Circadian Ritme Irama tubuh Stres Kerja Sumber stres secara umum dibagi dua bagian, yaitu : 1. dari dalam diri

a. Kualitas tidur perlu dijaga untuk menebus kurang tidur akibat kerja malam. b. Menurun kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah c. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan 2. Efek Psikososial Efek ini menunjukkan problem lebih besar seperti gangguan kehidupan kelu- arga, hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berintegrasi dengan teman, dan mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat.. Demikian pula adanya pandangan di suatu daerah yang tidak membenarkan pekerja wanita bekerja pada malam hari, mengakibatkan tersisih dari masyarakat. 3. Efek Kinerja Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental menurun berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kontrol dan pemantauan. 4. Efek Terhadap Kesehatan Efek shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal berupa dyspepsia atau ulcus ventriculi dimana masalah ini kritis pada umur 40-45 tahun. Sistem shift kerja dapat menjadi masalah keseimbangan kadar gula dalam darah dengan insulin bagi penderita diabetes. 5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja

2.2 Circadian Ritme Irama tubuh

Jika tubuh bergerak selama 24 jam, akan mengalami fluktuasi dalam hal-hal tertentu seperti temperatur, kemampuan untuk bangun, aktifitas lambung, denyut jantung, tekanan darah dan kadar hormon. Aktivitas tubuh ini dikenal sebagai circadian ritme. Pola aktivitas tubuh akan terganggu bila bekerja malam dan maksimum terjadi selama shift malam Singleton, 1972. Fungsi fisiologis tubuh seperti denyut jantung, oksigen yang dikonsumsi, suhu tubuh, tekanan darah, produksi adrenalin, sekresi urine, kapasitas fisik dan mental secara nyata iramanya berubah dalam siklus 24 jam. Fungsi tubuh tidak dapat dicapai maksimum atau minimum pada waktu yang sama. Umumnya semua fungsi tubuh meningkat pada siang hari, mulai melemah pada sore hari dan menurun pada malam hari untuk pemulihan dan pembaharuan. Fenomena ini disebut irama kehidupan circadian rhythm. Brown dan Wallace 1980 menyatakan bahwa shift kerja mempengaruhi circadian rhythm, hal ini dapat dilihat pada gambar 2.1.

2.3 Kelelahan Kerja

Kelelahan fatigue berasal dari bahasa Latin fatigare berarti hilang lenyap waste time. Secara psikologis, kelelahan yaitu keadaan mental dengan ciri menu- runnya motivasi, ambang rangsang meninggi, menurunnya kecermatan dan kecepatan pemecahan persoalan. Shift Aktivitas Pagi Malam Tiduristirahat Kerja Kerja TidurIstirahat 19.00 7.00 19.00 Gambar 2.1 Hubungan shift kerja dan pola aktivitas Secara fisologis, kelelahan yaitu penurunan kekuatan otot yang disebabkan karena kehabisan tenaga dan peningkatan sisa-sisa metabolisme, misalnya asam laktat, karbon dioksida. Kelelahan diterapkan di berbagai macam kondisi meru-pakan suatu perasaan bagi setiap orang mempunyai arti tersendiri dan bersifat subjektif, tetapi semuanya berkenaan dengan pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh dalam bekerja disertai dengan penurunan efisiensi. Kelelahan terjadi karena beberapa hal : melakukan aktifitas monoton, beban kerja dan waktu kerja yang berlebihan, lingkungan kerja, fasilitas kerja, keadaan psikologis, dan keadaan gizi. Kelelahan secara umum ditandai dengan berkurangnya kemauan bekerja yang disebabkan oleh monotoni, intensitas lama kerja fisk, lingkungan dan sebab mental. Menurut Grandjean 1993, kelelahan kerja adalah suatu kondisi yang dihasilkan dengan stres sebelum mengakibatkan melemah fungsi kinerja, fungsi organ saling mempengaruhi fungsi kepribadian bersamaan dengan menurunnya kesiagaan kerja dan meningkat sensasi kete-gangan. Pengelompokan kelelahan dapat dilihat pada Gambar 2.2, terbagi 3 jenis : 1. Menurut proses terjadinya pada otot : kelelahan umum dan otot 2. Menurut terjadinya : akut dan kronis 3. Menurut penyebabnya : faktor nonfisik psikososial dan lingkungan fisik Kelelahan otot adalah tremorperasaan nyeri pada otot berarti menurunnya kinerja sesudah mengalami tekanan tertentu ditandai dengan menurunnya kekuatan dan kelambanan gerak. Sedang kelelahan umum biasa ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monoton, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, kesehatan dan gizi Kelelahan subjektif terjadi pada akhir jam kerja, apabila rata-rata beban kerja melebihi 30-48 tenaga aerobik maksimalAstrand et all, 1977 dan Pulat, 1992. Kerja Statis Otot Lokal Kerja Dinamis Kehabisan tenaga fisik Kelelahan Akut Overload Beban mental kerja Underload Umum Circadian Primer Kegelisahan Kronis Psychoneurotic Sekunder Depresi Organik Post-viral Hypoglycaenic Penyakit jantung Efek Obat Dan lainnya Gambar 2.2 Pengelompokan kelelahan Terdapat dua teori tentang kelelahan otot yaitu teori kimia dan teori syaraf pusat terjadinya kelelahan. Pada teori kimia secara umum menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan sisa metabo- lisme meningkat sebagai penyebab efisiensi otot hilang, sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder. Pada teori syaraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya rangsangan syaraf melalui syaraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Rangsangan ini menghambat pusat otak mengendalikan gerakan sehingga frekwensi potensial kegiatan pada sel syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekwensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Dengan demikian semakin lambat gerakan seseorang akan menunjukkan semakin lelah kondisi ototnya. Beberapa tipe kelelahan umum dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Lelah disebabkan oleh ketegangan fisik di semua organ visual lelah visual. 2. Lelah karena ketegangan fisik di semua organ lelah fisik umum. 3. Lelah disebabkan oleh kerja mental lelah mental. 4. Lelah karena ketegangan lewat satu sisi dari fungsi psikomotor lelah saraf. 5. Lelah disebabkan kerja monoton atau lingkungan kerja yang menjemukan. 6. Lelah disebabkan sejumlah faktor yang terus menerus lelah kronis. Karakteristik utama yang umum dari kelelahan adalah pengurangan dalam kapasitas atau penurunan kerja. Efek sesudah kerja diliputi siklus harian tidur dan keterjagaan disebut nycthemeral atau kelelahan circadian. Kelelahan tubuh merupakan akibat dari perpanjangan kerja adalah konsek- wensi kehabisan persediaan energi tubuh. Kelelahan ini akibat dari kebanyakan tugas pekerjaan sama dengan proses psikologis yang lebih halus, meskipun pengalaman subjektif menunjukkan kesamaan. Kelelahan mental dapat bersumber dari overload ataupun underload menghasilkan kebutuhan yang berlebihan yang tidak menarik dan mudah. Kedua kondisi tersebut dapat meningkatkan stres akan tetapi jika diper- panjang akan mengurangi gairah kerja. Menurut Grandjean 1986 suatu permintaan pekerjaan yang seharusnya meningkatkan gairah kerja, kenyataan malah sebaliknya, seperti pada model U yang terbalik gambar 2.3. Gambar 2.3 Hubungan antara performansi dengan gairah kerja Walau demikian penurunan performansi yang terjadi pada saat kelelahan biasanya pekerjaan yang khusus yang diperkirakan model U terbalik. Pada pekerjaan berulang, tanda pertama kelelahan merupakan peningkatan dalam rata-rata panjang waktu menyelesaikan suatu siklus aktivitas. Waktu siklus pendistribusian yang hati-hati sering menunjukkan kelambatan performansi seba- gaimana tampak dalam pendistribusian proporsi yang lebih besar dari siklus lambat yang tidak normal Murrel, 1969. Penjadwalan yang tidak teratur sama tampak dari celah kosong dalam performansi yang berhubungan dengan kehilangan perhatian disebut block Bills, 1931. Kelelahan mental menunjukkan kegagalan yang meningkat proses normal dari perhatian yang selektif dimana input sensor menyimpang secara tetap menyerang sebelum capai sadar. Gairah kerja performansi Kelelahan kronis merupakan kumulatif respon non spesifik terhadap perpan- jangan stress. Menurut Grandjen 1988 gejala kondisi tertentu yang berhubungan penting dengan stress seperti sakit kepala, pusing, jantung berdebar, diare, gangguan lambung dan lainnya. Gangguan tidur merupakan gambaran dari kondisi tersebut dan menunjukkan gejala hyperarousal pada siang hari. Nixon 1982 mengatakan bahwa hyperarousal kronis berhubungan dengan kondisi kehabisan tenaga yang meningkat adalah gejala awal umum penyakit jantung. Kehabisan tenaga dan kehilangan kendali yang bersatu dalam kelelahan kronis bergabung kedalam indera yang peka tentang apatis, kehilangan ingatan, kegagalan yang mencirikan kondisi psychoneurotic depresi, dan melancholia. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan syaraf pusat terda-pat sistem aktivasi bersifat simpatis dan inhibisi bersifat para simpatis. Tanda-tanda kelelahan yang utama adalah hambatan terhadap fungsi-fungsi kesadaran otak dan perubahan pada organ-organ di luar kesadaran serta proses pemulihan menunjukkan : 1. Penurunan perhatian, 2. Pelambatan persepsi, 3.Lambat dan sukar berpikir, 4. Penurunan kemauan atau dorongan untuk bekerja, 5.Kurang efisiensi kegiatan-kegiatan fisik dan mental. Menurut Gilmer 1966 dan Cameron 1973, gejala kelelahan ditandai : 1. Menurun kesiagaan dan perhatian, 2. Penurunan dan hambatan persepsi, 3. Cara berpikir atau perbuatan anti sosial, 4. Tidak cocok dengan lingkungan, 5. Depresi, kurang tenaga, dan kehilangan inisiatif, 6. Gejala umum sakit kepala, vertigo, gangguan fungsi paru dan jantung, kehilangan nafsu makan, gangguan pencernaan, kecemasan, perubahan tingkah laku, kegelisahan dan sukar tidur.

2.3.1 Proses Terjadi Kelelahan

Kelelahan terjadi karena produk sisa terkumpul dalam otot dan peredaran darah, di mana produk ini dapat membatasi kelangsungan aktivitas otot. Makanan yang mengandung glikogen mengalir dalam tubuh melalui peredaran darah. Glikogen hanya dapat digunakan sebagai energi untuk keperluan otot saja dan tidak dapat dikembalikan sebagai glukosa ke dalam aliran darah. Tubuh manusia dapat menyim- pan glikogen dalam jumlah terbatas. Setiap kontraksi dari otot selalu diikuti oleh oksidasi glukosa yang merubah glikogen menjadi tenaga dan asam laktat. Pada masa pemulihan asam laktat akan diubah kembali menjadi glikogen dengan adanya oksigen dari pernafasan, sehingga memungkinkan otot berfungsi kembali yang berarti keseimbangan kerja bisa dicapai dengan baik. Keadaan dan perasaan kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu ceberi cortex yang dipengaruhi atas dua sistem saraf antagonis yaitu sistem penghambat inhibisi dan sistem penggerak aktivasi. Sistem penghambat ini terda- pat dalam thalamus dan bersifat menurunkan kemampuan manusia untuk bereaksi sedangkan sistem penggerak terdapat dalam formatio retikularis yang bersifat me- rangsang pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari peralatan tubuh kearah bereaksi. Keadaan seseorang pada suatu saat tergantung pada hasil kerja kedua sistem tersebut. Apabila sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat maka dikatakan dalam keadaan segar untuk bekerja, sebaliknya jika sistem penghambat lebih kuat maka akan mengalami kelelahan. Agar seseorang berada dalam keseim- bangan bekerja, kedua sistem tersebut harus stabil pada tubuh.

2.3.2 Penyebab Kelelahan Kerja

Menurut Grandjean 1991 penyebab kelelahan bervariasi dan untuk memper- tahankan kesehatan harus dilakukan efisensi proses penyegaran di luar tekanan. Penyegaran terjadi selama tidur malam, periode istirahat dan waktu berhenti kerja. Faktor penyebab kelelahan menurut Tarwaka 2004 : 1. Intensitas lama kerja fisik dan mental, 2. Lingkungan kerja, 3.Circadian rhythm, 4. Problem fisik, tanggung jawab, kekhawatiran konflik, 5. Kondisi kesehatan, 6. Nutrisi. Pada kerja otot statis, dengan pengerahan tenaga 50 dari kekuatan maksi- mum otot hanya dapat bekerja selama 1 menit, sedangkan pada pengerahan tenaga 20 kerja fisik dapat berlangsung cukup lama. Tetapi pengerahan tenaga otot statis sebesar 15-20 akan menyebabkan kelelahan dan nyeri jika pembebanan berlang- sung sepanjang hari. Menurut Astrand dan Rodahl 1977 kerja dapat dipertahankan beberapa jam per hari tanpa gejala kelelahan jika tenaga yang dikerahkan tidak melebihi 8 dari maksimum tenaga otot. Suma’mur 1982 dan Grandjean 1993 mengatakan bahwa kerja otot statis merupakan kerja berat. Pada kondisi yang hampir sama, kerja otot statis mempunyai konsumsi energi lebih tinggi, denyut nadi meningkat dan diperlukan waktu istirahat lebih lama. Annis dan McConville 1996 mengatakan bahwa saat kebutuhan metabolisme dinamis dan aktivitas melampaui kapasitas energi yang dihasilkan oleh pekerja, maka kontraksi otot akan terpengaruh sehingga kelelahan seluruh badan terjadi. Penggunaan energi tidak melebihi 50 dari tenaga aerobic maksimum untuk kerja 1 jam, 40 untuk kerja 2 jam dan 33 untuk kerja 8 jam terus menerus. Nilai tersebut didisain untuk mencegah kelelahan yang dapat meningkatkan resiko cedera otot skeletal pada pekerja. Untuk mengurangi tingkat kelelahan di upayakan sikap kerja yang lebih dinamis. Hal ini bertujuan agar sirkulasi darah dan oksigen berjalan normal ke seluruh anggota tubuh. Faktor penyebab kelelahan kerja berkaitan dengan banyak hal yaitu : 1. Penyebab medis : flu, anemia, gangguan tidur, hepatitis, hypothyroidism, TBC. 2. Penyebab yang berkaitan dengan gaya hidup : kurang terlalu banyak tidur, alkohol minuman keras, diet yang buruk, kurang olahraga, gizi.

3. Penyebab yang berkaitan dengan tempat kerja : kerja shift, pelatihan tempat kerja

yang buruk, stres kerja, workaholic, suhu ruang kerja, penyinaran, kebisingan, monotoni pekerjaan dan kebosanan, beban kerja. 4. Faktor psikologis : depresi, kecemasan dan stres, kesedihan.

2.3.3 Penanggulangan Kelelahan Kerja

Penanggulangan kelelahan kerja dapat dilakukan melalui : 1. Lingkungan kerja yang nyaman bebas kebisingan dan pengaturan udara. 2. Waktu kerja diselingi istirahat pendek dan istirahat untuk makan 3. Kesehatan umum dijaga dan dimonitor 4. Pemberian gizi kerja sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja 5. Beban kerja berat tidak berlangsung terlalu lama. 6. Tempat tinggal diusahakan sedekat mungkin dengan tempat kerja 7. Pembinaan mental secara teratur dalam rangka stabilitas kerja dan kehidupan 8. Cuti dan liburan diselenggarakan sebaik-baiknya 9. Mengusahakan tenaga kerja bebas alkohol, narkoba dan obat berbahaya 2.3.4 Beberapa Langkah Mengatasi Kelelahan Kelelahan disebabkan oleh banyak faktor sangat kompleks saling terkait, perlu penanganan agar tidak kronis. Pada gambar 2.4 terdapat skematis faktor penyebab terjadi kelelahan, penyegaran dan cara menangani kelelahan agar tidak menimbulkan resiko yang lebih parah. PENYEBAB KELELAHAN CARA MENGATASI 1. Aktivitas kerja fisik 1. Sesuai kapasitas kerja fisik 2. Aktivitas kerja mental 2. Sesuai kapasitas kerja mental 3. Stasiun kerja tidak ergonomis 3. Redisain stasiun kerja ergonomis 4. Sikap paksa 4. Sikap kerja almiah 5. Kerja statis 5. Kerja lebih dinamis 6. Kerja bersifat monotoni 6. Kerja lebih bervariasi 7. Lingkungan kerja ekstrim 7. Redisain lingkungan kerja 8. Psikologis 8. Reorganisasi kerja 9. Kebutuhan kalori kurang 9. Kebutuhan kalori seimbang 10 Waktu kerja istirahat tidak tepat 10.Istirahat setiap 2 jam kerja dengan sedikit kuda RESIKO MANAJEMEN PENGENDALIAN 1.Motivasi kerja turun 1. Tindakan preventif melalui pendekatan 2. Performansi rendah inovatif dan partisipatoris 3. Kualitas kerja rendah 2. Tindakan kuratif 4. Banyak terjadi kesalahan 3. Tindakan rehabilitatif 5. Stres akibat kerja 4. Jaminan masa tua 6. Penyakit akibat kerja 7.Cedera 8.Terjadi kecelakaan akibat kerja Gambar 2.4 Penyebab Kelelahan, Cara Mengatasi dan Manajemen Resiko

2.3.5 Pengukuran Kelelahan

Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur kelelahan secara langsung. Pengukuran yang dilakukan peneliti sebelum hanya berupa indikator yang me- nunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja. Grandjean 1993 mengelompokkan metode pengukuran kelelahan dalam beberapa kelompok sebagai berikut :

1. Kualitas dan Kuantitas kerja yang dilakukan

Kuantitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja waktu yang digunakan setiap item atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian banyak faktor harus dipertimbangkan seperti : target produk-si, faktor sosial dan perilaku psikologis. Sedangkan kualitas output kerusakan dan penolakan produk atau frekwensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi faktor tersebut bukan merupakan causal factor.

2. Uji psikomotor Psychomotor test

Pada metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Uji waktu reaksi dapat digunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya pelambatan proses faal syaraf dan otot. Menurut Sanders et al 1987 waktu reaksi adalah waktu untuk membuat suatu respon yang spesifik saat satu stimuli terjadi. Waktu reaksi terpendek biasa antara 150 - 200 milidetik. Waktu reaksi tergantung dari stimuli yang dibuat, intensitas lamanya rangsang, dan umur subjek

3. Uji hilang kelipan Flicker Fusion Test

Dalam kondisi lelah kemampuan melihat kelipan akan berkurang.Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antara dua kelipan. Uji hilang kelipan untuk menunjukkan keadaan kewaspadaan pekerja. 4. Perasaan kelelahan Subjective Feeling of Fatigue Perasaan kelelahan Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research Committee IFRC Jepang merupakan salah satu kuesioner meng-ukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner berisi 30 daftar pertanyaan : A. Pertanyaan tentang pelemahan kegiatan terdapat 10 butir : 1.Perasaan berat di kepala, 2. Lelah seluruh badan, 3.Berat di kaki, 4.Menguap, 5. Pikir-an kacau, 6. Mengantuk, 7. beban di mata, 8.Gerakan canggung dan kaku, 9. Berdiri tidak stabil, 10. Ingin baring, B. Pertanyaan tentang pelemahan motivasi terdapat 10 butir : 1. Susah berpikir, 2.Lelah bicara, 3.Gugup, 4.Tidak konsentrasi, 5. Sulit memusatkan perhatian, 6.Mudah lupa, 7. Keper-cayaan diri kurang, 8. Merasa cemas, 9. Sulit mengontrol sikap, 10.Tidak tekun, C.Pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik terdapat 10 butir : 1. Sakit kepala, 2. Kaku bahu, 3.Nyeri punggung, 4. Sesak nafas, 5.Haus, 6.Serak,7.Pening,8.Spasme di kelopak mata, 9.Tremor,10.Merasa kurang sehat

5. Uji Mental

Pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan menyelesaikan pekerjaan. Bourdon Wiersma test merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menguji kecepatan, ketelitian dan konsentrasi. Hasil tes menunjukkan bahwa semakin lelah seseorang maka tingkat kecepatan, ketelitian dan konsentrasi akan semakin rendah dan sebaliknya. Namun demikian Bourdon Wiersma lebih tepat untuk mengukur kelelahan akibat aktivitas yang lebih besifat mental. Sedangkan untuk menilai kelelahan seseorang dapat dilakukan pengukuran kelelahan secara tidak langsung baik secara objektif maupun subjektif.

2.4. Stres Kerja Sumber stres secara umum dibagi dua bagian, yaitu : 1. dari dalam diri

seseorang internal source dan 2. dari luar diri seseorang external source. Sarafino 1990, membedakan sumber-sumber stres menjadi tiga bagian : 1. Dalam diri seseorang stres akan muncul melalui kesakitan dan penilaian dari kekuatan motivasional yang melawan, bila seseorang mengalami konflik. Contoh : orang yang ingin melakukan sesuatu tetapi tidak mampu untuk mela-kukannya akan mengakibatkan konflik dalam dirinya. 2. Dalam keluarga 3. Dalam komunitas dan lingkungan. Interaksi subjek di luar lingkungan keluarga melengkapi sumber-sumber stres. Hans 1936 memperkenalkan suatu konsep stres disebut General Adaption Syndrom terdiri dari tiga fase diidentifikasi bila seseorang terpapar stres : 1. Reaksi tanda bahaya. Dalam keadaan bahaya timbul ketegangan atau ketakutan. Tubuh memobilisasi sumber yang ada untuk meningkatkan aktivitas sistem simpatis yang mengakibatkan peninggian sekresi katekolamin. Tubuh dipersi- apkan secara psikofisiologis untuk bereaksi dengan stres tersebut, dan akan muncul reaksi emergensi dikenal dengan ”melarikan diri atau menyerang”. 2. Fase resistensi yaitu terjadi resistensi terhadap stres dan tubuh beradaptasi 3. Fase kelelahan, bila reaksi tanda bahaya datang terlalu kuat dan lama, kebutuh-an energi untuk beradaptasi menjadi habis sehingga timbul kelelahan. Menurut Schultz 1982 respon tubuh yang muncul akibat stres menimpa- adalah hipotalamus. Hipotalamus memproduksi hormon cortic-trophic releasing factor CFR, yang mengakibatkan terjadi perubahan biokimia dan neurohormon. Frochlich 1978 menyatakan, faktor kognisi dan emosi dapat mempenga-ruhi proses adaptasi terhadap stres. Menurut Mason 1975 setiap stimulus lingkungan mempunyai arti psikologi dapat mengaktivasi sistem hipotalamik pituitari adrenal. Stres dapat mempengaruhi sistem tubuh seperti sistem kardiovasculer, respi- ratorius, dan gastrointestinal, satu atau kedua sistem neuroendokrin, yaitu : 1. Sistem simpatetik adrenomedulari. Peningkatan aktivitas sistem ini dapat menye- babkan terjadinya peningkatan hormon katekolamin seperti norepinefrin dan epinefrin. Sistem ini dihubungkan dengan stres yang bersifat akut baik fisik atau psikologik. Taggart 1973 menyatakan, stres emosi dapat meningkatkan hormon disertai dengan peningkatan asam lambung menyebabkan dyspepsia. 2. Sistem pituitari adrenokortikal. Sistem ini dipengaruhi oleh stres yang kronik. Rangsangan terhadap sistem ini menyebabkan peningkatan kortikos teroid yang akhirnya meningkatkan tekanan darah. Menurut Sarafino 1990 stres kerja disebabkan : 1. Lingkungan fisik, 2.Pengawasan, 3.Hubungan interpersonal, 4. Pengakuan terhadap kemajuan kerja.

2.5. Tekanan darah dan Denyut Nadi