C. Hubungan Hukum Antara Perusahaan Inti Dengan Plasma Pada Program Revitalisasi Perkebunan
Program Revitalisasi Perkebunan adalah upaya percepatan, pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanaman
perkebunan yang didukung kredit investasi perbankan dan subsidi bunga oleh pemerintah dengan melibatkan perusahaan dibidang usaha perkebunan sebagai mitra
pengembangan dalam pembangunan kebun, pengolahan dan pemasaran hasil. Komoditi yang dikembangkan adalah kelapa sawit, karet dan kakao serta kegiatan
mencakup perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanaman, seluas 2 juta ha. Untuk pelaksanaan Program Revitalisasi tersebut telah terbit Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 33Permentan0506 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 117PMK1206
Upaya yang akan dicapai berupa percepatan dan pengembangan perkebunan rakyat sebagai tujuan dari program revitalisasi tentunya memerlukan terciptanya
hubungan yang harmonis antara perusahaan inti dengan petani plasma. Hubungan inti dan plasma pada hakekatnya diatur dalam sebuah kontrak tertulis perjanjian inti
plasma. Kontrak tersebut secara spesifik menjabarkan hak dan kewajiban masing- masing pihak menurut Ernawati Chotim, secara umum perusahaan inti mempunyai
kewajiban untuk:
92
1. Menyediakan dan menyalurkan sarana produksi kepada plasma.
2. Membina dan membimbing plasma.
92
Ernawati Chotim, Disharmoni Inti Plasma Dalam Pola PIR, Bandung: Yayasan Akatiga, 1996, hlm. 63
Musa Rajekshah : Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Kemitraan Dalam Pengelolaan Hak Atas Tanah Usaha Perkebunan Berdasarkan Program Revitalisasi Perkebunan, 2009
USU Repository © 2008
3. Mengusahakan pinjaman kredit untuk plasma.
4. Mengolah hasil plasma.
5. Menjamin dan menampung hasil plasma sesuai dengan kesepakatan.
Secara umum kewajiban petani plasma untuk mengikuti semua petunjuk inti dan menjual hasil produknya kepada inti plasma. Adapun kewajiban perusahaan inti
plasma sebagai berikut: 1.
Membeli dan mengolah produksi petani plasma. 2.
Membimbing petani plasma. 3.
Menetapkan harga pembelian TBS, dengan mengacu pada Keputusan Dirjenbun. 4.
Membantu Bank dalam penyaluran kredit. Kewajiban petani plasma antara lain :
1. Menandatangani akad kredit.
2. Melunasi kredit sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh pihak inti.
3. Menjual TBS kepada pihak inti.
Mengenai hak perusahaan inti antara lain: 1.
Menilai dan menentukan calon petani. 2.
Melakukan pemotongan 30 hasil TBS. 3.
Menetapkan rendemen minyak sawit. Mengenai hak petani plasma antara lain :
1. Memperoleh kebun 2 Ha.
2. Memperoleh salinan Sertifikat Hak Milik asli sebagai anggunan di Bank
3. Memperoleh bimbingan teknis.
Musa Rajekshah : Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Kemitraan Dalam Pengelolaan Hak Atas Tanah Usaha Perkebunan Berdasarkan Program Revitalisasi Perkebunan, 2009
USU Repository © 2008
4. Memperoleh 70 hasil dari Penjualan TBS.
Untuk lebih jelasnya mengenai hak dan kewajiban perusahaan inti dan petani plasma ini dapat dilihat dalam pedoman pelaksanaan keterkaitan kemitraan di bidang
industri kecil yang menyatakan: 1.
Pengusaha besar inti dalam pola PIR berkewajiban untuk menampung seluruh hasil produksi plasma.
2. Perusahaan besar sebagai inti, berkewajiban membuka lahan baru dan
memelihara lahan baru. 3.
Membimbing petani, memberikan layanan saprodi. 4.
Menjamin pemasaran hasil petani. Kewajiban petani plasma sebagai berikut:
1. Petani plasma wajib menyetor seluruh hasil panennya kepada perusahaan inti.
2. Petani plasma berkewajiban melakukan usahatani sesuai dengan petunjuk
perusahaan inti. Mengenai hak perusahaan inti antara lain :
1. Membeli seluruh hasil petani plasma
2. Mengolah hasil petani plasma
3. Memasarkan hasil petani plasma
Hak petani plasma antara lain : 1.
Menerima hasil penjualan panennya berupa uang tunai.
Musa Rajekshah : Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Kemitraan Dalam Pengelolaan Hak Atas Tanah Usaha Perkebunan Berdasarkan Program Revitalisasi Perkebunan, 2009
USU Repository © 2008
2. Memperoleh sarana dan lahan pekarangan secara cuma-cuma dari perusahaan inti
yang tergantung kondisi dan jenis PIR.
3. Memiliki kebun plasma setelah melunasi kreditnya.
Dalam hal tidak terpenuhinya hak dan kewajiban sebagaimana tertuang dalam perjanjian inti plasma sebagai hubungan hukum para pihak maka pihak yang
menerbitkan kerugian dapat dikategorikan sebagai perbuatan wanprestasi. Pengertian yang umum mengenai wanprestasi adalah pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat
waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya. Sehingga seorang debitur disebutkan dan berada dalam keadaan wanprestasi, apabila ia dalam melakukan
pelaksanaan prestasi perjanjian terlambat dari jadwal waktu yang ditentukan atau
dalam melaksanakan tidak menurut sepatutnya dan selayaknya.
Perlu diketahui dalam perjanjian inti plasma yang dibuat perusahaan inti dengan petani plasma adalah perjanjian jual beli hasil Tandan Buah Segar TBS
Kelapa Sawit. Menurut jenisnya perjanjian jual beli tersebut termasuk perjanjian timbal balik. Artinya perjanjian tersebut menampilkan hak dan kewajiban kepada
kedua belah pihak, baik kepada perusahaan inti, maupun kepada petani plasma, maka dengan demikian wanprestasi tersebut dapat terjadi baik dari pihak petani maupun
dari pihak perusahaan inti.
Oleh karena perusahaan inti sebagai kreditur dan petani plasma sebagai
debitur, maka terhadap kelalaian atau kealpaan si debitur dapat diancam beberapa sanksi atau hukuman antara lain:
1. Membayar kerugian yang diderita kreditur atau ganti rugi.
2. Pembatalan perjanjian.
3. Peralihan risiko.
Musa Rajekshah : Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Kemitraan Dalam Pengelolaan Hak Atas Tanah Usaha Perkebunan Berdasarkan Program Revitalisasi Perkebunan, 2009
USU Repository © 2008
4. Membayar perkara, kalau sampai diperkarakan di depan hakim.
Dengan demikian, apabila petani tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian. maka pihak kreditur dapat menuntut pihak debitur
untuk melakukan salah satu dari sanksi yang disebutkan di atas. Jika wanprestasi itu
benar-benar menimbulkan kerugian kepada kreditur, maka debitur wajib mengganti kerugian yang timbul. Akan tetapi untuk itu harus ada hubungan sebab akibat atau
causal verband antara wanprestasi dengan kerugian.
93
Dalam perjanjian inti
plasma, apabila petani plasma sebagai debitur terlambat menyerahkan hasil panennya berupa TBS Kelapa Sawit, maka pihak perusahaan inti sebagai kreditur, menetapkan
prosentase rendemen dari TBS Kelapa Sawit, sesuai dengan peraturan teknis yang ada pada perusahaan inti. Sebagai
contoh terhadap kelalaian penggangkutan TBS oleh Petani plasma ke Pabrik perusahaan inti, maka perusahaan inti telah menetapkan
antara lain:
94
1. Apabila TBS menginap satu malam dibayar dengan harga 98 dan harga pokok.
2. Apabila TBS menginap dua malam dibayar dengan harga 95 dari harga pokok.
3. Apabila TBS menginap tiga malam dibayar dengan harga 90 dari harga pokok.
4. Apabila TBS menginap lebih dari tiga malam, maka TBS tersebut tidak lagi
diterima oleh pihak perusahaan inti.
93
Pasal 1243 KUH Perdata yang menyatakan bahwa penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si berutang, setelah
dinyatakan lalai memenuhi perkatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya.
94
Hasil wawancara dengan Abdul Khobir, Kasi Pemasaran PT. Anugerah Langkat Makmur, tanggal 17 Desember 2008
Musa Rajekshah : Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Kemitraan Dalam Pengelolaan Hak Atas Tanah Usaha Perkebunan Berdasarkan Program Revitalisasi Perkebunan, 2009
USU Repository © 2008
Ganti kerugian sering dirinci dalam tiga unsur: biaya , rugi dan bunga. Biaya adalah segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh
satu pihak. Istilah rugi adalah kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan kreditur yang diakibatkan oleh kelalaian debitur, sedangkan bunga adalah kerugian
yang berupa kehilangan keuntungan, yang sudah dibayangkan atau dihitung oleh
kreditur.
Dalam perjanjian inti plasma, mengenai ganti kerugian ini lebih dititikberatkan kepada kerugian perusahaan inti yang disebabkan oleh kelalaian petani plasma. Oleh
karena yang menanam Kelapa Sawit, pada Proyek PIR-BUN adalah petani plasma. Artinya petani plasmalah yang menghasilkan TBS tersebut, bukannya perusahaan
inti. Pada prinsipnya berakhirnya perjanjian inti plasma, sama dengan berakhirnya perjanjian. Apabila memperhatikan perjanjian inti plasma yang termaktub dalam
perjanjian produksi dan jual beli Tandan Buah Segar TBS Kelapa Sawit antara petani plasma dengan perusahaan inti dapat disimpulkan bahwa perjanjian inti plasma
tersebut berakhir apabila pinjaman petani plasma tersebut telah lunas, yang ditandai dengan pemberian sertifikat hak milik kepada petani plasma.
D. Contract Farming Melalui Pola Hubungan Perusahaan Inti Plasma