Proses Terjadi Kelelahan Penanggulangan Kelelahan Kerja

2.3.1 Proses Terjadi Kelelahan

Kelelahan terjadi karena produk sisa terkumpul dalam otot dan peredaran darah, di mana produk ini dapat membatasi kelangsungan aktivitas otot. Makanan yang mengandung glikogen mengalir dalam tubuh melalui peredaran darah. Glikogen hanya dapat digunakan sebagai energi untuk keperluan otot saja dan tidak dapat dikembalikan sebagai glukosa ke dalam aliran darah. Tubuh manusia dapat menyim- pan glikogen dalam jumlah terbatas. Setiap kontraksi dari otot selalu diikuti oleh oksidasi glukosa yang merubah glikogen menjadi tenaga dan asam laktat. Pada masa pemulihan asam laktat akan diubah kembali menjadi glikogen dengan adanya oksigen dari pernafasan, sehingga memungkinkan otot berfungsi kembali yang berarti keseimbangan kerja bisa dicapai dengan baik. Keadaan dan perasaan kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu ceberi cortex yang dipengaruhi atas dua sistem saraf antagonis yaitu sistem penghambat inhibisi dan sistem penggerak aktivasi. Sistem penghambat ini terda- pat dalam thalamus dan bersifat menurunkan kemampuan manusia untuk bereaksi sedangkan sistem penggerak terdapat dalam formatio retikularis yang bersifat me- rangsang pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari peralatan tubuh kearah bereaksi. Keadaan seseorang pada suatu saat tergantung pada hasil kerja kedua sistem tersebut. Apabila sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat maka dikatakan dalam keadaan segar untuk bekerja, sebaliknya jika sistem penghambat lebih kuat maka akan mengalami kelelahan. Agar seseorang berada dalam keseim- bangan bekerja, kedua sistem tersebut harus stabil pada tubuh.

2.3.2 Penyebab Kelelahan Kerja

Menurut Grandjean 1991 penyebab kelelahan bervariasi dan untuk memper- tahankan kesehatan harus dilakukan efisensi proses penyegaran di luar tekanan. Penyegaran terjadi selama tidur malam, periode istirahat dan waktu berhenti kerja. Faktor penyebab kelelahan menurut Tarwaka 2004 : 1. Intensitas lama kerja fisik dan mental, 2. Lingkungan kerja, 3.Circadian rhythm, 4. Problem fisik, tanggung jawab, kekhawatiran konflik, 5. Kondisi kesehatan, 6. Nutrisi. Pada kerja otot statis, dengan pengerahan tenaga 50 dari kekuatan maksi- mum otot hanya dapat bekerja selama 1 menit, sedangkan pada pengerahan tenaga 20 kerja fisik dapat berlangsung cukup lama. Tetapi pengerahan tenaga otot statis sebesar 15-20 akan menyebabkan kelelahan dan nyeri jika pembebanan berlang- sung sepanjang hari. Menurut Astrand dan Rodahl 1977 kerja dapat dipertahankan beberapa jam per hari tanpa gejala kelelahan jika tenaga yang dikerahkan tidak melebihi 8 dari maksimum tenaga otot. Suma’mur 1982 dan Grandjean 1993 mengatakan bahwa kerja otot statis merupakan kerja berat. Pada kondisi yang hampir sama, kerja otot statis mempunyai konsumsi energi lebih tinggi, denyut nadi meningkat dan diperlukan waktu istirahat lebih lama. Annis dan McConville 1996 mengatakan bahwa saat kebutuhan metabolisme dinamis dan aktivitas melampaui kapasitas energi yang dihasilkan oleh pekerja, maka kontraksi otot akan terpengaruh sehingga kelelahan seluruh badan terjadi. Penggunaan energi tidak melebihi 50 dari tenaga aerobic maksimum untuk kerja 1 jam, 40 untuk kerja 2 jam dan 33 untuk kerja 8 jam terus menerus. Nilai tersebut didisain untuk mencegah kelelahan yang dapat meningkatkan resiko cedera otot skeletal pada pekerja. Untuk mengurangi tingkat kelelahan di upayakan sikap kerja yang lebih dinamis. Hal ini bertujuan agar sirkulasi darah dan oksigen berjalan normal ke seluruh anggota tubuh. Faktor penyebab kelelahan kerja berkaitan dengan banyak hal yaitu : 1. Penyebab medis : flu, anemia, gangguan tidur, hepatitis, hypothyroidism, TBC. 2. Penyebab yang berkaitan dengan gaya hidup : kurang terlalu banyak tidur, alkohol minuman keras, diet yang buruk, kurang olahraga, gizi.

3. Penyebab yang berkaitan dengan tempat kerja : kerja shift, pelatihan tempat kerja

yang buruk, stres kerja, workaholic, suhu ruang kerja, penyinaran, kebisingan, monotoni pekerjaan dan kebosanan, beban kerja. 4. Faktor psikologis : depresi, kecemasan dan stres, kesedihan.

2.3.3 Penanggulangan Kelelahan Kerja

Penanggulangan kelelahan kerja dapat dilakukan melalui : 1. Lingkungan kerja yang nyaman bebas kebisingan dan pengaturan udara. 2. Waktu kerja diselingi istirahat pendek dan istirahat untuk makan 3. Kesehatan umum dijaga dan dimonitor 4. Pemberian gizi kerja sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja 5. Beban kerja berat tidak berlangsung terlalu lama. 6. Tempat tinggal diusahakan sedekat mungkin dengan tempat kerja 7. Pembinaan mental secara teratur dalam rangka stabilitas kerja dan kehidupan 8. Cuti dan liburan diselenggarakan sebaik-baiknya 9. Mengusahakan tenaga kerja bebas alkohol, narkoba dan obat berbahaya 2.3.4 Beberapa Langkah Mengatasi Kelelahan Kelelahan disebabkan oleh banyak faktor sangat kompleks saling terkait, perlu penanganan agar tidak kronis. Pada gambar 2.4 terdapat skematis faktor penyebab terjadi kelelahan, penyegaran dan cara menangani kelelahan agar tidak menimbulkan resiko yang lebih parah. PENYEBAB KELELAHAN CARA MENGATASI 1. Aktivitas kerja fisik 1. Sesuai kapasitas kerja fisik 2. Aktivitas kerja mental 2. Sesuai kapasitas kerja mental 3. Stasiun kerja tidak ergonomis 3. Redisain stasiun kerja ergonomis 4. Sikap paksa 4. Sikap kerja almiah 5. Kerja statis 5. Kerja lebih dinamis 6. Kerja bersifat monotoni 6. Kerja lebih bervariasi 7. Lingkungan kerja ekstrim 7. Redisain lingkungan kerja 8. Psikologis 8. Reorganisasi kerja 9. Kebutuhan kalori kurang 9. Kebutuhan kalori seimbang 10 Waktu kerja istirahat tidak tepat 10.Istirahat setiap 2 jam kerja dengan sedikit kuda RESIKO MANAJEMEN PENGENDALIAN 1.Motivasi kerja turun 1. Tindakan preventif melalui pendekatan 2. Performansi rendah inovatif dan partisipatoris 3. Kualitas kerja rendah 2. Tindakan kuratif 4. Banyak terjadi kesalahan 3. Tindakan rehabilitatif 5. Stres akibat kerja 4. Jaminan masa tua 6. Penyakit akibat kerja 7.Cedera 8.Terjadi kecelakaan akibat kerja Gambar 2.4 Penyebab Kelelahan, Cara Mengatasi dan Manajemen Resiko

2.3.5 Pengukuran Kelelahan