Ruang Lingkup Perjanjian Inti Plasma di PT. Anugerah Langkat Makmur

BAB III PENERAPAN KERJASAMA PENGELOLAAN HAK ATAS TANAH USAHA

PERKEBUNAN ANTARA PETANI PESERTAKOPERASI DENGAN MITRA USAHA PERUSAHAAN PERKEBUNAN BERDASARKAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN

A. Ruang Lingkup Perjanjian Inti Plasma di PT. Anugerah Langkat Makmur

Indonesia merupakan negara agraris, sektor pertanian merupakan bidang kehidupan yang paling vital, di samping itu Indonesia juga merupakan negara yang sedang berkembang dan terus menerus memacu dan memperbaiki semua sektor untuk pembangunan ekonomi, dimana 60 penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, maka wajar kalau dalam beberapa pelita sektor pertanian selalu didudukkan pada prioritas yang utama. 112 Hal ini menunjukkan bahwa peranan sektor pertanian di samping tercatat sebagai penghasil devisa yang cukup besar, juga merupakan sebagian besar sumber kehidupan, bagi sebagian penduduknya. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem perdagangan atau perusahaan basil pertanian. sebagai suatu kegiatan mata rantai kegiatan agribisnis. Untuk mencapai proses tersebut diperlukan suatu konsep yang utuh, mulai dari proses produksi, mengelola hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian. 113 Konsep di atas dapat terlaksana dengan baik jika terpenuhinya sumber daya manusiaalam, pengguna teknologi yang tinggi, dan peruntukannya, serta tersedianya modal uang yang cukup. Strategi pembangunan saat ini diarahkan untuk mewujudkan 112 Entang Sastraatmadja, Ekonomi Pertanian Indonesia Masalah Gagasan dan Strategi, Bandung: Angkasa, 1989, hlm. 35 113 Soekarwati, Agribisnis Teori dan Aplikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993, hlm. 2 Musa Rajekshah : Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Kemitraan Dalam Pengelolaan Hak Atas Tanah Usaha Perkebunan Berdasarkan Program Revitalisasi Perkebunan, 2009 USU Repository © 2008 pertanian yang tangguh yang didirikan oleh kemampuan dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor terkait dalam sistem perekonomian secara keseluruhan. Kebijaksanaan operasional pelaksanaan pertanian didasarkan pada penerapan sistem agribisnis terpadu yang berkelanjutan dengan pemanfaatan secara optimal sumber daya pertanian dalam suatu kawasan ekosistem. Dengan pendekatan ini orientasi pembangunan tidak hanya pada peningkatan produksi dan pendapatan petani saja, tetapi diperluas mencakup pengembangan keseluruhan sistem Agribisnis yang dilaksanakan secara terpadu. Musa Rajekshah : Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Kemitraan Dalam Pengelolaan Hak Atas Tanah Usaha Perkebunan Berdasarkan Program Revitalisasi Perkebunan, 2009 USU Repository © 2008 Selanjutnya pembangunan pertanian atau perkebunan diharapkan dapat berjalan dalam mendorong pemerataan pertumbuhan dan dinamika ekonomi pedesaan, sehingga mampu mengangkat kesejahteraan masyarakat pedesaan pada kondisi yang lebih baik yang berarti pula mengentaskan kemiskinan. Oleh karena itu dalam rangka peningkatan pendapatan petani dan kesejahteraan petani, maka pelaksanaan pembangunan pertanian atau perkebunan tetap harus ditingkatkan. Peningkatan produksi pertanian atau perkebunan dilaksanakan melalui peningkatan produktivitas usaha tani, perluasan lahan pertanian, serta pemanfaatan lahan-lahan yang tidur atau tidak produktif. Hal ini berarti bahwa tingkat produktivitas yang dicapai masih jauh di bawah tingkat produk potensial. Rendahnya tingkat produksi perkebunan rakyat disebabkan antara lain masih rendahnya tingkat penggunaan teknologi budidaya perkebunan. Berdasarkan atas kondisi ini, dalam rangka peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 berbunyi, Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, maka strategi pembangunan perkebunan diprioritaskan pada pengembangan perkebunan rakyat. Di samping itu dalam rangka terciptanya keseimbangan dan pengembangan, maka perkebunan besar milik negara maupun swasta diwajibkan giat dalam pengembangan perkebunan sebagai wahana pembangunan agent of development. Menurut Mubyarto kebijaksanaan pertanian adalah, Serangkaian kegiatan yang terns, sedang dan akan dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun tujuan kebijaksanaan pertanian Indonesia adalah untuk memajukan pertanian, mengusahakan agar pertanian lebih produktif sehingga produksi dan efisiensi produksi naik dan akibatnya tingkat penghidupan petani dan kesejahteraannya lebih tinggi dan lebih merata. 114 Pada tahun 1970-an, peran pemerintah terhadap pengembangan perkebunan rakyat semakin meningkat. Dalam kurun waktu tersebut program pemerintah diarahkan pada usaha intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi pertanian. Pelaksanaan program pemerintah tersebut dilaksanakan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan partial dan integreted. Pendekatan partial adalah bantuan yang diberikan pada perkebunan dalam bentuk penyediaan sebagian dari faktor produksi yang umumnya bahan tanaman serta pembinaan, sedangkan pendekatan integreted adalah pemberian bantuan seluruh faktor produksi sampai ketahap pemasarannya. Pelaksanaan dengan pendekatan integreted adalah dalam bentuk pola UPP Unit Pelaksanaan Proyek dan pola PIR Perusahaan Inti Rakyat. 115 114 Mubyarto, Pengantar Ekonomi Pertanian, Edisi III Jakarta: LP3ES, 1989, hlm. 243 115 Ibid Musa Rajekshah : Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Kemitraan Dalam Pengelolaan Hak Atas Tanah Usaha Perkebunan Berdasarkan Program Revitalisasi Perkebunan, 2009 USU Repository © 2008 Kenyataannya dari kedua pola tersebut yang lebih banyak dikembangkan adalah pola PIR, Keadaan ini diselaraskan dengan kondisi perkebunan rakyat yang pada umumnya kekurangan modal dalam upaya peremajuan dan pemeliharaan guna untuk mencapai produktivitas yang lebih tinggi. Kemitraan usaha yang dijalin didasari suatu sistem pengelolaan dan pemasaran hasil dalam suatu sistem kerja sama yang saling menguntungkan. Perkebunan inti rakyat ini merupakan perkebunan negara yang dimaksudkan untuk menjadi perkebunan inti bagi rakyat di sekitarnya. Keberadaan PIR diharapkan menjadi pusat pelaksanaan, pusat penelitian, pembinaan budi daya, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan rakyat yang ada disekitarnya. Kegiatan perkebunan ini diharapkan akan membantu perkembangan koperasi perkebunan rakyat. Oleh karena itu perkebunan inti ini baru berkembang serta studi-studi empiris belum banyak dilakukan, maka hubungan antara perkebunan inti dengan perkebunan rakyat disekitarnya belum dapat digambarkan secara nyata. Pola PIR-BUN dilaksanakan di wilayah proyek untuk mengembangkan ekonomi setempat dengan mernperhatikan tata ruang yang mencakupi wilayah usaha tani, pemukiman dengan kelengkapan sarana. serta dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. 116 Keterikatan antara perusahaan inti dengan petani plasma sebagai pelaksanaan program revitalisasi perkebunan dimuat dalam suatu perjanjian yang disebut perjanjian inti plasma dan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat menghambat penyelenggaraan program revitalisasi perkebunan. Adapun faktor-faktor dimaksud sebagai berikut: Pertama, 116 M. Azis, Agribisnis dan Pengembangan Perkebunan, Makalah Disampaikan Pada Lokakarya RUU Perkebunan yang diselenggarakan oleh Departemen Pertanian RI, Jakarta 25-27 September 1980, hlm. 15 Musa Rajekshah : Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Kemitraan Dalam Pengelolaan Hak Atas Tanah Usaha Perkebunan Berdasarkan Program Revitalisasi Perkebunan, 2009 USU Repository © 2008 terdapatnya beberapa peraturan daerah di kabupatenkota yang berbeda sehingga menjadi dilema menyangkut tentang revitalisasi perkebunan dan menyebabkan mitra usaha perusahaan inti mengalami kesulitan dalam pelaksanaan revitalisasi perkebunan terutama menyangkut penetapan petani peserta plasma yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah dan perjanjian penyelenggaraan program revitalisasi perkebunan. Kedua, peran pemerintah daerah saat ini kurang mendukung pelaksanaan program revitalisasi, pemerintah daerah cenderung membebankan kewajibannya untuk menyelenggarakan program revitalisasi perkebunan kepada perusahaan yang ditunjuk dalam penyelenggaraan revitalisasi perkebunan, kewajiban pemerintah terlihat hanya sebatas penetapan pekebun sebagai petani peserta. Ketiga, pihak bank pemerintah yang ditunjuk dalam hal pembiayaan proyek investasi revitalisasi perkebunan dengan pemberian subsidi bunga cenderung menerapkan administrasi yang berbelit-belit sehingga penyelenggaraan pembangunan kebun menjadi terhambat. Disatu sisi subsidi bunga yang diberikan menimbulkan celah bagi perusahaan- perusahaan yang nakal untuk memanfaatkan fasilitas yang diberikan demi kepentingan pribadi danatau badan usahanya. Keempat, apabila berakhirnya tenggang waktu perjanjian kredit antara petani plasma dan perusahaan inti sebagai avalis di bank maka petani plasma ada yang menjual kebunnya kepada pihak ketiga sehingga tujuan dari program revitalisasi telah beralih fungsi. Selanjutnya menyangkut ruang lingkup perjanjian inti plasma antara PT. Anugerah Langkat Makmur dengan KUD Berkat Anugerah Jaya BAJA PIR LOK SEI LEPAN Kabupaten Langkat dapat dirinci sebagai berikut: Musa Rajekshah : Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Kemitraan Dalam Pengelolaan Hak Atas Tanah Usaha Perkebunan Berdasarkan Program Revitalisasi Perkebunan, 2009 USU Repository © 2008

1. Identitas para pihak

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Tentang Pelaksanaan atas Perpanjangan Sertipikat Hak Guna Bangunan yang Berada di Atas Tanah Hak Pengelolaan Pemerintah Kota Pakanbaru

4 112 105

Tinjauan Yuridis Terhadap Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam Transaksi Jual Beli Tanah dan Bangunan di Kota Tanjung Balai

6 129 121

PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH HAK GUNA USAHA (HGU) PERKEBUNAN Penertiban Dan Pendayagunaan Tanah Hak Guna Usaha (Hgu) Perkebunan Di Jawa Tengah (Studi Analisis Terhadap Tanah Terlantar).

0 1 14

Analisis Yuridis Perubahan Hak Atas Tanah Dari Status Hak Guna Usaha Menjadi Hak Pengelolaan Pada Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei PT.Perkebunan Nusantara III (Persero)

0 0 14

Analisis Yuridis Perubahan Hak Atas Tanah Dari Status Hak Guna Usaha Menjadi Hak Pengelolaan Pada Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei PT.Perkebunan Nusantara III (Persero)

0 0 2

Analisis Yuridis Perubahan Hak Atas Tanah Dari Status Hak Guna Usaha Menjadi Hak Pengelolaan Pada Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei PT.Perkebunan Nusantara III (Persero)

0 0 25

Analisis Yuridis Perubahan Hak Atas Tanah Dari Status Hak Guna Usaha Menjadi Hak Pengelolaan Pada Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei PT.Perkebunan Nusantara III (Persero)

0 0 67

Analisis Yuridis Perubahan Hak Atas Tanah Dari Status Hak Guna Usaha Menjadi Hak Pengelolaan Pada Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei PT.Perkebunan Nusantara III (Persero)

0 0 5

BAB II PENGATURAN POLA KEMITRAAN USAHA PERKEBUNAN ANTARA PERUSAHAAN PERKEBUNAN DENGAN MASYARAKAT A. Tinjauan Umum Pola Kemitraan Perkebunan - Tinjauan Yuridis Perjanjian Pola Kemitraan Perkebunan Kelapa Sawit Inti-Plasma Antara PT. Boswa Megalopolis Denga

0 0 33

KETIMPANGAN DALAM KEMITRAAN USAHA PERKEBUNAN Variasi dan Perkembangan Sistem Kemitraan

0 0 15