusahaan. Data sekunder yang diambil adalah data historis permintaan konsumen setiap DC, data historis persediaan setiap DC, data historis produksi Aqua, status persediaan awal pada DC dan CSF, data historis biaya pendistribusian yang meliputi biaya pesan, biaya simpan dan biaya


(58)

transportasi, data historis jarak dari CSF ke DC, Data historis kapasitas alat angkut.

4.6. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah berupa :

1. Teknik wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara dengan pihak manajemen perusahaan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan guna pencapaian tujuan penelitian.

2. Teknik kepustakaan, yaitu dengan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan Distribution Resource Planning dan Savings Matrix sehingga memberikan solusi agar pendistribusian barang dapat berjalan lancar antar distribution center sehingga kebutuhan konsumen dapat terpenuhi.

4.7. Pengolahan Data

Dalam pengolahan data penelitian ini digunakan metode kuantitatif. Semua data yang terkumpul, baik data yang berasal dari hasil wawancara dan dokumentasi akan diolah sesuai dengan langkah-langkah dalam metode DRP dan metode Savings Matrix untuk mendapatkan hasil akhir yaitu DRP Worksheet, Pegging Information dan usulan rute distribusi. Tahapan-tahapan yang dilakukan

dalam pengolahan data yaitu : a. Perhitungan Peramalan


(59)

Dari data permintaan konsumen yang didistribusikan sepanjang tahun 2012, dilakukan peramalan untuk 1 tahun kedepannya dalam time bucket bulanan. Dalam meramalkan data ini, digunakan dua metode peramalan dan metode perhitungan standar error peramalan yang digunakan adalah metode peramalan dengan SEE (Standard error estimation). Peramalan dilakukan untuk semua DC.

b. Safety Stock

Dalam pengembangan sistem DRP, perkiraan safety stock dilakukan dengan cara memperhitungkan standar deviasi permintaan dan kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan dan menganggap permintaan normal c. Order Quantity

Dalam model probabilistik, jumlah pengiriman optimal diperoleh dengan memperhitungkan operating stock (q0*) dan safety stock (ss).

d. DRP Worksheet dan Pegging Information

Setelah langkah- langkah diatas, kemudian disusun DRP Worksheet dan Pegging Information sesuai dengan hasil perhitungan. Elemen-elemen yang

ada dalam DRP Worksheet adalah gross requirement, on hand, safety stock, dan schedule receipt.

e. Mengidentifikasi Matrix Jarak

Pada langkah ini diperlukan jarak antara sumber ke masing-masing tujuan dan jarak antar tujuan.


(60)

Pada langkah ini penghematan yang bisa direalisasikan dengan menggabungkan dua tujuan kedalam satu rute.

g. Mengalokasikan Tujuan ke Rute

Penggabungan dimulai dari penghematan terbesar utama lalu nilai penghematan terbesar kedua, dan seterusnya sampai seluruh tujuan teralokasikan.

h. Menghitung Biaya Distribusi

Pada langkah ini dilakukan perhitungan biaya distribusi yang dikeluarkan perusahaan setelah menerapkan metode savings matrix.

4.8. Analisis Pemecahan Masalah

Pada penelitian ini, dilakukan analisis terhadap sistem distribusi dengan menggunakan metode perusahaan dibandingkan dengan metode distribution resource planning dan Savings matrix. Analisis perbandingan dapat ditinjau dari

faktor tingkat pelayanan (service level), biaya distribusi berupa biaya pengadaan (biaya transportasi dijumlahkan dengan biaya pesan), biaya simpan persediaan, minimum persediaan yang digunakan, besarnya jumlah ekonomis dalam satu kali pemesanan dan total jarak yang tempuh armada transportasi perusahaan dalam setiap kali pengiriman produk.


(61)

Mulai

Studi Pendahuluan 1. Kondisi Perusahaan 2. Proses Produksi 3. Informasi Pendukung

Studi Literatur

1. Metode Pemecahan Masalah

2. Teori Pendukung

Pengumpulan Data

Data Primer

- Uraian Proses Produksi

Data Sekunder

- jaringan distribusi produk - data historis permintaan tiap DC - data historis persediaan tiap DC - data historis produksi

- biaya pemesanan dan biaya simpan - lead time distribusi

- status persediaan

- Data historis Kapasitas Alat angkut - Data historis Jarak

Analisis Pemecahan Masalah

Kesimpulan dan Saran

Selesai Pengolahan Data


(62)

4.9. Kesimpulan dan Saran

Tahap kesimpulan berisi butir-butir penting dalam penelitian ini. Kesimpulan merupakan perumusan dari tahap analisis sebelumnya. Saran- saran yang diberikan berguna untuk perbaikan kepada pihak perusahaan untuk mengimplementasikan hasil penelitian ini.


(63)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

5.1.1. Data Permintaan Konsumen terhadap Produk Aqua 600 ml Masa Lalu

Data jumlah pengiriman produk aqua 600 ml ke setiap distribution center pada Januari 2012 sampai Desember 2012 digunakan dalam peramalan permintaan pada masa yang akan datang (12 bulan ke depan). Data jumlah permintaan konsumen tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Data Permintaan Distribution Center Masa Lalu

Periode

JumlahPermintaan Distribution Center (Botol) DC TIV DC SM DC TSML DC GCKM DC HMT DC TSMS DC TDR DC AWS Januari 2012 19.200 97.022 359.129 7.972 35.611 98.111 29.156 25.000 Februari 2012 11.520 65.791 288.578 4.783 32.611 63.533 10.933 10.556 Maret 2012 19.200 133.009 450.240 6.378 72.000 94.489 8.456 25.556 April 2012 19.200 108.542 396.249 7.972 46.500 95.978 32.144 26.667 Mei 2012 26.880 115.747 454.373 6.378 45.000 110.889 38.267 34.444 Juni 2012 28.800 103.751 440.956 6.378 49.500 87.533 49.889 37.778 Juli 2012 34.560 123.078 498.005 10.129 61.529 102.235 56.859 48.235 Agustus 2012 32.527 87.492 412.315 6.753 36.529 79.600 54.012 25.882 September 2012 34.561 89.818 427.822 6.378 42.000 104.733 47.367 32.889 Oktober 2012 28.800 52.844 339.969 12.756 31.500 85.200 53.267 26.556 November 2012 26.880 79.267 325.889 11.161 30.000 72.844 58.211 33.167 Desember 2012 28.461 89.021 365.233 10.129 39.706 57.271 45.376 38.588


(64)

Keterangan :

TIV : Tirta Investama

SM : Sepakat Maju

TSML : Tirta Sumber Menara Lestari

GCKM : Guna Cipta Karsa Mandiri

HMT : Helindo Mitra Tirta

TSMS : Tirta Sumber Mekar Sari

TDR : Tirta Dimans Raya

AWS : Anugerah Wahyudi Sejahtera

5.1.2. Lead Time Distribusi

Lead time distribution merupakan waktu yang diperlukan dalam pelepasan

order sampai order diterima di stock room pada distribution center. Lead time

pada setiap distribution center akan ditunjukkan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Lead Time Distribusi Setiap Distribution Center

Keterangan Distribution Center

TIV SM TSML GCKM HMT TSMS TDR AWS

Lead Time (Minggu) 1 1 1 1 1 1 1 1

Sumber : PT. Tirta Investama

5.1.3. Status PersediaanAwal

Status persediaan awal berisikan persediaan produk pada setiap

distribution center di awal perencanaan. Status persedian pada masing-masing


(65)

Tabel 5.3. Status Persediaan Awal Pada Distribution Center Pada Bulan Januari 2013

No. Distribution

Center Jumlah Persediaan (Botol)

1 TIV 1.138

2 SM 3.561

3 TSML 2.291

4 GCKM 405

5 HMT 1.588

6 TSMS 2.291

7 TDR 1.815

8 AWS 1.544

Sumber : PT. Tirta Investama

5.1.4. Biaya Pemesanan

Biaya pemesanan pada perusahaan memperhitungkan beberapa elemen biaya, yakni biaya transportasi, administrasi dan bongkar muat. Perhitungan biaya pemesanan ini berbeda-beda setiap DC tergantung jarak yang ditempuhnya.

Tabel 5.4. Biaya Pemesanan Pada Masing – masing Distribution Center

DC

Elemen Biaya

Total BiayaPemesanan

(Rp/Pesan)

Biaya Transportasi (Rp/Order) Biaya

Administrasi (Rp/Order) BiayaBongkar Muat (Rp/Kirim) Bahan Bakar Tenaga

Kerja Makan Retribusi

Sewa Armada

TIV 158.625 270.000 30.000 10.000 986.375 5.000 150.000 1.610.000

SM 1.730.250 745.000 65.000 20.000 8.464.750 5.000 250.000 11.280.000

TSML 158.625 270.000 30.000 10.000 986.375 5.000 150.000 1.610.000

GCKM NA NA NA NA NA NA NA 19.425.000

HMT 1.602.000 760.000 100.000 20.000 11.000.000 5.000 193.000 13.680.000

TSMS 1.613.250 760.000 100.000 20.000 11.000.000 5.000 181.750 13.680.000

TDR 1.680.750 760.000 100.000 20.000 11.000.000 5.000 114.250 13.680.000

AWS 1.545.000 760.000 100.000 20.000 11.000.000 5.000 250.000 13.680.000


(66)

5.1.5. Biaya Penyimpanan Persediaan

Rincian biaya penyimpanan persediaan terdiri dari biaya yang diperkirakan akibat adanya modal tertanam di dalam persediaan (capital cost), biaya yang digunakan untuk pemeliharaan barang, pemindahan produk, catatan-catatan dan sebagainya (storage cost). Besarnya biaya penyimpanan persediaan telah ditetapkan oleh perusahaan, yaitu sebesar 10 % dari harga penjualan produk/botol untuk satu tahun.

5.1.6. Frekuensi Pemesanan Selama 12 Bulan Sebelumnya

Frekuensi pemesanan pada setiap distribution center berbeda-beda, jumlah pemesanan yang dilakukan selama 12 bulan sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Frekuensi Pemesanan Bulan Januari 2012 – Desember 2012

No. Distribution

Center

Frekuensi Pemesanan / Tahun (f)

(kali)

1 TIV 34

2 SM 28

3 TSML 48

4 GCKM 22

5 HMT 20

6 TSMS 24

7 TDR 24

8 AWS 20


(67)

5.1.7. Pola Distribusi PT. Tirta Sibayakindo

Dalam melakukan proses pendistribusian barang ke konsumen, PT. Tirta Sibayakindo mendistribusikan produknya ke PT. Tirta Investama yang berada di Medan. Kemudian PT. Tirta Investama mendistribusikan barang ke setiap distributor yang berada di wilayah Medan, Banda Aceh, Pekanbaru, Batam, dan Padang. Kemudian distributor memasarkan barang tersebut ke konsumen. Pola distribusi pengiriman barang oleh PT. Tirta Sibayakindo dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1. Pola Pendistribusian Barang PT. Tirta Sibayakindo

5.1.8. Data dan Lokasi Distributor

Data lokasi distributor PT. Tirta Sibayakindo menjadi lokasi tujuan pengiriman produk Aqua yang terdapat di kota Medan, Padang, Banda Aceh, Pekan baru, dan Batam, dapat dilihat pada Tabel 5.6

PT. Tirta Sibayakindo

PT. Tirta Investama Medan

Distributor


(68)

Tabel 5.6. Lokasi Distributor PT. Tirta Sibayakindo No. Distribution Center Alamat Kantor

1 TIV Jalan Kapt. Sumarsono Helvetia by Pass, Medan 2 SM Jalan Tgk. Imum leungebata, Banda Aceh 3 TSML Jalan Kapt. Sumarsono Helvetia by Pass, Medan 4 GCKM Jalan Nangka, Batam

5 HMT Jalan Soekarno Hatta , Pekan Baru 6 TSMS Jalan Melayu, Pekan Baru

7 TDR Jalan Veteran, Padang 8 AWS Jalan Ahmad Karim, Padang Sumber : PT. Tirta Investama Medan

5.1.9. Jarak Antar Distributor

Jarak PT. Tirta Sibayakindo dengan distributor-distributor dan jarak antar distributor digunakan dalam menentukan jalur distibusi barang. Jarak didapat menggunakan googlemaps. Jarak PT. Tirta Sibayakindo Berastagi ke setiap distributor dan jarak antar distributor dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7. Jarak CSF ke Distributor dan Jarak Antar Distributor

Jarak ( Km ) CSF TIV SM TSML HMT TSMS TDR AWS

CSF

TIV 70,5

SM 769 601,9

TSML 69,6 0,9 601

HMT 712 686,9 1278 686

TSMS 717 691,9 1315 691 8,1

TDR 747 817,5 1356 816,6 332 325


(69)

5.1.10.Sarana Pendistribusian

Dalam melakukan proses pengiriman barang, perusahaan menggunakan sarana transportasi berupa mobil angkut. Spesifikasi dari sarana pengakutan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8. Spesifikasi Mobil Angkut

No Jenis Kendaraan Kecepatan rata-rata Kapasitas Jumlah

1 Intercooler roda 10 40 km/jam 1400 box 8 unit

Sumber : PT. Tirta Sibayakindo

Pengangkutan tidak bisa digunakan untuk distribusi di luar

kota Medan. Pendistribusian produk ke luar kota Medan hanya dilakukan dengan menggunakan kapasitas 1.400 box.

5.1.11.Hari dan Waktu Kerja

Hari kerja dan waktu kerja karyawan atau tim pengiriman barang pada PT. Tirta Sibayakindo dapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.9. Hari dan Waktu Kerja

Hari Kerja Time

Window

Waktu Kerja

Waktu Pengiriman (Hari) Medan Luar Medan

Senin-Sabtu 1 22.00-02.00 1 2

Senin-Sabtu 2 02.00-06.00 1 2

Senin-Sabtu 3 06.00-10.00 1 2

Senin-Sabtu 4 10.00-14.00 1 2

Senin-Sabtu 5 14.00-18.00 1 2

Senin-Sabtu 6 18.00-22.00 1 2


(70)

5.1.12.Data Jumlah Pengiriman Barang

Data jumlah pengiriman barang ke setiap distributor pada bulan Desember 2012 digunakan untuk merancang rute distribusi yang lebih optimal. Data jumlah pengiriman barang ke setiap distributor dapat dilihat pada tabel 5.10

Tabel 5.10. Jumlah Pengiriman Barang Bulan Desember 2012

No Nama

Distributor

Jumlah Kirim (Box) Total

kirim (Botol)

Total Box Minggu I

(2 Desember)

Minggu II (8 Desember)

Minggu III (13 Desember)

1 TIV - - 1.068 25.632 1.068

2 SM 1.400 1.400 539 80.119 3.339

3 TSML 5.600 7.000 1.097 328.710 13.697

4 GCKM - - 380 9.116 380

5 HMT - - 1.324 31.765 1.324

6 TSMS 1.400 - 748 51.544 2.148

7 TDR - 1.400 302 40.839 1.702


(71)

5.2. Pengolahan Data

5.2.1. Peramalan Permintaan Pada Distribution Center

Untuk meramalkan permintaan konsumen pada setiap distribution center, dilakukan 7 langkah peramalan. Berikut contoh peramalan permintaan pada Distribution Center TIV.

Langkah-langkah peramalan yang dilakukan adalah: 1. Menetapkan tujuan peramalan

Tujuan dilakukan peramalan adalah untuk meramalkan data jumlah

permintaan pada Distribution Center TIV pada 12 bulan yang akan datang. 2. Membuat scatter diagram

Gambar 5.2. Scatter Diagram Jumlah Permintaan Konsumen pada

Distribution Center TIV Bulan Januari 2012 sampai Bulan Desember 2012

3. Memilih metode yang mendekati pola yang dianggap sesuai Metode peramalan yang akan digunakan adalah sebagai berikut: a. Metode Siklis


(72)

b. Metode Kuadratis

4. Menghitung parameter-parameter fungsi peramalan

Untuk memudahkan perhitungan, maka dimisalkan X sebagai variabel tahun dan Y sebagai variabel jumlah permintaan Distribution Center TIV.

a. Metode Siklis

Fungsi peramalan :

Y

= na + b

     n t  2

sin + c

     n t  2 cos

Tabel 5.11. Perhitungan Parameter Peramalan Jumlah Permintaan

Distribution Center TIV dengan Metode Siklis

t Y (2πt/n)Sin (2πt/n)Cos

sin(2πt/n)

*

cos(2πt/n)

Y* Sin

(2πt/n) Y* Cos (2πt/n)

1 19.200,00 0,50 0,87 0,43 0,25 0,75 9.600,00 16.627,20

2 18.520,00 0,87 0,50 0,43 0,75 0,25 16.038,32 9.260,00

3 19.200,00 1,00 0,00 0,00 1,00 0,00 19.200,00 0,00

4 19.200,00 0,87 -0,50 -0,43 0,75 0,25 16.627,20 -9.600,00

5 25.880,00 0,50 -0,87 -0,43 0,25 0,75 12.940,00 -22.412,08

6 28.800,00 0,00 -1,00 0,00 0,00 1,00 0,00 -28.800,00

7 33.560,00 -0,50 -0,87 0,43 0,25 0,75 -16.780,00 -29.062,96 8 32.527,06 -0,87 -0,50 0,43 0,75 0,25 -28.168,43 -16.263,53

9 34.561,11 -1,00 0,00 0,00 1,00 0,00 -34.561,11 0,00

10 28.800,00 -0,87 0,50 -0,43 0,75 0,25 -24.940,80 14.400,00 11 26.880,00 -0,50 0,87 -0,43 0,25 0,75 -13.440,00 23.278,08

12 28.461,18 0,00 1,00 0,00 0,00 1,00 0,00 28.461,18

78,00 315.589,35 0,00 0,00 0,00 6,00 6,00 -43.484,82 -14.112,11

Sumber : Pengolahan Data

Y

= na + b

     n t  2

sin + c

     n t  2 cos

315.589,35 = 12 (a) + b (0) + c (0) 315.589,35 = 12 a


(1)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN 5.27. Distribution Resource Planning Sheet untuk Distribution Center

TDR ... V-34 5.28. Distribution Resource Planning Sheet untuk Distribution Center

AWS ... V-37 5.29. Pegging Information ... V-39 5.30. Rute Awal Distribusi Produk 13 Desember 2012 ... V-41 5.31. Biaya Transportasi Sebelum Penerapan Savings Matrix ... V-40 5.32. Jarak CSF ke DC dan Jarak Antar Distributor ... V-43 5.33. Tabel Penghematan Jarak ... V-44 5.34. Tabel Penghematan Jarak Iterasi Pertama ... V-45 5.35. Savings Matrix Setelah Dilakukan Iterasi ... V-48 5.36. Metode Nearest Neighbor Rute Kendaraan 1 ... V-49 5.37. Metode Nearest Neighbor Rute Kendaraan 2 ... V-49 5.38. Metode Nearest Neighbor Rute Kendaraan 3 ... V-49 5.39. Metode Nearest Neighbor Rute Kendaraan 4 ... V-49 5.40. Metode Nearest Neighbor Rute Kendaraan 5 ... V-49 5.41. Metode Nearest Neighbor Rute Kendaraan 6 ... V-49 5.42. Urutan Rute Distribusi Yang Akan Dikunjungi Terlebih Dahulu V-50 5.43. Biaya Transportasi Setelah Penerapan Savings Matrix ... V-50 6.1. Perbandingan Frekuensi Pemesanan ... VI-3


(2)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN 6.2. Perbandingan Sub Rute Distribusi ... VI-8 6.3. Perbandingan Jarak Distribusi ... VI-9 6.4. Urutan Rute Distribusi Yang Akan Dikunjungi ... VI-11 6.5. Perbandingan Biaya Transportasi Perusahaan Dengan Biaya

Setelah Penerapan Savings Matrix ... VI-12 6.6. Perbandingan Biaya Alat Angkut yang Dikeluarkan Perusahaan

dengan menggunakan alat angkut intercoolar roda 10 dengan


(3)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT. Tirta Sibayakindo... II-3 3.1. Taksonomi Peramalan ... III-5 3.2. Langkah-Langkah Peramalan Secara Kuantitatif ... III-8 3.3. Contoh Travelling Salesman Problem ... III-30 3.4. Bentuk Solusi Travelling Salesman Problem ... III-31 3.5. Pengurangan Jarak Tempuh Melalui Penggabungan

Tempat Pemberhentian Dalam Rute ... III-33 4.1. Kerangka Konseptual ... IV-3 4.2. Blok Diagram Metodologi Penelitian ... IV-8 5.1. Pola Pendistribusian Barang PT. Tirta Sibayakindo ... V-4 5.2. Scatter Diagram Jumlah Permintaan pada Distribution Center

TIV ... V-8 5.3. Moving Range Chart Jumlah Permintaan Distribution Center

TIV ... V-16 5.4. Scatter Diagram Peramalan Jumlah Permintaan

pada Distribution Center TIV ... V-17 5.5. Nilai Perbandingan Safety Stock Perusahaan... V-21 5.6. Nilai Perbandingan Hasil Perhitungan Safety Stock

Perusahaan dan POH Perusahaan ... V-21


(4)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN 6.1. Kondisi Persediaan DC TIV Menggunakan DRP ... VI-5 6.2. Kondisi Persediaan DC GCKM Menggunakan DRP ... VI-5 6.3. Kondisi Persediaan DC SM Menggunakan DRP ... VI-5 6.4. Kondisi Persediaan DC TSML Menggunakan DRP ... VI-6 6.5. Kondisi Persediaan DC TDR Menggunakan DRP ... VI-6 6.6. Kondisi Persediaan DC TSMS Menggunakan DRP ... VI-6 6.7. Kondisi Persediaan DC HMT Menggunakan DRP ... VI-7 6.8. Kondisi Persediaan DC AWS Menggunakan DRP ... VI-7


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... L-1 2. Tabel Nilai Kritik Sebaran F ... L-2


(6)

ABSTRAK

PT. Tirta Sibayakindo sebagai perusahaan nasional dituntut untuk memiliki kemampuan dalam mengelola sistem distribusi dengan baik. Pada kenyataannya perusahaan belum mampu melakukan perencanaan penjadwalan distribusi dengan tepat sehingga perusahaan belum dapat mengendalikan keadaan persediaan yang ada di gudang. Perusahaan cenderung menggunakan metode trial dan error dalam memproyeksikan permintaan atau order pada masa yang akan datang serta dalam merencanakan rute distribusi yang akan ditempuh armada transportasi perusahaan. Proses distribusi dalam satu kali pengiriman produk hanya dilakukan kepada satu distributor. Setiap distributor memiliki rute yang berbeda menyebabkan jarak tempuh yang lebih jauh. Jarak tempuh yang lebih jauh menyebabkan waktu dan biaya yang dibutuhkan juga lebih besar. Dengan menggunakan distribution resource planning (DRP) dan Savings Matrix maka diperoleh penurunan frekuensi jumlah pemesanan dari 220 kali pemesanan menjadi 153 kali pemesanan dengan persentasi penurunan sebesar 30,45% dan penghematan biaya distribusi sebesar Rp. 12.647.000. Input data permintaan untuk DRP merupakan hasil peramalan selama periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2013. Selanjutnya dilakukan perhitungan order quantity menggunakan metode Economic Order Quantity, perhitungan frekuensi pemesanan, dan perhitungan safety stock pada masing-masing DC. Selanjutnya dapat disusun perencanaan DRP untuk setiap DC dalam time bucket mingguan. Sistem DRP memberikan aliran informasi produk dari central supply facilities (CSF) ke setiap DC pada waktu dan jumlah yang sudah terintegrasi. Setelah dilakukan perencanaan DRP maka dilakukan perhitungan Savings Matrix untuk meminimalkan jarak tempuh kendaraan dan menghindari perjalanan bolak-balik serta menggabungkan dua rute pengiriman kedalam satu armada berdasarkan kapasitas transportasi yang ada sehingga mampu meminimalkan total biaya transportasi. Dengan menggunakan metode DRP dan metode Savings Matrix kegiatan distribusi dapat berjalan lebih efisien terhadap konsumen karena terkoordinasi dengan baik.

Kata kunci: Forecasting, Economic Order Quantity, Safety Stock, Distribution Resource Planning, dan Savings Matrix