pendukungnya adalah kaum terpelajar daerah perkotaan. Masalahnya, mendapat pendidikan formal tidak menjamin seseorang dapat melakukan lobbi politik.
Lobbi lebih merupakan satu seni daripada ilmu. Untuk bisa melakukannya dengan baik, seseorang harus memiliki jaringan pergaulan yang luas, harus memiliki
pengalaman lapangan yang cukup. Sehingga dapat disimpulkan persoalannya bukan terletak kepada mampu atau tidaknya kelompok kepentingan memainkan
lobby politik, tapi pada ada atau tidak adanya ruang dan kesempatan melakukannya.
2.3.2. Partai Politik
Partai politik Parpol merupakan sekumpulan orang yang secara terorganisir membentuk sebuah lembaga yang bertujuan merebut kekuasaan
politik secara sah untuk bisa menjalankan program-programnya. Partai politik mempunyai asas, tujuan, ideologi, dan misi tertentu yang
diterjemahkan kedalam program-programnya. Adapun fungsi dari partai politik, yaitu : Fadillah, 2004
a. Fungsi Artikulasi Kepentingan
å Proses penginputan berbagai
kebutuhan, tuntutan dan kepentingan melalui wakil-wakil kelompok yang masuk dalam lembaga legislatif, agar kepentingan, tuntutan dan kebutuhan
kelompoknya dapat terwakili dan terlindungi dalam pembuatan kebijakan publik.
b. Fungsi Agregasi Kepentingan
å Cara Bagaimana tuntutan-tuntutan yang dilancarkan oleh kelompok-kelompok yang berbeda, digabungkan menjadi
alternatif-alternatif pembuatan kebijakan publik
41
c. Fungsi Sosialisasi Politik
å Cara untuk memperkenalkan nilai-nilai politik, sikap-sikap dan etika yang berlaku atau yang dianut oleh suatu negara.
d. Fungsi Rekrutmen Politik
å Suatu proses seleksi atau rekrutmen anggota- anggota kelompok untuk mewakili kelompoknya dalam jabatan-jabatan
administrastif maupun politik. Setiap sistem politik memiliki sistem atau prosedur-prosedur rekrutmen yang berbeda. Yang direkrut adalah yang
memiliki suatu kemampuan atau bakat yang sangat dibutuhkan untuk suatu jabatan atau fungsi politik.
e. Fungsi Komunikasi Politik
å Salah satu fungsi yang dijalankan oleh partai Politik dengan segala struktur yang tersedia, mengadakan komunikasi
informasi, isu dan gagasan politik. Media-media massa banyak berperan sebagai alat komunikasi politik dan membentuk kebudayaan politik.
2.3.3.
Pembuat Kebijakan Policy Makers
Pembuat kebijakan Policy makers dapat diartikan sebagai pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam pengambilan sebuah kebijakankeputusan
yang berkenaan dengan kepentingan masyarakat. Tentunya didalam negara yang berbentuk demokrasi, pembuat kebijakan ini yaitu lembaga Eksekutif
Pemerintah, dimulai dari Presiden, Gubernur, dan BupatiWalikota. Selanjutnya lembaga berikutnya yaitu lembaga Legislatif Parlemen atau lembaga perwakilan
rakyat, dan dinegara Republik Indonesia lembaga ini dikenal dengan nama Dewan Perwakilan Rakyat DPR. Tingkatan lembaga Legislatif ini dimulai dari DPR RI
yang berkedudukan Di Jakarta, DPRD Propinsi, dan DPRD KabupatenKota. Kedua lembaga ini dapat secara sah membuat sebuah keputusan politik tentang
usulan dan persetujuan pemekaran suatu daerah.
42
Secara teoritis isumasalah publik dapat diagendakan oleh para pembuat kebijakan jika terdapat interaksi antara kelompok kepentingan, partai politik, serta
para pembuat kebijakan Parsons, 2005. Penyusunan agenda kebijakan dengan melibatkan kelompok kepentingan, partai politik, dan para pembuat kebijakan
dikenal sebagai pendekatan prilaku behavioralism. Ketiga kelompok tersebut saling bersinergi dalam merumuskan sebuah
agenda kebijakan, dan saling terkait antara yang satu dengan yang lainnya. Sehingga bagaimana kelompok kepentingan, partai politik dan pembuat kebijakan
saling berinteraksi untuk menentukan apa-apa yang dianggap sebagai isu politik dan apa-apa yang bukan termasuk wilayah politik. Tentunya kelompok
kepentingan yang ada untuk lebih mengefektifkan tuntutan dan kepentingan kelompoknya, mengelompokkan kepentingan, kebutuhan dan tuntutan kemudian
menyeleksi sampai dimana hal tersebut bersentuhan dengan kelompok yang diwakilnya. Artikulasi kepentingan sudah ada sepanjang sejarah dan kelompok
kepentingan akan semakin tumbuh seiring semakin bertambahnya kepentingan manusia, jadi kelompok kepentingan hanya ingin mempengaruhi pembuatan
kebijakan publik dari luar, sedangkan partai politik dari dalam.
43
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif, yaitu jenis penelitian yang memberikan gambaran atau
uraian atas suatu keadaan sejernih mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti.
Adapun ciri-ciri metode deskriptif analisis ini yaitu : Winarno, 2000 1.
Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah aktual.
2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian
dianalisis. 3.2.
Defenisi Konsep
Untuk penyeragaman persepsi agar tidak terjadi kekeliruan dalam konsep penelitian ini, maka akan diberi batasan defenisi terhadap konsep-konsep yang
digunakan dalam penelitian ini. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
•
Desentralisasi
Desentralisasi adalah mekanisme penyelenggaraan pemerintah yang
menyangkut pola hubungan antara pemerintah nasional dan pemerintah lokal.
Konsep pemekaran daerah berdasarkan adanya desentralisasi politik devolusi kepada pemerintah daerah. Devolusi memperlihatkan adanya parlemen
lokal kepala daerah, dewan, publik.
44