Sejarah Kabupaten Labuhanabatu Deskripsi Lokasi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Sejarah Kabupaten Labuhanabatu

Berdasarkan pengkajian sejarah, Labuhanbatu berasal dari nama sebuah dusun yang terletak dipinggiran sungai Siarti, sekarang Kecamatan Panai Tengah, yang berbatasan dengan Propinsi Riau. Pada mulanya merupakan dusun yang disingkat dari kata-kata Pelabuhanbatu. Yang dijadikan tempat persingahan perahu-perahu yang membawa barang, baik dari hilir maupun hulu. Sejarahnya dimulai dari tahun 1861 ketika Belanda datang ke Pelabuhanbatu dipimpin oleh Bavel HEBE melalui Pelabuhanbatu yang dijadikan Belanda sebagai tempat mengangkut bahan-bahan dari dan ke Belanda. Kabupaten Labuhanbatu sebelum tahun 1945 merupakan Onder Afdeling dari Afdeling Asahan-Labuhanbatu yang berkedudukan di Tanjung Balai. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda berada dalam wilayah Onder Afdeling Asahan- Labuhanbatu dipimpin 4 empat kesultanan yaitu: 1. Kesultanan Kualuh, berpusat di Tanjung Pasir 2. Kesultanan Bilah, berpusat di Negeri Lama 3. Kesultanan Kota Pinang, berpusat di Kota Pinang 4. Kesultanan Panai, berpusat di Labuhan Bilik Ditambah 2 dua Half-bestuur kerajaan Kampung Raja berkedudukan di Tanjung Medan dan kerajaan Marbau berkedudukan di Marbau. 48 Dalam sejarah melayu yang dikenal sebagai sumber persejarahan negeri- negeri melayu ditulis oleh Tun Sri Lanang disebutkan bahwa di Sumatera Timur wujud negeri yang dipimpin oleh sultan, yaitu Negeri Tamiang, Langkat, Deli Serdang, Asahan, Kota Pinang, Bilah dan Panai. Dengan demikian dapat dipahami bahwa sejak zaman kesultanan Melayu, daerah Labuhanbatu yang terdiri dari kesultanan Kualuh, Kota Pinang, Bilah dan Panai merupakan daerah yang makmur sejahtera serta masyarakatnya kuat baik secara ekonomi, sosial, budaya dan politik. Dalam hikayat Deli, yang dituliskan oleh panglima besar kesultanan Deli pada awal abad ke-17 juga dinyatakan kedudukan dan kemakmuran negeri-negeri di Kabupaten Labuhanbatu yakni Kota Pinang, Panai, Bilah, dan Kualuh. Dalam pengungkapan hikayat Deli ini lebih menggambarkan tentang keadaan terjadinya pembauran terhadap masyarakat negeri-negeri tersebut dengan komunitas masyarakat lain. Pembauran dinyatakan bahwa dampak kemakmuran bagi masyarakat dinegeri tersebut terlihat pada hikayatnya yaitu : “..............kiranya penting dipahami bahwa negeri-negeri dihujung sana Kota Pinang, Bilah, Panai, dan Kualuh mudah dilayari, ramai para handai tolannya berdatangan, ia pun makmur tiada taranya”. Dari kutipan tersebut jelas bahwa sejak zaman dahulu, masyarakat Labuhanbatu merupakan masyarakat yang heterogen dan terbuka untuk membaur dengan komunitas masyarakat lain yang ingin merantau ke Labuhanbatu. Selain itu masyarakat Labuhanbatu juga memiliki ikatan persaudaraan yang erat, sehingga tidak mengherankan jika pada waktu itu, Labuhanbatu merupakan daerah yang sangat makmur. 49 Secara administratif awalnya Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu dipimpin oleh seorang asisten residen Bupati sedangkan Onder Adeling dipimpin seorang Counteleur Wedana. Counteleur Labuhanbatu pertama 1862- 1920 berada dikampung Labuhanbatu. Pada tahun 1920-1924 dipindahkan ke Labuhan Bilik. Pada tahun 1924 dipindahkan lagi ke Marbau 1924-1928. Empat tahun kemudian dipindahkan lagi ke Aek Kota Batu 1928-1932. Pada tahun 1932 dipindahkan ke Rantauprapat 1932-1948. Selama tahun 1948-1949 dipindahkan ke Lobusona. Pada tahun 1949 kembali lagi ke Rantauprapat dan berkelanjutan hingga proklamasi kemerdekaan republik Indonesia sampai sekarang. Pada tanggal 26 juni 1946 dewan Legislatif keresidenan Sumatera Timur menetapkan pengangkatan 6 enam orang Bupati untuk 6 enam orang Kabupaten di keresidenan Sumatera Timur dan sekaligus pengangkatan para Wedana di wilayah Kabupaten tersebut. Salah seorang diantara Bupati tersebut adalah, Bupati Labuhanbatu. Kemudian surat keputusan keresidenan Sumatera Timur No. 674 Tanggal 12 September 1946, menetapkan pengangkatan 13 orang Para Asisten Wedana Camat di Kabupaten Labuhanbatu terhitung mulai tanggal 1 juli 1946. Selanjutnya pada tanggal 10 Desember 1948 pembentukan Kabupaten Labuhanbatu disyahkan dengan keputusan komisariat Pemerintahan Pusat KOPEMSUS No. 89KOMU yang wilayahnya sebagaimana ditetapkan oleh komite nasional daerah keresidenan Sumatera Timur tanggal 19 juni 1946. 50 Berdasarkan undang-undang nomor 7 Drt Tahun 1956 tentang pembentukan daerah otonomi Kabupaten-Kabupaten dalam lingkungan daerah Propinsi Sumatera Utara dan Undang-Undang no. 1 tahun 1957, Kabupaten Labuhanbatu ditetapkan menjadi daerah Swantara tingkat II dan terjadi pengurangan jumlah Kecamatan dari 13 Kecamatan menjadi 12 Kecamatan Kecamatan Kualuh Leidong bergabung dengan Kecamatan Kualuh Hilir menjadi Kecamatan Kualuh Hilir.

4.1.2. Deskripsi Daerah Kabupaten Labuhanabatu