Wanprestasi dan Ganti Kerugian Perselisihan dan Domisili

dan atau surat keterangan dari instansi berwenang yang dapat ditingkatkan menjadi sertifikat. b. Anggunan tambahan adalah avalis mitra usaha sampai dengan kredit lunas untuk yang bermitra.

5. Wanprestasi dan Ganti Kerugian

Wanprestasi dalam perjanjian inti plasma antara perusahaan inti dengan petani plasma dapat terjadi baik dari pihak perusahaan inti maupun dari pihak petani plasma. Dari pihak perusahaan wanprestasi dapat terjadi bila perusahaan terlambat membayarkan hasil pengolahan TBS Kelapa Sawit milik petani plasma, maka petani plasma dapat mengajukan bunga dari uang yang terlambat dibayarkan tersebut. Besarnya bunga keterlambatan tersebut harus dimusyawarahkan antara petani dan perusahaan inti. 130 Sebaliknya perusahaan inti menetapkan peraturan yang berkaitan dengan keterlambatan petani mengirimkan Tandan Buah Segar Kelapa Sawitnya kepada perusahaan inti. Ketentuan tersebut menyebutkan, apabila petani plasma terlambat menyetorkan basil panennya ke perusahaan inti, maka atas keterlambatan tersebut dikenakan pemotongan harga 2 dari hari harga pokok per hari keterlambatan, keterlambatan tersebut paling lama 3 hari dari hari panen. Dengan demikian setelah hari keempat dari hari panen petani plasma menyetorkan hasil panenya kepada perusahaan inti, maka perusahaan inti berhak menolaknya, dan 130 Hasil wawancara dengan Alpi Sahari, Staf Legal PT. Anugerah Langkat Makmur, tanggal 18 Desember 2008 Musa Rajekshah : Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Kemitraan Dalam Pengelolaan Hak Atas Tanah Usaha Perkebunan Berdasarkan Program Revitalisasi Perkebunan, 2009 USU Repository © 2008 perusahaan inti dapat memintakan ganti kerugian dari keterlambatan tersebut, besarnya ganti kerugian tersebut harus dimusyawarahkan terlebih dahulu antara petani plasma dengan perusahaan inti.

6. Perselisihan dan Domisili

Perjanjian produksi dan jual beli TBS antara petani peserta dan Perusahaan inti PT. Anugerah Langkat Makmur menyebutkan : Suatu persengketaan atau perbedaan pendapat yang timbul dari atau dalam hubungan dengan perjanjian ini yang tidak dapat diselesaikan oleh pihak yang bersangkutan akan diajukan kepada Tim Pembina Proyek-Proyek Perkebunan baik Kabupaten maupun Propinsi. Dalam hal dibutuhkan penyelesaian oleh aparat hukum, persengketaan atau perbedaan pendapat diselesaikan dengan mediasi di bawah pengawasan Tim Pembina Proyek di Pengadilan Negeri terdekat. Menurut hemat penulis bunyi perjanjian di atas mengalami kerancuan makna dan ketidaktegasan para pihak dalam menyelesaikan suatu perselisihan, di mana setelah para pihak tidak dapat menyelesaikan perselisihaannya dengan cara musyawarah, maka para pihak menunjuk pemerintah, sebagai Tim Pembina Proyek-proyek Perkebunan untuk menyelesaikannya. Apabila tidak dapat diselesaikan oleh tim tersebut, maka para pihak akan menunjuk mediasi untuk menyelesaikannya, yang kedudukannya dibawah pengawasan Tim Pembina Proyek di Pengadilan Negeri terdekat. Namun sampai saat ini menyangkut tentang penyelesaian sengketa yang terjadi pada pelaksanaan pengembangan proyek PIR-LOK Sei Lepan antara PT. Anugerah Langkat Makmur dengan KUD Baja bahwa penunjukan mediasi yang berkedudukan di bawah pengawasan Tim Pembina Proyek dengan melibatkan Musa Rajekshah : Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Kemitraan Dalam Pengelolaan Hak Atas Tanah Usaha Perkebunan Berdasarkan Program Revitalisasi Perkebunan, 2009 USU Repository © 2008 instansi yang berwenang tidak berjalan sehingga penyelesian sengketa yang dilakukan oleh PT. Anugerah Langkat Makmur adalah penyelesaian secara musyawarah dan mufakat dengan melibatkan pengurus koperasi, petani plasma dan pemerintah Desa. Untuk itu seharusnya perjanjian penyelesaian sengketa yang diatur oleh para pihak tersebut seharusnya cukup memilih dua cara penyelesaian yaitu secara musyawarah untuk mufakat atau secara hukum, baik itu melalui non litigasi atau melalui ligitasi pada Pengadilan Negeri di mana perselisihan itu terjadi, sesuai dengan locus dan tempus delictinya. Dengan demikian bunyi perjanjian di atas harus segera diperbaiki, agar lebih mencerminkan kepastian hukum tentang cara yang diambil para pihak dalam menyelesaikan perselisihan.

7. Berakhirnya Perjanjian Inti plasma

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Tentang Pelaksanaan atas Perpanjangan Sertipikat Hak Guna Bangunan yang Berada di Atas Tanah Hak Pengelolaan Pemerintah Kota Pakanbaru

4 112 105

Tinjauan Yuridis Terhadap Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam Transaksi Jual Beli Tanah dan Bangunan di Kota Tanjung Balai

6 129 121

PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH HAK GUNA USAHA (HGU) PERKEBUNAN Penertiban Dan Pendayagunaan Tanah Hak Guna Usaha (Hgu) Perkebunan Di Jawa Tengah (Studi Analisis Terhadap Tanah Terlantar).

0 1 14

Analisis Yuridis Perubahan Hak Atas Tanah Dari Status Hak Guna Usaha Menjadi Hak Pengelolaan Pada Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei PT.Perkebunan Nusantara III (Persero)

0 0 14

Analisis Yuridis Perubahan Hak Atas Tanah Dari Status Hak Guna Usaha Menjadi Hak Pengelolaan Pada Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei PT.Perkebunan Nusantara III (Persero)

0 0 2

Analisis Yuridis Perubahan Hak Atas Tanah Dari Status Hak Guna Usaha Menjadi Hak Pengelolaan Pada Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei PT.Perkebunan Nusantara III (Persero)

0 0 25

Analisis Yuridis Perubahan Hak Atas Tanah Dari Status Hak Guna Usaha Menjadi Hak Pengelolaan Pada Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei PT.Perkebunan Nusantara III (Persero)

0 0 67

Analisis Yuridis Perubahan Hak Atas Tanah Dari Status Hak Guna Usaha Menjadi Hak Pengelolaan Pada Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei PT.Perkebunan Nusantara III (Persero)

0 0 5

BAB II PENGATURAN POLA KEMITRAAN USAHA PERKEBUNAN ANTARA PERUSAHAAN PERKEBUNAN DENGAN MASYARAKAT A. Tinjauan Umum Pola Kemitraan Perkebunan - Tinjauan Yuridis Perjanjian Pola Kemitraan Perkebunan Kelapa Sawit Inti-Plasma Antara PT. Boswa Megalopolis Denga

0 0 33

KETIMPANGAN DALAM KEMITRAAN USAHA PERKEBUNAN Variasi dan Perkembangan Sistem Kemitraan

0 0 15