Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kemungkinan Terjadinya Kelelahan Pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu

(1)

Kimberly Febrina Kodrat : Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kemungkinan Terjadinya Kelelahan Pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit Pt. X Labuhan Batu, 2009

T E S I S

Oleh :

KIMBERLY FEBRINA KODRAT

077010004/IKM

PROGRAM STUDI

MAGISTER ILMU KESEHATAN

MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2009


(2)

PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KEMUNGKINAN

TERJADINYA KELELAHAN PADA PEKERJA

PABRIK KELAPA SAWIT PT. X LABUHAN BATU

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan dalam Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Kerja

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh :

KIMBERLY FEBRINA KODRAT 077010004/IKM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(3)

Judul Tesis : PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP

KEMUNGKINAN TERJADINYA KELELAHAN

PADA PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT PT. X LABUHAN BATU

Nama Mahasiswa : KIMBERLY FEBRINA KODRAT

Nomor Induk Mahasiswa : 077010004

Program Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Kesehatan Kerja

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng) (dr.Halinda Sari Lubis, M.KKK)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan ,


(4)

Tanggal lulus : 10 September 2009 Telah diuji

Pada Tanggal : 10 September 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng Anggota : 1. dr.Halinda Sari Lubis, M.K.K.K 2. Prof. Dr. Basuki Wirjosentono, MS 3. Dra. Lina Tarigan, Apt, MS


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP KEMUNGKINAN

TERJADINYA KELELAHAN PADA PEKERJA

PABRIK KELAPA SAWIT PT. X LABUHAN BATU

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 20 Agustus 2009

Kimberly Febrina Kodrat

077010004


(6)

ABSTRAK

Berbagai resiko yang mempengaruhi kehidupan pekerja harus diantisipasi dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja dengan pendekatan ergonomi. Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.

Pekerja yang bekerja pada malam hari (shift malam) cenderung mengalami stres yang kemudian sebagai fenomena klinis yang timbul adalah kelelahan.

Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi kebijakan yang efektif untuk menekan penurunan pengaruh penerapan shift kerja terhadap resiko terjadinya kelelahan kerja. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan metode penelitian survei analitik. Jumlah sample yang digunakan sebanyak 30 orang, yang bekerja pada shift pagi dan malam. Variabel yang diteliti yaitu : waktu kecepatan reaksi yang merupakan seberapa lelah tingkat kelelahan seseorang, tekanan darah, denyut nadi, stres fisik dan stres mental. Pengambilan data waktu reaksi pekerja dengan menggunakan alat Whole Body Reaction Tester, tekanan darah dengan menggunakan tensi meter, denyut nadi dengan rabaan jari. Sedangkan pengambilan data untuk stres fisik dan stres mental menggunakan kuesioner.

Data yang diperoleh untuk variabel waktu reaksi, tekanan darah dan denyut nadi berbentuk data numerik diolah dengan menggunakan uji t test dan data yang diperoleh dari variabel stres fisik dan stres mental diolah dengan menggunakan uji chi kuadrat.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata waktu reaksi pekerja shift pagi sebesar 0,97 detik dan shift malam sebesar 1,18 detik. Rata-rata tekanan darah sistol pekerja shift pagi sebesar119,22cmHg dan shift malam sebesar 127,61 cmHg. Rata-rata tekanan darah diastol untuk shift pagi sebesar 77,44 cm Hg dan shift malam sebesar 82,16 cm Hg. Denyut nadi shift pagi rata-rata sebesar 73,93 dan shift malam sebesar 76,18.

Berdasarkan hasil uji statistik terlihat bahwa ada pengaruh shift kerja malam yang signifikan terhadap kelelahan (p=0,000), artinya ada hubungan yang signifikan antara shift kerja dengan kelelahan dan stres (p=0,000).

Oleh karena itu sebagai rekomendasi dari hasil penelitian ini dalam rangka untuk mengantisipasi penurunan kelelahan, perlu dilakukan dan perbaikan serta evaluasi tentang aturan shift kerja di perusahaan dan pekerja shift malam melakukan istirahat yang sebaik-baiknya setelah selesai bekerja.


(7)

ABSTRACT

Some risks which influence the life of labours should be anticipated by the way of synchronizing among the labours, working processes and environments with ergonomic approaches. The fatigue is a mechanism process of body protection, so that the body will be prevented from the fatigue and recoverable after having a rest.

The labours which work at night shift have a tendency to get the stress and next will be suffering from fatigue as the clinic phenomena.

This research is purposed to formulate the effective strategy of policy for stressing the decrease of the influence of applying the work shift into the risk of fatigue. This is a cross sectional research with its research method is analytic survey. The sample which is used is 30 labours, working in morning and night shifts. The research variables are consist reaction time in the form of fatigue level, blood pressure, heart pulse, physical and mental stress of a people. The instruments or testers used to take data of labour’s reactive time are the Whole Body Reaction is for time, the tension meter is for blood tension, the fingers hand for heart pulse, and the questioner is for physical and mental stress.

The data which are obtained for the variable of reactive time, blood pressure, and heart pulse are numerical and analysed by using t test, while the data which are obtained for the variable of physical and mental stress are not numerical and analysed by using chi square test.

Based on the result that the total of averages of the reactive time for morning shift labours are 0,97 second, while for the night shift labours are 1.18 second. The total of averages of systole blood pressure for morning shift labours are 119.22 cm Hg, while for the night shift labours are 127.61cm Hg. The total of averages of diastole blood pressure for morning shift labours are 77.44 cm Hg, while for the night shift labours are 82.16 cm Hg. The total of averages of heart pulse for morning shift labours are 73.93, while for the night shift labours are 76.18.

Based on the result of the statistical examination that there is a significant influence in to the fatigue (p=0,000), it means that there is a significant relation between working shift and fatigue caused of the stress (p=0,000).

Therefore, as the recomendation of this research and in order to anticipate the decreasing of fatigue, it is important to do the improvement and the evaluation about the rules of work shift in a company, so that the night shift labours can work in the safe condition and take the rest well after working.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunya Tesis yang berjudul “Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kemungkinan Terjadinya Kelelahan Pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit di PT. X Labuhan Batu “.

Tesis ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan akademik Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Atas tersusunnya Tesis ini banyak pihak turut andil memberikan sumbangsih pemikiran di dalamnya, terutama kepada Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng sebagai Pembimbing I, dr. Halinda Sari Lubis, MKKK sebagai Pembimbing II dan Prof. Dr. Basuki Wirjosentono, MS sebagai pembanding I serta Dra. Lina Tarigan, Apt, MS sebagai pembanding II. Begitu juga kepada pihak Manajemen PT X yang telah memberikan fasilitas kepada kami untuk melakukan penelitian. Demikian juga kepada Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat, dr. Ria Masniari Lubis, MSi dan Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Dr. Drs. Surya Utama, MS serta Dr.Drs.R.Kintoko Rochadi,MKM selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara disampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga..

Secara khusus disampaikan terima kasih kepada suamiku tercinta Dr.Ir.Hasan Sitorus, MS dan kedua anakku Wasis Geraldo Sitorus dan Winda Virdya Sitorus atas motivasi dan dukungan selama masa studisampai selesainya pembuatan Tesis ini.


(9)

Demikian kepada teman - teman kuliah seangkatan tahun 2007 yang telah banyak memberikan dorongan dari mulai pembuatan proposal hingga selesainya studi di Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Teristimewa ucapan terima kasih disampaikan kepada Dr.Edison Tinambunan yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan moril kepada kami dalam menyele-saikan Tesis ini.

Kami menyadari bahwa isi dari Tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu

kritik dan saran membangun untuk penyempurnaan selanjutnya selalu diharapkan.

Medan, Agustus 2009 Penulis,


(10)

RIWAYAT HIDUP

Kimberly Febrina Kodrat dilahirkan di Sabang pada tanggal 23 Februari 1968, anak keenam dari tujuh bersaudara dari pasangan almarhum Ayahanda Kok Pin Fie dan Ibunda Mak Nyuk Tjin. Telah menikah dengan Dr. Ir. Hasan Sitorus, MS dan telah dikarunia seorang anak laki-laki bernama Wasis Geraldo Sitorus dan seorang anak perempuan bernama Winda Virdya Sitorus. Sekarang menetap di Komplek Perumahan Universitas HKBP Nommensen Jalan Karya Rakyat No. 33 D Medan. Pendidikan dimulai dari SD Negeri No. 6 Sabang lulus tahun 1975, melanjutkan ke SMP Negeri Sabang dan lulus tahun 1978, lanjutkan ke SMA Katolik Budi Murni Medan lulus tahun 1981 dan kemudian melanjutkan ke Fakultas Teknologi Industri jurusan Teknik dan Manajemen Industri Medan lulus tahun 1987. Pada tahun 1989 melanjutkan ke Program Magister (S2) Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor lulus tahun 1992. Kemudian pada tahun 2002 lanjut ke jenjang strata S3 (Doktor) Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan lulus tahun 2006. Pada saat ini bekerja sebagai praktisi di sebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa alat berat dan kontraktor serta industri kelapa sawit menangani dibidang Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001 : 2008), Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3), OHSAS 18001 : 2007, Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001), Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO)dan Human Resource Development.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ABSTRACT ...

KATA PENGANTAR ………... RIWAYAT HIDUP ...

DAFTAR ISI ……….... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ...

BAB 1 PENDAHULUAN ………... 1.1 Latar Belakang ……….. 1.2 Permasalahan . . ………... 1.3 Tujuan Penelitian ………...

1.4 Hipotesis ...

1.5 Manfaat Penelitian ...

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ………... 2.1 Shift Kerja ………... 2.2 Circadian Ritme ………... 2.3 Kelelahan Kerja ………...

2.4 Stres Kerja ... 2.5 Tekanan Darah dan Denyut Nadi ... 2.6 Kecelakaan Kerja ... 2.7 Produktivitas Kerja ... 2.8 Kapasitas Kerja ... 2.9 Beban Kerja ... 2.10 Kerangka Konsep Penelitian ...

BAB 3 METODE PENELITIAN ………... 3.1 Jenis Penelitian ………... 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ………... 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian………... 3.4 Metode Pengumpulan Data ...

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 3.6 Metode Pengukuran ... 3.7 Metode Analisis Data ... i ii iii v vi viii x xi 1 1 6 6 7 7 8 8 13 14 26 28 28 30 37 38 40 42 42 42 43 44 51 53 54


(12)

Halaman

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 4.2 Karakteristik Tenaga Kerja ... 4.3 Hasil Pengukuran ... 4.4 Hasil Analisis Statistik ...

BAB 5 PEMBAHASAN ... 5.1 Tenaga Kerja ... 5.2 Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan ... 5.3 Pengaruh Shift Kerja Terhadap Tekanan Darah

dan Denyut Nadi ... 5.4 Hubungan Shift Kerja dengan Stres Fisik ... 5.5 Hubungan Shift Kerja dengan Stres Mental ... 5.6 Hubungan Produktivitas Kerja dengan Kelelahan ...

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 6.1 Kesimpulan ... 6.2 Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ………... LAMPIRAN ...

55 55 57 58 67

77 77 78 79 83 85 87

93 93 93

94 97


(13)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1 Sistem Shift 2-2-3 ……….. 2.2 Sistem Shift 2-2-2 ……….. 2.3 Kategori Tekanan Darah Dewasa ... 2.4 Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi, Suhu Tubuh dan Denyut Jantung ……… 3.1 Data Kecelakaan Kerja Pabrik Kelapa Sawit PT.X Labuhan Batu... 3.2 Hasil Uji Coba Kuesioner Uji Stress Fisk ………... 3.3 Hasil Uji Coba Kuesioner Uji Stress Mental ………... 4.1 Karakteristik Responden Pabrik Kelapa Sawit PT.X Labuhan Batu. 4.2 Rerata Waktu Reaksi Responden Pabrik Kelapa Sawit

PT. X Labuhan Batu ... 4.3 Rerata Tekanan Darah Sistol Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu ... 4.4 Rerata Tekanan Darah Diastol Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu ... 4.5 Rerata Denyut Nadi Responden Pabrik Kelapa Sawit

PT. X Labuhan Batu ... 4.6 Frekwensi Skor Stres Fisik Responden Pabrik Kelapa Sawit

PT. X Labuhan Batu ... 4.7 Frekwensi Skor Stres Mental Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu ... 4.8 Paired Sample T-Test Waktu Reaksi Responden Pabrik Kelapa Sawit. PT. X Labuhan Batu...

viii

10 11 28

40 44 47 48 57

59

61

63

65

66

67


(14)

No. Judul Halaman

4.9 Paired Sample T-Test Tekanan Darah Sistol Responden

Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan batu ………... 4.10 Paired Sample T-Test Tekanan Darah Diastol Responden

Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan batu ……... 4.11 Paired Sample T-Test Denyut Nadi Responden Pabrik

Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu ………... 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Stres Fisik Pada Pabrik

Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu ... 4.13 Chi Kuadrat Hitung Stres Fisik Responden Pabrik Kelapa

Sawit PT. X Labuhan Batu ………... 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Stres Mental Pada Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu... 4.15 Chi Kuadrat Hitung Stres Mental Responden Pabrik Kelapa

Sawit PT. X Labuhan Batu ... 5.1 Frekwensi Jawaban Stres Fisik Responden Pabrik Kelapa

Sawit PT. X Labuhan Batu ... 5.2 Frekwensi Jawaban Stres Mental Responden Pabrik Kelapa

Sawit PT. X Labuhan Batu ... 5.3 Produktifitas Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X

Labuhan Batu ... 71

72

74

74

75

75

76

84

86


(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Hubungan shift kerja dan pola aktivitas... 2.2 Pengelompokkan kelelahan ... 2.3 Hubungan antara performansi dengan gairah kerja ... 2.4 Penyebab Kelelahan,Cara Mengatasi dan Manajemen Resiko... 2.5 Kerangka Konsep Penelitian ... 3.1 Rancangan Penelitian ... 4.1 Flow Chart Proses Produksi CPO Pabrik Kelapa Sawit

PT. X Labuhan Batu... 5.1 Hubungan Waktu Reaksi dengan Shift Kerja Responden

Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu... 5.2 Hubungan Tekanan Darah Sistol dengan Shift Kerja .

Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu... 5.3 Hubungan Tekanan Darah Diastol dengan Shift Kerja

Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu... 5.4 Hubungan Denyut Nadi Dengan Shift Kerja

Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu...

5.5 Hubungan Temperatur dan Waktu Kerja ...

14 16 18 23 41 53

56

78

80

82

83 92


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Pengukuran Stres Fisik Responden Pabrik

Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu ... 2. Kuesioner Pengukuran Stres Mental Responden Pabrik

Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu ... 3. Tabulasi Pivot Kuesioner Pendahuluan ... 4. Karakteristik Sampel Berdasarkan Stasiun Kerja ...

5. Rekapitulasi Skor Uji Stres Fisik Responden Shift Pagi

Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu ... 6. Rekapitulasi Skor Uji Stres Fisik Responden Shift Malam

Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu ... 7. Rekapitulasi Skor Uji Stres Mental Responden Shift Pagi

Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu ... 8. Rekapitulasi Skor Uji Stres Mental Responden Shift Malam

Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu ... 9. Uji t Waktu Reaksi Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X

Labuhan Batu ... 10. Uji t Tekanan Darah Sistol Responden Pabrik Kelapa Sawit

PT. X Labuhan Batu ... .

11. Uji t Tekanan Darah Diastol Responden Pabrik Kelapa

Sawit. PT. X Labuhan Batu ... 12. Uji t Denyut Nadi Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X

Labuhan Batu ... 13. Uji Chi Kuadrat Stres Fisik Responden Pabrik Kelapa

Sawit. PT. X Labuhan Batu ... 14. Uji Chi Kuadrat Stres Mental Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu ...

97

98 99 100

101

102

103

104

105

106

107

108

109


(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Industri yang merupakan manifestasi dari aplikasi teknologi di dalam peman-faatan sains, cenderung merupakan suatu fenomena yang kehadirannya secara global sulit untuk dibendung seiring dengan meningkatnya tuntutan kebutuhan hidup sebagai wahana guna menanggapi kebutuhan akan materi.

Kebutuhan hidup manusia pada akhir-akhir ini dirasakan semakin meningkat baik jumlah maupun jenis telah mengakibatkan terjadinya dorongan terhadap peng-operasian pabrik secara lebih efisien dan efektif dengan skala usaha lebih besar dalam waktu relatif singkat. Adanya tuntutan terhadap pengoperasian pabrik tersebut, men- desak terjadi perubahan struktur sistem keindustrian secara mendasar.

Salah satu jenis industri yang mengalami pertumbuhan yang pesat dalam be-berapa tahun terakhir ialah minyak kelapa sawit. Komoditas kelapa sawit menun-jukkan peran yang signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2006, luas lahan areal kelapa sawit telah mencapai 6,75 juta hektar menghasilkan minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) sebesar 14,45 juta ton yang mana 10 juta ton di ekspor ke luar negeri dengan nilai ekspor sebesar $ 4,9 milyar dan 4,45 juta ton dipasarkan dalam negeri. Pencapaian ini memberi manfaat dalam peningkatan panda-patan masyarakat petani dan menyediakan kesempanda-patan kerja bagi lebih dari 2,8 juta orang. Menurut Deperindag Sumutera Utara (2006), negara tujuan ekspor CPO terbesar dari Provinsi Sumatera Utara adalah India, Belanda, China, dan Singapura.


(18)

Produksi CPO di Provinsi Sumatera Utara pertahun sebesar 4 juta ton dengan luas kebun kelapa sawit sekitar 1,1 juta hektar atau nomor dua terluas setelah Provinsi Riau yaitu seluas 1,4 juta hektar.

Seiiring dengan perkembangan industri minyak kelapa sawit yang menjan-jikan dan nilai ekonomi yang diciptakan, maka dalam kegiatan proses produksinya berjalan selama 24 jam per hari secara terus menerus dengan mempekerjakan pekerja secara shift (pola waktu kerja). Shift kerja yang diterapkan perusahaan sebagai suatu pola waktu kerja memiliki dampak cukup besar terhadap kesehatan pekerja. Pekerjaan shift adalah pekerjaan yang mempunyai jadwal tertentu dan berlaku sangat bervariasi, biasanya 8 jam per shift.

Silaban (1996) mengatakan bahwa 63% pekerja menderita kelelahan akibat pengaruh shift kerja yang dapat berakibat terjadi kecelakaan kerja. Menurut Phoon (1988), kelelahan bersifat subjektif akibat shift kerja, yaitu tidak dapat tidur siang, selera makan menurun, gangguan pencernaan, nyeri lambung. Menurut Grandjean (1993) sekitar 60-70% pekerja shift malam menderita gangguan tidur.

Menurut Schultz (1982) shift kerja malam lebih berpengaruh negatif terhadap kondisi pekerja dibanding shift pagi, karena pola siklus hidup manusia pada malam hari umumnya digunakan untuk istirahat. Namun karena bekerja pada shift malam maka tubuh dipaksa untuk mengikutinya. Hal ini relatif cenderung mengakibatkan terjadinya kesalahan kerja, kecelakaan dan absentism. Josling (1998) mengatakan bahwa dampak shift kerja malam terutama gangguan irama tubuh yang menyebabkan penurunan kewaspadaan, gangguan fisiologis dan psikologis berupa kurang konsen-trasi, nafsu makan menurun, penyakit jantung, tekanan darah, stress dan gangguan


(19)

gastrointestinal yang dapat meningkatkan resiko terjadi kecelakaan kerja. Fungsi tubuh manusia bervariasi dalam 24 jam, meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari. Hal ini mempengaruhi suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, produksi adrenalin, stres mental dan fisik.

Suma’mur (1993) menyatakan bahwa shift kerja malam perlu mendapat per-hatian karena irama faal manusia (circadian ritme) terganggu, metabolisme tubuh tidak dapat beradaptasi, kelelahan, kurang tidur, alat pencernaan kurang berfungsi secara normal, timbul reaksi psikologis dan pengaruh yang kumulatif.

Kelelahan adalah keluhan umum bagi pekerja shift akan menurunkan daya konsentrasi, motivasi, daya ingat dan reaksi mental sehingga rentan terhadap stres.

Shift kerja dipandang sebagai tuntutan yang menekan individu, jika tidak dikeloladengan baik oleh perusahaan akan berdampak pada gangguan fisiologis dan perilaku pekerja dan pada akhirnya akan mengurangi produktivitas kerja.

PT. X Labuhan Batu memberlakuan pola kerja 2 shift (12 jam pershift) dengan tujuan untuk efisiensi tenaga kerja dan upah serta memberikan upah lembur yang tinggi. Bagi seorang pekerja bekerja diatas 8 jam per hari selama seminggu terus menerus jika ditinjau dari segi keselamatan dan kesehatan kerja akan memberikan masalah terutama bagi pekerja yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan lama jam kerja yang dijalaninya (Grandjean, 1991). Dan jika hal ini terus berlangsung maka akan mengganggu faal tubuh dan kelelahan. Penyebab terjadi kelelahan antara lain : waktu kerja berlebihan, melakukan aktivitas monoton, beban kerja, lingkungan kerja, fasilitas kerja, keadaan gizi, keadaan kejiwaan, dan lainnya. Menurut UU No.13 Tentang Ketenagakerjaan pasal 77 Tahun 2003 bahwa waktu kerja bagi seorang


(20)

pekerja per shift adalah sebanyak 7 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu atau 8 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu. Pengaturan waktu istirahat dalam UU No. 13 Tahun 2003 pasal 79 ayat 2 a yaitu istirahat antara jam kerja sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja. Dalam ayat 2 b pasal 79 dikatakan bahwa istirahat mingguan 1 hari untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu atau 2 hari untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.

Pola jam kerja yang diterapkan di PT. X Labuhan Batu terdapat 2 macam, yaitu : 1). Sistem jam kerja non shift dan 2). Sistem kerja shift yang terdiri dari shift I (shift pagi) dan shift II (shift malam). Sistem non shift hanya diberlakukan pada bagian tertentu saja yaitu : maintenance, kantor, gudang, taman dan kolam limbah. Sedangkan pember-lakuan sistem shift pada bagian produksi, timbangan, sortasi dan laboratorium. Shift pagi (shift I) dimulai dari jam 7.00-19.00 dan shift malam (shift II) dimulai dari jam 19.00-7.00 untuk hari Senin-Sabtu pada saat bahan baku (tandan buah sawit mencukupi). Masing-masing shift dimulai dari hari Senin-Sabtu pekerja bekerja selama 12 jam. Khusus untuk hari Minggu jam kerja shift I dimulai dari jam 7.00-15.00, shift II dimulai dari jam 15.00-23.00 dan kembali shift I mulai dari jam 23.00-7.00. Kondisi ini berarti khusus pada hari Minggu pekerja shift I bekerja total 10 jam per hari diiringi istirahat 8 jam dan shift II bekerja selama 8 jam. Gambaran shift kerja yang diterapkan PT. X Labuhan Batu bahwa pekerja bekerja selama seminggu tanpa ada istirahat seharipun, yang berpotensi menyebabkan kelelahan. Akibat pemberlakuan jam kerja berlebih tersebut perusahaan memberikan upah lembur.


(21)

Status pekerja di PT. X Labuhan Batu terdiri dari : 1). Pekerja Tetap dan 2). Pekerja Harian Lepas. Bagi pekerja tetap maupun pekerja harian lepas diberikan upah lembur jika dalam satu hari bekerja di atas 7 jam untuk hari Senin - Minggu. Perbedaan status pekerja tetap dengan pekerja harian lepas adalah dari upah yang diperhitungkan, yang mana pekerja tetap mendapat upah secara bulanan, sedangkan pekerja harian lepas diperhitungkan secara harian. Demikian juga dalam hal perhitungan upah lembur per jam bagi pekerja tetap yaitu gaji pokok dibagi 30 hari dikali dengan 7 jam. Perhitungan upah lembur perjam bagi pekerja harian lepas adalah upah perhari dibagi 7 jam kerja. Selain upah, pihak manajemen memberikan tunjangan beras sebesar 30 kg bagi pekerja tetap maupun pekerja harian lepas yaitu jika telah bekerja selama 25 hari kerja, bantuan keringanan untuk biaya listrik sebesar Rp 18.000 per bulan dan fasilitas perumahan. Khusus bagi pekerja shift malam men-dapat tambahan makanan mi instan, telur dan teh manis. Menurut UU No. 13 Tahun 2003, lembur hanya diperkenan dalam 1 hari selama 3 jam dan 1 minggu sebesar 12 jam. Perhitungan upah lembur bagi pekerja tetap yaitu : 1/173 x upah sebulan.

Selain masalah pemberlakuan 2 shift kerja dengan waktu kerja berlebihan, juga ditemui fasilitas kerja yang tidak ergonomis pada bagian pengelasan seperti sikap kerja duduk membungkuk dan jongkok, menggunakan lantai sebagai meja kerja. Lingkungan kerja bagian pengolahan relatif tinggi tingkat kebisingannya, rendah tingkat pematuhan terhadap pemakaian alat pelindung diri. Kondisi yang tidak ergonomis tersebut dalam melakukan pekerjaan berpotensi terjadi kelelahan yang dapat berakibat kecelakaan. Beberapa kecelakaan yang pernah terjadi : terkena semburan steam mesin rebusan, terpeleset, jatuh dari atap pabrik dan tangga, dsbnya.


(22)

Untuk menghilangkan berbagai potensi yang dapat menimbulkan kelelahan pekerja yang merupakan reaksi psikologis akibat pola shift kerja dibutuhkan pengka-jian yang lebih seksama, sehingga berbagai dampak negatif yang akan timbul sedini mungkin dapat dicegah. Dari hasil kajian diharapkan suatu rekomendasi bagi pekerja, pemerintah dan perusahaan khususnya dalam perbaikan shift kerja.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan penjelasan di atas, beberapa permasalahan yang akan dicari peme-cahannya ialah :

a. Gangguan-gangguan dominan apa yang sering muncul dari akibat pengaruh pemberlakuan shift pagi dan shift malam ?

b. Apakah gangguan-gangguan akibat shift pagi dan malam dapat diminimumkan? c. Bagaimana merumuskan strategi yang hendak ditempuh dalam shift kerja? Untuk menjawab ketiga rumusan masalah tersebut, maka perlu dilakukan penelitian yang cermat sehingga diperoleh suatu rekomendasi.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Merumuskan strategi kebijakan yang efektif untuk menekan pengaruh penerapan shift kerja terhadap kemungkinan terjadinya kelelahan kerja.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengukur besar pengaruh shift pagi dan malam terhadap kemungkinan terjadinya kelelahan.


(23)

kemungkinan terjadinya kelelahan pekerja.

c. Melakukan seleksi terhadap kebutuhan yang paling sesuai dalam penanganan pengaruh shift kerja terhadap kemungkinan terjadinya kelelahan.

1.4 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah

1. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara Shift Pagi dan Shift Malam terhadap kelelahan

2. Ada perbedaan yang signifikan antara Shift Pagi dan Shift Malam .terhadap kelelahan.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan berguna bagi perusahaan menyusun kebijakan di dalam meningkatkan produktivitas dengan meminimumkan gangguan kerja karyawan. b. Memberikan masukan bagi Pemerintah sebagai tambahan literatur para peneliti

bidang keselamatan dan kesehatan kerja untuk mengembangkan keilmuan.

c. Memberikan pengetahuan bagi tenaga kerja tentang pengaruh jam kerja berlebih terhadap gangguan kerja dan menjadi peluang di dalam perlindungan terhadap kebijakan yang diambil oleh perusahaan.


(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Shift Kerja

Menurut Schermerhorn (2001), shift kerja adalah pembagian kerja yang dapat diartikan di mana satu pekerjaan dengan waktu penuh dipilah di antara dua orang atau lebih. Pembagian tugas seringkali melibatkan masing-masing orang bekerja setengah hari, tetapi dapat juga dilakukan pada pengaturan pembagian secara mingguan atau bulanan. Sedangkan menurut Riggio (1996) shift kerja adalah bentuk penjadwalan dimana kelompok kerja mempunyai alternatif untuk tetap bekerja dalam perpanjangan operasi yang terus menerus. Pada mulanya jadwal kerja sering disebut jadwal kerja tradisional dimulai pukul 08.00 atau 09.00 pagi sampai dengan 16.00 atau 17.00 sore, kemudian tidak ada lagi jadwal kerja lain pada hari itu. Shift kerja merupakan pola waktu kerja yang diberikan kepada pekerja untuk mengerjakan sesuatu dan biasa dibagi kepada kerja pagi, sore dan malam. Shift kerja terjadi bila dua atau lebih pekerja bekerja secara berurutan pada lokasi pekerjaan yang sama.

Bagi seorang pekerja, shift kerja berarti berada pada lokasi kerja yang sama, teratur pada saat yang sama (shift kontinu) atau pada waktu yang berlainan (shift kerja rotasi). Shift kerja berbeda dengan hari kerja biasa, di mana pada hari kerja biasa pekerjaan dilakukan secara teratur pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya, sedang shift kerja dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk memenuhi jadwal 24 jam per hari. Biasa perusahaan yang berjalan secara kontinu menerapkan shift kerja dengan alasan kebutuhan sosial pelayanan (Eko, 2004).


(25)

2.1.1Karakteristik dan Pembagian Shift Kerja

Shift kerja mempunyai dua macam, yaitu shift berputar (rotation) dan shift tetap (permanent). Merancang perputaran shift memperhatikan : 1. Kekurangan istirahat atau tidur ditekan sekecil mungkin sehingga dapat meminimumkan kelelahan, 2. Sediakan waktu sebanyak mungkin untuk kehidupan keluarga/sosial.

Menurut Knauth (1988) terdapat 5 faktor shift kerja : 1. Jenis shift (pagi, siang, malam) 2. Panjang waktu tiap shift, 3. Waktu dimulai dan berakhir satu shift, 4. Distribusi waktu istirahat, 5. Arah transisi shift.

Coleman (1995) membagi shift kerja menjadi enam bentuk dasar : 1.Fixed Shifts (straight shift)

Setiap karyawan sudah mempunyai jam kerja tetap dan tidak bisa diubah. 2.Rotating Shifts

Karyawan secara bergiliran bekerja pada shift yang diatur 3.Oscilatting Shifts

Satu kelompok karyawan mempunyai shift tetap dan kelompok sisa dirotasi. 4.Primary Shifts

Setiap karyawan mempunyai shift tetap tetapi dapat dipindah sementara. 5. Staggered Shifts

Shift tetap dengan nomor waktu mulai dan nomor karyawan 6.Mixed Shifts

Gabungan beberapa shift untuk pekerja dalam bagian yang sama

Monk dan Folkrad (1983) mengkategorikan tiga tipe sistem shift kerja, yaitu : 1. Sistem shift permanen.


(26)

Setiap individu bekerja hanya pada satu bagian dari 3 shift kerja setiap 8 jam 2. Sistem rotasi shift cepat.

Tenaga kerja secara bergilir bekerja dengan periode rotasi kerja 2-3 hari. Sistem shift ini lebih banyak disukai karena dapat mengurangi kebosanan kerja, kerugi-annya menyebabkan kinerja shift malam dan waktu tidur terganggu sehingga diperlukan 2-3 hari libur setelah kerja malam. Berdasarkan faktor sosial dan fisiologis diusulkan sistem rotasi shift cepat, yaitu sistem 2-2-2 dan 2-2-3 yang disebut sistem Metropolitan dan Continental pada tabel 2.1 dan 2.2.

Sistem rotasi shift 2-2-2 yaitu : rotasi shift kerja pagi, siang dan malam dilak-sanakan masing-masing 2 hari, dan pada akhir periode shift kerja malam diberi libur 2 hari dan kembali lagi ke siklus shift kerja semula.

Sistem rotasi shift 2-2-3, yaitu : rotasi shift kerja di mana salah satu shift di-laksanakan 3 hari bergiliran setiap periode shift dan dua shift lainnya dilaksanakan masing-masing 2 hari. Pada akhir periode shift kerja diberi libur 2 hari

Tabel 2.1 Sistem shift 2-2-3 (Rotasi Continental) Minggu 1 Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Pagi Pagi Sore Sore Malam Malam Malam Minggu III Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Malam Malam - - Pagi Pagi Pagi Minggu II Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu - - Pagi Pagi Sore Sore Sore Minggu IV Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Sore Sore Malam Malam - - -


(27)

3. Sistem rotasi shift lambat, merupakan kombinasi antara sistem shift permanen dan sistem rotasi shift cepat. Rotasi shift kerja dapat berbentuk mingguan, atau bulanan. Sistem ini menyebabkan circadian rhythm terganggu pada shift malam

Tabel 2.2 Sistem shift 2-2-2 (Rotasi Metropolitan)

Minggu I Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Pagi Pagi Sore Sore Malam Malam - Minggu V Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Malam Malam - - Pagi Pagi Sore Minggu II Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu - Pagi Pagi Sore Sore Malam Malam Minggu VI Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Sore Malam Malam - - Pagi Pagi Minggu III Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu - - Pagi Pagi Sore Sore Malam Minggu VII Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Sore Sore malam Malam - - Pagi Minggu IV Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Malam - - Pagi Pagi Sore Sore Minggu VIII Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Pagi Sore Sore Malam Malam - -

Menurut Coleman (1995) terdapat empat jenis dampak shift, yaitu : 1.Job Performance

Perubahan jadwal shift kerja yang terus menerus menyebabkan pekerja harus terus beradaptasi dengan perubahan tersebut.


(28)

Karyawan yang bekerja pada shift malam sering menunjukkan sikap dan emosi 3. Personal Health

Pekerjaan yang menggunakan sistem shift dapat mengganggu kesehatan secara fisik dan mental, karena situasi dan kondisi pada setiap shift berbeda. Pekerja

harus menyesuaikan kondisi fisik setiap kali bekerja di shift yang berbeda. 4. Social and Domestic Factors

Pembagian shift kerja dapat menyebabkan pekerja yang sudah berkeluarga atau pekerja wanita akan mengalami kesulitan dalam membagi waktu bersosialisasi, berkomunikasi dengan anggota keluarga lain dan melakukan aktivitas religius.

Menurut International Labour Organization (1983) sistem shift kerja terbagi : 1. Sistem 3 shift 4 kelompok (4 x 8 hours continuous shift work), yaitu 3 kelompok

shift bekerja setiap 8 jam dan 1 kelompok istirahat. Sistem ini digunakan bagi aktivitas terus menerus tanpa hari libur. Rotasi shift 2-3 hari.

2. Sistem 3 shift 3 kelompok (3 x 8 hours semi continuous shift work), yaitu 3 ke-lompok shift bekerja setiap 8 jam, pada akhir minggu libur. Rotasi shift 5 hari.

Dalam mendisain shift kerja terdapat beberapa yang diperhatikan : 1. Seti-daknya ada jarak 11 jam antara permulaan dua shift yang berurutan, 2. Tidak boleh bekerja lebih dari tujuh hari berturut-turut, 3. Adakan libur akhir pekan (minimal 1 hari), 4. Rotasi shift mengikuti matahari, 5. Jadwal sederhana dan mudah diingat.

2.1.2 Efek Shift Kerja

Menurut Fish (2000) efek shift kerja yang dapat dirasakan tenaga kerja yaitu : 1. Efek fisiologis, berpengaruh terhadap :


(29)

a. Kualitas tidur perlu dijaga untuk menebus kurang tidur akibat kerja malam. b. Menurun kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah c. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan

2. Efek Psikososial

Efek ini menunjukkan problem lebih besar seperti gangguan kehidupan kelu- arga, hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berintegrasi dengan teman, dan mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat.. Demikian pula adanya pandangan di suatu daerah yang tidak membenarkan pekerja wanita bekerja pada malam hari, mengakibatkan tersisih dari masyarakat.

3. Efek Kinerja

Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental menurun berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kontrol dan pemantauan.

4. Efek Terhadap Kesehatan

Efek shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal berupa dyspepsia atau ulcus ventriculi dimana masalah ini kritis pada umur 40-45 tahun. Sistem shift kerja dapat menjadi masalah keseimbangan kadar gula dalam darah dengan insulin bagi penderita diabetes.

5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja

2.2 Circadian Ritme (Irama tubuh)

Jika tubuh bergerak selama 24 jam, akan mengalami fluktuasi dalam hal-hal tertentu seperti temperatur, kemampuan untuk bangun, aktifitas lambung, denyut


(30)

jantung, tekanan darah dan kadar hormon. Aktivitas tubuh ini dikenal sebagai circadian ritme. Pola aktivitas tubuh akan terganggu bila bekerja malam dan maksimum terjadi selama shift malam (Singleton, 1972).

Fungsi fisiologis tubuh seperti denyut jantung, oksigen yang dikonsumsi, suhu tubuh, tekanan darah, produksi adrenalin, sekresi urine, kapasitas fisik dan mental secara nyata iramanya berubah dalam siklus 24 jam. Fungsi tubuh tidak dapat dicapai maksimum atau minimum pada waktu yang sama. Umumnya semua fungsi tubuh meningkat pada siang hari, mulai melemah pada sore hari dan menurun pada malam hari untuk pemulihan dan pembaharuan. Fenomena ini disebut irama kehidupan (circadian rhythm). Brown dan Wallace (1980) menyatakan bahwa shift kerja mempengaruhi circadian rhythm, hal ini dapat dilihat pada gambar 2.1.

2.3 Kelelahan Kerja

Kelelahan (fatigue) berasal dari bahasa Latin (fatigare) berarti hilang lenyap (waste time). Secara psikologis, kelelahan yaitu keadaan mental dengan ciri menu-runnya motivasi, ambang rangsang meninggi, menumenu-runnya kecermatan dan kecepatan pemecahan persoalan.

Shift Aktivitas

Pagi

Malam

Tidur/istirahat Kerja

Kerja Tidur/Istirahat

19.00 7.00 19.00


(31)

Secara fisologis, kelelahan yaitu penurunan kekuatan otot yang disebabkan karena kehabisan tenaga dan peningkatan sisa-sisa metabolisme, misalnya asam laktat, karbon dioksida. Kelelahan diterapkan di berbagai macam kondisi meru-pakan suatu perasaan bagi setiap orang mempunyai arti tersendiri dan bersifat subjektif, tetapi semuanya berkenaan dengan pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh dalam bekerja disertai dengan penurunan efisiensi.

Kelelahan terjadi karena beberapa hal : melakukan aktifitas monoton, beban kerja dan waktu kerja yang berlebihan, lingkungan kerja, fasilitas kerja, keadaan psikologis, dan keadaan gizi. Kelelahan secara umum ditandai dengan berkurangnya kemauan bekerja yang disebabkan oleh monotoni, intensitas lama kerja fisk, lingkungan dan sebab mental. Menurut Grandjean (1993), kelelahan kerja adalah suatu kondisi yang dihasilkan dengan stres sebelum mengakibatkan melemah fungsi kinerja, fungsi organ saling mempengaruhi fungsi kepribadian bersamaan dengan menurunnya kesiagaan kerja dan meningkat sensasi kete-gangan.

Pengelompokan kelelahan dapat dilihat pada Gambar 2.2, terbagi 3 jenis : 1. Menurut proses terjadinya pada otot : kelelahan umum dan otot

2. Menurut terjadinya : akut dan kronis

3. Menurut penyebabnya : faktor nonfisik (psikososial) dan lingkungan fisik

Kelelahan otot adalah tremor/perasaan nyeri pada otot berarti menurunnya kinerja sesudah mengalami tekanan tertentu ditandai dengan menurunnya kekuatan dan kelambanan gerak. Sedang kelelahan umum biasa ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monoton, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, kesehatan dan gizi


(32)

Kelelahan subjektif terjadi pada akhir jam kerja, apabila rata-rata beban kerja melebihi 30-48% tenaga aerobik maksimal(Astrand et all, 1977 dan Pulat, 1992). Kerja Statis

Otot Lokal

Kerja Dinamis

Kehabisan tenaga fisik

Kelelahan Akut Overload Beban mental kerja

Underload

Umum Circadian

Primer Kegelisahan Kronis Psychoneurotic

Sekunder Depresi Organik Post-viral Hypoglycaenic

Penyakit jantung Efek Obat Dan lainnya

Gambar 2.2 Pengelompokan kelelahan

Terdapat dua teori tentang kelelahan otot yaitu teori kimia dan teori syaraf pusat terjadinya kelelahan. Pada teori kimia secara umum menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan sisa metabo-lisme meningkat sebagai penyebab efisiensi otot hilang, sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder. Pada teori syaraf pusat


(33)

menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya rangsangan syaraf melalui syaraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Rangsangan ini menghambat pusat otak mengendalikan gerakan sehingga frekwensi potensial kegiatan pada sel syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekwensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Dengan demikian semakin lambat gerakan seseorang akan menunjukkan semakin lelah kondisi ototnya.

Beberapa tipe kelelahan umum dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Lelah disebabkan oleh ketegangan fisik di semua organ visual (lelah visual). 2. Lelah karena ketegangan fisik di semua organ (lelah fisik umum).

3. Lelah disebabkan oleh kerja mental (lelah mental).

4. Lelah karena ketegangan lewat satu sisi dari fungsi psikomotor (lelah saraf). 5. Lelah disebabkan kerja monoton atau lingkungan kerja yang menjemukan. 6. Lelah disebabkan sejumlah faktor yang terus menerus (lelah kronis).

Karakteristik utama yang umum dari kelelahan adalah pengurangan dalam kapasitas atau penurunan kerja. Efek sesudah kerja diliputi siklus harian tidur dan keterjagaan disebut nycthemeral atau kelelahan circadian.

Kelelahan tubuh merupakan akibat dari perpanjangan kerja adalah konsek-wensi kehabisan persediaan energi tubuh. Kelelahan ini akibat dari kebanyakan tugas pekerjaan sama dengan proses psikologis yang lebih halus, meskipun pengalaman subjektif menunjukkan kesamaan. Kelelahan mental dapat bersumber dari overload ataupun underload menghasilkan kebutuhan yang berlebihan yang tidak menarik


(34)

dan mudah. Kedua kondisi tersebut dapat meningkatkan stres akan tetapi jika diper-panjang akan mengurangi gairah kerja. Menurut Grandjean (1986) suatu permintaan pekerjaan yang seharusnya meningkatkan gairah kerja, kenyataan malah sebaliknya, seperti pada model U yang terbalik ( gambar 2.3).

Gambar 2.3 Hubungan antara performansi dengan gairah kerja

Walau demikian penurunan performansi yang terjadi pada saat kelelahan biasanya pekerjaan yang khusus yang diperkirakan model U terbalik.

Pada pekerjaan berulang, tanda pertama kelelahan merupakan peningkatan dalam rata-rata panjang waktu menyelesaikan suatu siklus aktivitas. Waktu siklus pendistribusian yang hati-hati sering menunjukkan kelambatan performansi seba-gaimana tampak dalam pendistribusian proporsi yang lebih besar dari siklus lambat yang tidak normal (Murrel, 1969). Penjadwalan yang tidak teratur sama tampak dari celah kosong dalam performansi yang berhubungan dengan kehilangan perhatian disebut block (Bills, 1931).

Kelelahan mental menunjukkan kegagalan yang meningkat proses normal dari perhatian yang selektif dimana input sensor menyimpang secara tetap menyerang sebelum capai sadar.

Gairah kerja performansi


(35)

Kelelahan kronis merupakan kumulatif respon non spesifik terhadap perpan-jangan stress. Menurut Grandjen (1988) gejala kondisi tertentu yang berhubungan penting dengan stress seperti sakit kepala, pusing, jantung berdebar, diare, gangguan lambung dan lainnya. Gangguan tidur merupakan gambaran dari kondisi tersebut dan menunjukkan gejala hyperarousal pada siang hari. Nixon (1982) mengatakan bahwa hyperarousal kronis berhubungan dengan kondisi kehabisan tenaga yang meningkat adalah gejala awal umum penyakit jantung.

Kehabisan tenaga dan kehilangan kendali yang bersatu dalam kelelahan kronis bergabung kedalam indera yang peka tentang apatis, kehilangan ingatan, kegagalan yang mencirikan kondisi psychoneurotic (depresi), dan melancholia.

Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan syaraf pusat terda-pat sistem aktivasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat para simpatis).

Tanda-tanda kelelahan yang utama adalah hambatan terhadap fungsi-fungsi kesadaran otak dan perubahan pada organ-organ di luar kesadaran serta proses pemulihan menunjukkan : 1. Penurunan perhatian, 2. Pelambatan persepsi, 3.Lambat dan sukar berpikir, 4. Penurunan kemauan atau dorongan untuk bekerja, 5.Kurang efisiensi kegiatan-kegiatan fisik dan mental.

Menurut Gilmer (1966) dan Cameron (1973), gejala kelelahan ditandai : 1. Menurun kesiagaan dan perhatian, 2. Penurunan dan hambatan persepsi, 3. Cara berpikir atau perbuatan anti sosial, 4. Tidak cocok dengan lingkungan, 5. Depresi, kurang tenaga, dan kehilangan inisiatif, 6. Gejala umum (sakit kepala, vertigo, gangguan fungsi paru dan jantung, kehilangan nafsu makan, gangguan pencernaan, kecemasan, perubahan tingkah laku, kegelisahan dan sukar tidur).


(36)

2.3.1 Proses Terjadi Kelelahan

Kelelahan terjadi karena produk sisa terkumpul dalam otot dan peredaran darah, di mana produk ini dapat membatasi kelangsungan aktivitas otot. Makanan yang mengandung glikogen mengalir dalam tubuh melalui peredaran darah. Glikogen hanya dapat digunakan sebagai energi untuk keperluan otot saja dan tidak dapat dikembalikan sebagai glukosa ke dalam aliran darah. Tubuh manusia dapat menyim-pan glikogen dalam jumlah terbatas. Setiap kontraksi dari otot selalu diikuti oleh oksidasi glukosa yang merubah glikogen menjadi tenaga dan asam laktat. Pada masa pemulihan asam laktat akan diubah kembali menjadi glikogen dengan adanya oksigen dari pernafasan, sehingga memungkinkan otot berfungsi kembali yang berarti keseimbangan kerja bisa dicapai dengan baik.

Keadaan dan perasaan kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu ceberi cortex yang dipengaruhi atas dua sistem saraf antagonis yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat ini terda-pat dalam thalamus dan bersifat menurunkan kemampuan manusia untuk bereaksi sedangkan sistem penggerak terdapat dalam formatio retikularis yang bersifat me-rangsang pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari peralatan tubuh kearah bereaksi. Keadaan seseorang pada suatu saat tergantung pada hasil kerja kedua sistem tersebut. Apabila sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat maka dikatakan dalam keadaan segar untuk bekerja, sebaliknya jika sistem penghambat lebih kuat maka akan mengalami kelelahan. Agar seseorang berada dalam keseim-bangan bekerja, kedua sistem tersebut harus stabil pada tubuh.


(37)

2.3.2 Penyebab Kelelahan Kerja

Menurut Grandjean (1991) penyebab kelelahan bervariasi dan untuk memper-tahankan kesehatan harus dilakukan efisensi proses penyegaran di luar tekanan. Penyegaran terjadi selama tidur malam, periode istirahat dan waktu berhenti kerja. Faktor penyebab kelelahan menurut Tarwaka (2004) : 1. Intensitas lama kerja fisik dan mental, 2. Lingkungan kerja, 3.Circadian rhythm, 4. Problem fisik, tanggung jawab, kekhawatiran konflik, 5. Kondisi kesehatan, 6. Nutrisi.

Pada kerja otot statis, dengan pengerahan tenaga 50% dari kekuatan maksi-mum otot hanya dapat bekerja selama 1 menit, sedangkan pada pengerahan tenaga <20% kerja fisik dapat berlangsung cukup lama. Tetapi pengerahan tenaga otot statis sebesar 15-20% akan menyebabkan kelelahan dan nyeri jika pembebanan berlang-sung sepanjang hari. Menurut Astrand dan Rodahl (1977) kerja dapat dipertahankan beberapa jam per hari tanpa gejala kelelahan jika tenaga yang dikerahkan tidak melebihi 8% dari maksimum tenaga otot. Suma’mur (1982) dan Grandjean (1993) mengatakan bahwa kerja otot statis merupakan kerja berat. Pada kondisi yang hampir sama, kerja otot statis mempunyai konsumsi energi lebih tinggi, denyut nadi meningkat dan diperlukan waktu istirahat lebih lama. Annis dan McConville (1996) mengatakan bahwa saat kebutuhan metabolisme dinamis dan aktivitas melampaui kapasitas energi yang dihasilkan oleh pekerja, maka kontraksi otot akan terpengaruh sehingga kelelahan seluruh badan terjadi. Penggunaan energi tidak melebihi 50% dari tenaga aerobic maksimum untuk kerja 1 jam, 40% untuk kerja 2 jam dan 33 % untuk kerja 8 jam terus menerus. Nilai tersebut didisain untuk mencegah kelelahan yang dapat meningkatkan resiko cedera otot skeletal pada pekerja. Untuk mengurangi


(38)

tingkat kelelahan di upayakan sikap kerja yang lebih dinamis. Hal ini bertujuan agar sirkulasi darah dan oksigen berjalan normal ke seluruh anggota tubuh.

Faktor penyebab kelelahan kerja berkaitan dengan banyak hal yaitu : 1. Penyebab medis : flu, anemia, gangguan tidur, hepatitis, hypothyroidism, TBC. 2. Penyebab yang berkaitan dengan gaya hidup : kurang/ terlalu banyak tidur, alkohol minuman keras, diet yang buruk, kurang olahraga, gizi.

3. Penyebab yang berkaitan dengan tempat kerja : kerja shift, pelatihan tempat kerja yang buruk, stres kerja, workaholic, suhu ruang kerja, penyinaran, kebisingan,

monotoni pekerjaan dan kebosanan, beban kerja.

4. Faktor psikologis : depresi, kecemasan dan stres, kesedihan.

2.3.3 Penanggulangan Kelelahan Kerja

Penanggulangan kelelahan kerja dapat dilakukan melalui :

1. Lingkungan kerja yang nyaman bebas kebisingan dan pengaturan udara. 2. Waktu kerja diselingi istirahat pendek dan istirahat untuk makan

3. Kesehatan umum dijaga dan dimonitor

4. Pemberian gizi kerja sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja 5. Beban kerja berat tidak berlangsung terlalu lama.

6. Tempat tinggal diusahakan sedekat mungkin dengan tempat kerja

7. Pembinaan mental secara teratur dalam rangka stabilitas kerja dan kehidupan 8. Cuti dan liburan diselenggarakan sebaik-baiknya


(39)

2.3.4 Beberapa Langkah Mengatasi Kelelahan

Kelelahan disebabkan oleh banyak faktor sangat kompleks saling terkait, perlu penanganan agar tidak kronis. Pada gambar 2.4 terdapat skematis faktor penyebab terjadi kelelahan, penyegaran dan cara menangani kelelahan agar tidak menimbulkan resiko yang lebih parah.

PENYEBAB KELELAHAN CARA MENGATASI 1. Aktivitas kerja fisik 1. Sesuai kapasitas kerja fisik 2. Aktivitas kerja mental 2. Sesuai kapasitas kerja mental 3. Stasiun kerja tidak ergonomis 3. Redisain stasiun kerja ergonomis 4. Sikap paksa 4. Sikap kerja almiah

5. Kerja statis 5. Kerja lebih dinamis 6. Kerja bersifat monotoni 6. Kerja lebih bervariasi 7. Lingkungan kerja ekstrim 7. Redisain lingkungan kerja 8. Psikologis 8. Reorganisasi kerja

9. Kebutuhan kalori kurang 9. Kebutuhan kalori seimbang 10 Waktu kerja istirahat tidak tepat 10.Istirahat setiap 2 jam kerja dengan sedikit kuda

RESIKO MANAJEMEN PENGENDALIAN

1.Motivasi kerja turun 1. Tindakan preventif melalui pendekatan 2. Performansi rendah inovatif dan partisipatoris

3. Kualitas kerja rendah 2. Tindakan kuratif 4. Banyak terjadi kesalahan 3. Tindakan rehabilitatif 5. Stres akibat kerja 4. Jaminan masa tua 6. Penyakit akibat kerja

7.Cedera

8.Terjadi kecelakaan akibat kerja


(40)

2.3.5 Pengukuran Kelelahan

Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur kelelahan secara langsung. Pengukuran yang dilakukan peneliti sebelum hanya berupa indikator yang me- nunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja. Grandjean (1993) mengelompokkan metode pengukuran kelelahan dalam beberapa kelompok sebagai berikut :

1. Kualitas dan Kuantitas kerja yang dilakukan

Kuantitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja (waktu yang digunakan setiap item) atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian banyak faktor harus dipertimbangkan seperti : target produk-si, faktor sosial dan perilaku psikologis. Sedangkan kualitas output (kerusakan dan penolakan produk) atau frekwensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi faktor tersebut bukan merupakan causal factor.

2. Uji psikomotor (Psychomotor test)

Pada metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Uji waktu reaksi dapat digunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya pelambatan proses faal syaraf dan otot. Menurut Sanders et al (1987) waktu reaksi adalah waktu untuk membuat suatu respon yang spesifik saat satu stimuli terjadi. Waktu reaksi terpendek biasa antara 150 - 200 milidetik. Waktu reaksi tergantung dari stimuli yang dibuat, intensitas lamanya rangsang, dan umur subjek


(41)

3. Uji hilang kelipan (Flicker Fusion Test)

Dalam kondisi lelah kemampuan melihat kelipan akan berkurang.Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antara dua kelipan. Uji hilang kelipan untuk menunjukkan keadaan kewaspadaan pekerja.

4. Perasaan kelelahan (Subjective Feeling of Fatigue)

Perasaan kelelahan (Subjective Self Rating Test) dari Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang merupakan salah satu kuesioner meng-ukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner berisi 30 daftar pertanyaan :

A). Pertanyaan tentang pelemahan kegiatan terdapat 10 butir : 1.Perasaan berat di kepala, 2. Lelah seluruh badan, 3.Berat di kaki, 4.Menguap, 5. Pikir-an kacau, 6. Mengantuk, 7. beban di mata, 8.Gerakan canggung dan kaku, 9. Berdiri tidak stabil, 10. Ingin baring, B). Pertanyaan tentang pelemahan motivasi terdapat 10 butir : 1. Susah berpikir, 2.Lelah bicara, 3.Gugup, 4.Tidak konsentrasi, 5. Sulit memusatkan perhatian, 6.Mudah lupa, 7. Keper-cayaan diri kurang, 8. Merasa cemas, 9. Sulit mengontrol sikap, 10.Tidak tekun, C).Pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik terdapat 10 butir : 1. Sakit kepala, 2. Kaku bahu, 3.Nyeri punggung, 4. Sesak nafas, 5.Haus, 6.Serak,7.Pening,8.Spasme di kelopak

mata, 9.Tremor,10.Merasa kurang sehat

5. Uji Mental

Pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan menyelesaikan pekerjaan. Bourdon Wiersma test merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menguji kecepatan, ketelitian dan konsentrasi. Hasil tes menunjukkan bahwa semakin lelah seseorang


(42)

maka tingkat kecepatan, ketelitian dan konsentrasi akan semakin rendah dan sebaliknya. Namun demikian Bourdon Wiersma lebih tepat untuk mengukur kelelahan akibat aktivitas yang lebih besifat mental. Sedangkan untuk menilai kelelahan seseorang dapat dilakukan pengukuran

kelelahan secara tidak langsung baik secara objektif maupun subjektif.

2.4. Stres Kerja

Sumber stres secara umum dibagi dua bagian, yaitu : 1. dari dalam diri seseorang (internal source) dan 2. dari luar diri seseorang (external source).

Sarafino (1990), membedakan sumber-sumber stres menjadi tiga bagian : 1. Dalam diri seseorang stres akan muncul melalui kesakitan dan penilaian dari

kekuatan motivasional yang melawan, bila seseorang mengalami konflik. Contoh : orang yang ingin melakukan sesuatu tetapi tidak mampu untuk mela-kukannya akan mengakibatkan konflik dalam dirinya.

2. Dalam keluarga

3.Dalam komunitas dan lingkungan. Interaksi subjek di luar lingkungan keluarga melengkapi sumber-sumber stres.

Hans (1936) memperkenalkan suatu konsep stres disebut General Adaption Syndrom terdiri dari tiga fase diidentifikasi bila seseorang terpapar stres :

1. Reaksi tanda bahaya. Dalam keadaan bahaya timbul ketegangan atau ketakutan. Tubuh memobilisasi sumber yang ada untuk meningkatkan aktivitas sistem simpatis yang mengakibatkan peninggian sekresi katekolamin. Tubuh dipersi-apkan secara psikofisiologis untuk bereaksi dengan stres tersebut, dan akan muncul reaksi emergensi dikenal dengan ”melarikan diri atau menyerang”.


(43)

2. Fase resistensi yaitu terjadi resistensi terhadap stres dan tubuh beradaptasi

3. Fase kelelahan, bila reaksi tanda bahaya datang terlalu kuat dan lama, kebutuh-an energi untuk beradaptasi menjadi habis sehingga timbul kelelahan.

Menurut Schultz (1982) respon tubuh yang muncul akibat stres menimpa-adalah hipotalamus. Hipotalamus memproduksi hormon cortic-trophic releasing factor (CFR), yang mengakibatkan terjadi perubahan biokimia dan neurohormon.

Frochlich (1978) menyatakan, faktor kognisi dan emosi dapat mempenga-ruhi proses adaptasi terhadap stres. Menurut Mason (1975) setiap stimulus lingkungan mempunyai arti psikologi dapat mengaktivasi sistem hipotalamik pituitari adrenal. Stres dapat mempengaruhi sistem tubuh seperti sistem kardiovasculer, respi-ratorius, dan gastrointestinal, satu atau kedua sistem neuroendokrin, yaitu :

1. Sistem simpatetik adrenomedulari. Peningkatan aktivitas sistem ini dapat menye- babkan terjadinya peningkatan hormon katekolamin seperti norepinefrin dan

epinefrin. Sistem ini dihubungkan dengan stres yang bersifat akut baik fisik atau psikologik. Taggart (1973) menyatakan, stres emosi dapat meningkatkan hormon disertai dengan peningkatan asam lambung menyebabkan dyspepsia.

2. Sistem pituitari adrenokortikal. Sistem ini dipengaruhi oleh stres yang kronik. Rangsangan terhadap sistem ini menyebabkan peningkatan kortikos teroid yang akhirnya meningkatkan tekanan darah.

Menurut Sarafino (1990) stres kerja disebabkan : 1. Lingkungan fisik, 2.Pengawasan, 3.Hubungan interpersonal, 4. Pengakuan terhadap kemajuan kerja.


(44)

2.5. Tekanan darah dan Denyut Nadi

Tekanan darah adalah tenaga aliran darah dalam arteri yang diukur dalam dua angka, yaitu sistole (tekanan jantung berkontraksi) dan diastole (tekanan jantung relaksasi). Tekanan darah tinggi jika angka di atas 140/90, tinggi normal 130-139/85-89, normal 120-129/80-84 dan optimal jika dibawah 120/80. Menurut The Six of The JNC on PDE and T of High Blood Pressure (1997) tekanan darah dapat diklasifi-kasikan seperti pada table 2.3 :

Tabel 2.3 Klasifikasi Tekanan Darah Dewasa Usia 18 Tahun ke atas Kategori Sistolik Diastolik

Optimal

Normal Normal tinggi

Hipertensi : Derajat -1 Derajat-2 Derajat-3

Hipertensi Terisolasi

< 120 dan < 80 < 130 dan < 85 130-139 dan 85-89 140-159 atau 90-99 160-179 atau 100-109 > 180 atau .> 110 > 140 dan < 90

2.6 Kecelakaan Kerja

Menurut UU No.1 Tahun 1970, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia dan atau harta benda. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan kerja pada perusahaan, di mana kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerja itu sendiri atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.

Kecelakaan kerja akan menimbulkan : kerusakan, kekacauan organisasi, ke- sedihan kelainan, cacat dan kematian. Kerugian kecelakaan dapat diukur dengan besa besar biaya yang dikeluarkan berupa biaya langsung dan tak langsung.


(45)

Biaya langsung adalah biaya pemberian pertolongan pertama pada kecela-kaan, pengobatan, perawatan, biaya rumah sakit, biaya transport, gaji selama masa sakit, kompensasi cacat, biaya perbaikan alat-alat mesin dan atas kerusakan bahan. Biaya tak langsung meliputi segala sesuatu yang tak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah kecelakaan kerja terjadi. Contoh : biaya berhentinya proses produksi oleh karena pekerja lain menolong peristiwa kecelakaan itu, biaya untuk mengganti posisi orang yang sedang menderita akibat kecelakaan dengan orang baru yang belum biasa bekerja di tempat itu dan lain-lain.

Secara umum penyebab kecelakaan adalah : 1. tindakan perbuatan manu-sia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human acts), 2. keadaan ling-kungan yang tidak aman (unsafe condition). Faktor manusia sangat dominan dalam kecelakaan kerja, seperti : perencana pabrik, kontraktor, pengusaha, para ahli, pembuat dan pemeliharaan mesin dan alat, pemimpin kelompok.

Upaya untuk mencari sebab kecelakaann disebut analisa sebab kecelakaan, yang dilakukan dengan mengadakan penyelidikan terhadap peristiwa kecelakaan. Analisa ini tidak mudah karena sulit menentukan sebab kecelakaan. Kecelakaan harus secara jelas dan tepat diketahui, bagaimana dan mengapa terjadi.

Kecelakaan diselidiki untuk : 1. menentukan siapa yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan, 2. mencegah terjadinya peristiwa serupa.

Kecelakaan kerja dapat dicegah melalui :

1. Peraturan perundangan mewajibkan tentang kondisi kerja seperti : perencanaan, konstruksi, perawatan, pengawasan, pengujian dan cara kerja alat, tugas buruh/ pengusaha, latihan, supervisi medis, P3K dan pemeriksaan kesehatan.


(46)

2. Standarisasi. Penetapan standar resmi, misal mengenai konstruksi yang meme-nuhi syarat keselamatan, jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek keselamatan dan higene umum atau alat-alat perlindungan diri.

3. Pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan perundangan yang diwajibkan 4. Penelitian teknik meliputi sifat dan ciri bahan berbahaya, pengujian alat pelin- dung diri, pencegahan peledakan gas atau penelahaan bahan dan

dan disain untuk tambang, dan peralatan angkat lainnya. 5. Pendidikan dan kurikulum yang mendukung

6. Riset medis dan training, penggairahan, promosi kesehatan, dan asuransi

2.7 Produktivitas Kerja

Pentingnya produktivitas bagi para manajer yaitu sebagai alat untuk mem-perbaiki profitabilitas. Bagi pekerja, produktivitas adalah alat untuk meningkatkan kompensasi prestasi kerja pekerja. Bagi pejabat pemerintah dan adminis-trator publik produktivitas akan menyeimbangkan budget dan kualitas pelayanan.

Produktivitas ialah suatu ukuran kinerja seberapa baik sumberdaya produksi dimanfaatkan untuk mendapatkan hasil yang ingin dicapai oleh organisasi.

Pengertian tersebut dapat dibagi atas dua bagian :

a. Seperangkat hasil atau kinerja yang dicapai yaitu kemampuan mendapatkan hasil adalah ukuran tentang efektivitas pelaksanaan misi organisasi tanpa memperhati-kan sisi input yang digunamemperhati-kan.

b. Pemanfaatan sumber daya yaitupemanfaatan sumber daya selalu terkait dengan pencapaian hasil. Sumber daya yang dimaksud dapat terseleksi dalam berbagai bentuk seperti kapasitas pabrik, tenaga kerja, material, energi, teknologi, supplies,


(47)

dan lain-lain. Berdasarkan kedua hal tersebut Mali (1978) menjelaskan hubungan antara produktivitas dengan efektivitas sebagai berikut :

Output yang diperoleh Produktivitas =

Input yang dikonsumsi

Kinerja yang dihasilkan Efektivitas = =

Sumber daya yang digunakan Efisiensi

Menurut EOEC, produktivitas dapat diukur berdasarkan masing-masing faktor input sepertitenaga kerja, material, capital, energi dan lain-lain. Berdasarkan hal ini, David mengemukakan tiga tipe dasar produktivitas : 1.Produktivitas Partial, 2.Produktivitas Total Faktor dan 3. Produktivitas Total.

a. Produktivitas Parsial

Produktivitas parsial ialah rasio antara output yang dihasilkan dan input yang digunakan. Produktivitas ini mengukur besar kontribusi satu unit input tertentu. terhadap output yang dihasilkan. Jumlah output dihasilkan

1. Produktivitas Tenaga Kerja =

Jumlah tenaga kerja digunakan

Jumlah output dihasilkan 2. Produktivitas Material =

Jumlah material digunakan

Jumlah output dihasilkan 3. Produktivitas Kapital =

Nilai penyusutan kapital dioperasikan Jumlah output dihasilkan

4. Produktivitas Energi =


(48)

b. Produktivitas Total Faktor

Produktivitas total faktor ialah rasio antara jumlah output yang dihasilkan dan jumlah seluruh tenaga kerja dan penyusutan modal (kapital)

Jumlah net output dihasilkan Produktivitas Total Faktor =

Jumlah input tenaga kerja + kapital

c. Produktivitas Total

Produktivitas total ialah rasio antara jumlah output dihasilkan dan jumlah keseluruhan input yang digunakan. Produktivitas ini mengukur berapa besar output dihasilkan untuk setiap unit input campuran menghasilkan output.

Jumlah output yang dihasilkan Produktivitas Total =

Jumlah seluruh input yang digunakan

2.7.1 Produktivitas Pada Berbagai Level

Konsep produktivitas, hubungan ketergantungan dan pengaruhnya antar level organisasi (level nasional, level industri/sektoral, dan level perusahaan) perlu dipahami agar strategi perbaikan dan peningkatan dapat dilakukan lebih efektif.

a. Produktivitas Level Nasional

Menurut Rostas (1955), manfaat pengukuran produktivitas level nasional ialah estimasi produktivitas dapat digunakan untuk peramalan pendapatan nasional dan out put nasional pada berbagai ukuran tenaga kerja, pergeseran pekerjaan dan kebutuhan tenaga kerja. Produktivitas nasional adalah salah satu elemen dalam biaya tenaga kerja dapat digunakan dalam membandingkan daya saing dari berbagai industri pada situasi ekonomi nasional yang berbeda. Produktivitas merupakan suatu


(49)

faktor dalam distribusi produk industri menjadi bahan yang relevan untuk collective bargaining. Produktivitas merupakan suatu indeks pertumbuhan karena perekonomian nasional akan memperlihatkan kemajuan jika mampu menghasil-kan lebih banyak output dari input semakin sedikit dan akan mempengaruhi upah.

b. Produktivitas Level Industri (Sektoral)

Produktivitas sektoral diukur dengan membagi GDP aktual dengan input masing-masing sektor dengan input tenaga kerja sektor bersangkutan. Manfaat pengukuran produktivitas sektoral ialah :

1. Indikator Ekonomi

Pada setiap negara, pengukuran produktivitas sektoral berguna sebagai indi-ka-tor ekonomi dalam melacak kinerja ekonomi. Karena produktivitas meng-identifikasi sektor unggul dan tidak unggul maka masalah potensial bisa diketahui.

2.Analisis Ketenaga Kerjaan

Perubahan tingkat utilisasi ketenagakerjaan, projeksi ketenagakerjaan, pengem- bangan teknologi terkadap ketenagakerjaan pada pemekerjaan di sektor tertentu dapat dilakukan secara efektif apabila produktivitas sektoral telah diukur.

3. Analisis Kinerja Perusahaan

Ukuran produktivitas dapat digunakan sebagai indikator dalam membandingkan kinerja suatu industri relatif terhadap kinerja industri lain.

c. Produktivitas Antar Perusahaan

Produktivitas antar perusahaan berkaitan dengan produktivitas perusahaan me- nurut kategori tertentu atau menurut skala usaha tertentu.


(50)

1. Produktivitas yang tinggi menggambarkan profit yang tinggi.

2. Produktivitas tinggi umumnya diterjemahkan ke dalam pendapatan riil yang tinggi bagi karyawandan memberikan sosial benefit yang tinggi

3. Konsumen dapat menikmati harga beli yang lebih rendah

Produktivitas kerja merupakan suatu hasil kerja dari seorang karyawan. Hasil kerja karyawan merupakan suatu proses bekerja dari seseorang dalam menghasilkan suatu barang atau jasa. Proses kerja karyawan merupakan kinerja karyawan. Produktivitas karyawan menurun dikarenakan kemungkinan adanya ketidak nyaman dalam bekerja, upah yang minim dan ketidak puasan.

Kepuasan kerja yang bersifat individual tentang perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Menurut Luthans (1995) kepuasan kerja adalah ungkapan kepuasan karyawan tentang bagaimana pekerjaannya dapat memberikan manfaat bagi organi-sasi, berarti apa yang diperoleh dalam bekerja sudah memenuhi apa yang dianggap penting. Kepuasan kerja dianggap sebagai hasil pengalaman dalam hubungan dengan nilai sendiri seperti apa yang dikehendaki dari pekerjaannya.

Menurut (Gibson, 2000), karakteristik mempengaruhi kepuasan kerja :

a. Pekerjaan, sejauhmana kerja dianggap menarik dan memberikan kesempatan untuk belajar dan menerima tanggung jawab.

b. Upah/gaji : jumlah yang diterima dan keadaan yang dirasakan dari terima upah

c. Pengawasan kerja : kemampuan untuk membantu dan mendukung pekerjaan. d. Kesempatan promosi yaitu keadaan kesempatan untuk maju.


(51)

Sumber daya manusia sebagai agent of change dalam proses pengembangan organisasi memerlukan keterampilan dan pengetahuan untuk produktivitas tinggi. Karyawan yang merupakan bagian dari organisasi perlu ditingkatkan pro-duktivitasnya sebagai feed back dari perusahaan untuk tetap menjaga dan mengikat karyawan agar tetap bergabung dalam perusahaan tersebut.

Produktivitas kerja adalah kinerja karyawan atau performance yang meru-pakan hasil suatu proses. Data tentang produktivitas kerja berupa performance appraisal, dikarenakan penilaian kerja merupakan faktor evaluasi peru-sahaan terhadap pekerja dan juga sebagai perwujudan peningkatan produktivitas.

Dalam menilai performance appraisal sering mengalami kendala berupa penilaian kerja yang tidak sesuai dengan kinerja karyawan, pemberikan penilaian kerja sering mengikuti unsur subjektifitas, sehingga penilian kerja tinggi, namun kinerja dalam keseharian kerja cenderung rendah. Hal ini akan berdampak pada pengelolaan sumber daya manusia akan mengalami kesulitan dalammeningkatkan kinerja karyawan akan berdampak pada produktivitas kerja.

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan produktivitas kerja : gaji, ling-kungan kerja, dan kesempatan berprestasi yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan dan keterampilan pekerja.

Produktivitas kerja menurut Cascio (1998) adalah pengukuran output berupa barang atau jasa berhubungan dengan input yang berupa karyawan, modal, materi atau bahan baku dan peralatan. Produktivitas kerja adalah suatu ukuran hasil kerja atau kinerja seseorang dengan proses input sebagai masukan dan output sebagai keluaran merupakan indikator kinerja karyawan dalam menentukan bagaimana usaha


(52)

untuk mencapai produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi. Produktivitas kerja adalah performance appraisal yang merupakan suatu gambaran sistematis tentang individu atau kelompok yang berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan dalam suatu pekerjaan sebagai bentuk evaluasi individu

Faktor produktivitas kerja sangat tergantung pada time management, motivasi, kemampuan koordinasi sumber daya, kualitas kerja, level kesehatan yang dimiliki.

2.7.2 Strategi Produktivitas Kerja Melalui Tubuh yang Lebih Sehat dan Bugar 1. Konsumsikan Lebih Banyak Sayuran

Dalam sayuran mengandung serat, vitamin, dan mineral alami. Serat membuat saluran pencernaan lebih sehat sehingga terhindar dari penum pukan racun akibat kotoran yang mengendap terlalu lama di dalam usus. Vitamin dan mineral sebagai zat protektif agar seluruh organ tubuh bekerja lebih baik.

2. Perhatikan Kualitas dan Kuantitas Istirahat

Kuantitas istirahat standar per hari 7-8 jam sebaiknya diikuti kualitas tidur. 3. Berolahraga Hingga Berkeringat

Berolahraga akan memperoleh kepuasan dan memicu relaksasi otot, tegang, memperlancar peredaran darah, pengiriman gizi makanan ke seluruh tubuh dan keotak melalui aliran darah lebih baik sehingga lebih mudah konsentrasi

2.7.3 Faktor-faktor Mempengaruhi Produktivitas Kerja

Menurut Tarwaka (1991) terdapat 5 faktor mempengaruhi produktivitas kerja : 1. Motivasi : kekuatan pendorong kegiatan seseorang ke arah tujuan tertentu dan melibatkan segala kemampuan yang dimiliki untuk mencapainya.


(53)

2. Disiplin : sikap mental yang tercermin dalam tingkah laku perorangan, kelom- pok berupa kepatuhan terhadap peraturan, etika, norma dan kaidah.

3. Etos kerja : pandangan untuk menilai sejauh mana kita melakukan suatu pe-kerjaan dan berupaya mencapai hasil terbaik dalam setiap pekerjaan.

4.Ketrampilan teknis dan manajerial sangat menentukan tingkat produktivitas. 5. Pendidikan dikembangkan melalui jalur formal maupun informal.

2.8Kapasitas Kerja

Setiap individu mempunyai keterbatasan maksimum mengkonsumsi oksigen Semakin meningkat beban kerja, maka konsumsi oksigen akan meningkat secara proporsional sampai didapat kondisi maksimum. Beban kerja yang lebih tinggi tidak dapat dilaksanakan dalam kondisi aerobik, disebabkan oleh kandungan oksigen yang tidak mencukupi untuk suatu proses aerobik. Akibatnya manifestasi rasa lelah yang ditandai dengan meningkatnya kandungan asam laktat.

Konsumsi oksigen diberi simbol VO2 dan diukur dalam satuan litr/menit. Dalam

perancangan kerja diharapkan berada dibawah (VO2)max dari rata-rata populasi. Pada

kenyataannya, kurang dari 50% (VO2)ma adalah nilai yang direko-mendasikan.

Menurut Grandjean, 5,2 kcal/menit merupakan nilai yang direkomendasikan untuk suatu kondisi kerja berat yaitu kcal/menit dari energi kerja. Hal ini berdasarkan pada pekerja pria (diasumsi pekerja berat), dengan pengaturan energi kerja :

1.20-30 tahun : dikalikan dengan 100% 2.40 tahun : dikalikan dengan 96% 3.50 tahun : dikalikan dengan 90%


(54)

4.60 tahun : dikalikan dengan 80% 5.65 tahun : dikailkan dengan 75%

Dengan catatan bahwa 5,2 kcal/menit = 5,2/4,8 = 1,08 lier per menit oksigen.

Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan yang baik dan optimal.

2.9 Beban Kerja

Beban kerja meliputi beban kerja fisik dan mental. Akibat beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.

Kondisi lingkungan kerja (panas, bising, debu, zat-zat kimia) dapat meru-pakan beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut secara sendiri atau bersama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja. Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan demikian status kesehatan pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya kesehatan di lingkungan kerja tetapi juga oleh faktor pelayanan kesehatan kerja, perilaku kerja serta faktor lainnya.

Menurut Rodahl (1989), dan Manuaba (2000) hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

1. Beban Kerja Karena Faktor Eksternal


(55)

2. Beban Kerja Karena Faktor Internal

Faktor internal beban kerja adalah faktor sebagai akibat adanya reaksi beban kerja eksternal, yang mana reaksi tubuh tersebut disebut strain. Berat ringan strain dapat dinilai : 1.secara objektif melalui perubahan reaksi psikologis dan perilaku, 2. secara subjektif melalui harapan, keinginan, dan kepuasan kerja.

Secara ringkas faktor internal meliputi :

a. Faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, gizi). b. Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan).

Menurut Astrand et al (1989) penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode penilaian langsung dan tidak langsung. Metode penilaian langsung yaitu mengukur energi yang dikeluarkan (energy expenditure) melalui asupan oksigen selama bekerja. Semakin berat beban kerja maka semakin banyak energi yang dikonsumsi. Meskipun metode dengan menggunakan asupan oksigen lebih akurat, namun hanya dapat mengukur waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang mahal. Sedangkan metode pengukuran tidak langsung adalah dengan menghitung denyut nadi selama kerja.

Menurut Christensen (1991) dan Grandjean (1993) pendekatan untuk menge-tahui berat ringan beban kerja adalah dengan menghitung nadi kerja, konsumsi oksigen, kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh, pada batas tertentu mempunyai hubungan linier dengan konsumsi oksigen atau pekerjaan yang dilakukan.

Konz (1996) mengemukakan bahwa denyut jantung adalah suatu alat estimasi laju metabolisme yang baik, kecuali dalam keadaan emosi dan vasodilatasi. Kategori berat ringan beban kerja didasarkan pada metabolisme, respirasi, suhu tubuh dan


(56)

denyut jantung menurut Christensen (1991) pada tabel 2.4. Berat ringan beban kerja dapat digunakan untuk menentukan berapa lama seorang dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja. Semakin berat beban kerja, maka semakin pendek waktu kerja seseorang bekerja tanpa kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya.

Tabel 2.4 Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi, Suhu Tubuh dan Denyut Jantung Kategori Beban

Kerja

Konsumsi Oksigen

Ventilasi paru (l/min)

Suhu Rektal (0C)

Denyut Jantung Ringan Sedang Berat Sangat Berat Sangat Berat sekali 0,5-1,0 1,0-1,5 1,5-2,0 2,0-2,5 2,5-4,0 11-20 20-31 31-43 43-56 60-100 37,5 37,5-38,0 38,0-38,5 38,5-39,0 >39,0 75-100 100-125 125-150 150-175 >175

2.10 Kerangka Konsep Penelitian

Shift kerja yang diterapkan oleh pihak manajemen PT X Labuhan Batu melalui suatu kebijakan yang berorientasi pada efisiensi, efektivitas dan produktivitas, pada gilirannya akan berpengaruh pada pekerja secara fisik dan mental dan akhirnya berdampak pada kelelahan. Sebagai konsekwensi dari penerapan 2 shift kerja, diduga tingkat kelelahan pekerja relatif tinggi. Dalam rangka melihat sejauh mana pengaruh shift kerja sebagai variabel bebas terhadap kelelahan sebagai variabel dependen , maka dibuat kerangka konsep penelitian dalam Gambar 2.5.


(57)

Variabel Confounding (pengganggu)

Variabel bebas Variabel terikat (independent variable) (dependent variabel)

Gambar 2.5 Kerangka Konsep Penelitian

Shift Kerja : - Pagi

- Malam Kelelahan

Rekomendasi

Panjang Waktu tiap shift Sikap mental Aktivitas fisik


(1)

124

Lampiran 12

Statistik Uji Denyut Nadi (T-Test) Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. XLabuhan Batu

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N

Std.

Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Shift Pagi 73,9387 30 2,15228 ,39295

Shift Malam 76,1863 30 2,56473 ,46825

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Shift Pagi & Shift Malam 30 ,465 ,010

Paired Samples Test

-2,24767 2,46395 ,44985 -3,16772 -1,32761 -4,996 29 ,000

Shift Pagi - Shift Malam Pair 1

Mean Std. Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper

95% Confidence Interval of the

Difference Paired Differences


(2)

Lampiran 13

Statistik Uji Chi Kuadrat Stres Fisik Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu Crosstabs Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Shift Kerja * Stress Fisik 1500 100,0% 0 ,0% 1500 100,0% Shift Kerja * Stress Fisik Crosstabulation

Stress Fisik Total

Ya Tidak Ya

Shift Kerja Pagi Count 267 483 750

Expected Count 288,5 461,5 750,0

Malam Count 310 440 750

Expected Count 288,5 461,5 750,0

Total Count 577 923 1500

Expected Count 577,0 923,0 1500,0

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig.

(2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 5,208(b) 1 ,022

Continuity Correction(a) 4,968 1 ,026

Likelihood Ratio 5,211 1 ,022

Fisher's Exact Test ,026 ,013

Linear-by-Linear

Association 5,204 1 ,023

N of Valid Cases 1500

a Computed only for a 2x2 table


(3)

126

Lampiran 14

Statistik Uji Chi Kuadrat Stres Mental Responden Pabrik Kelapa Sawit PT. X Labuhan Batu Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Shift Kerja * Stress Mental 1020 100,0% 0 ,0% 1020 100,0% Shift Kerja * Stress Mental Crosstabulation

Stress Mental Total

Ya Tidak Ya

Shift Kerja Pagi Count 143 367 510

Expected Count 128,0 382,0 510,0

Malam Count 113 397 510

Expected Count 128,0 382,0 510,0

Total Count 256 764 1020

Expected Count 256,0 764,0 1020,0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig.

(2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 4,694(b) 1 ,030

Continuity Correction(a) 4,386 1 ,036

Likelihood Ratio 4,702 1 ,030

Fisher's Exact Test ,036 ,018

Linear-by-Linear

Association 4,689 1 ,030

N of Valid Cases 1020

a Computed only for a 2x2 table


(4)

Kimberly Febrina Kodrat : Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kemungkinan Terjadinya Kelelahan Pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit Pt. X Labuhan Batu, 2009

Ok08 Nov08 Des08 Jan09 Feb09 Maret09 April09

1

Literatur

XXX

2

Survei awal

XXX

3

Konsultasi judul

XXX

4

Konsultasi

pembimbing

XXX XXX

5

Persiapan

kolokium

XXX XXX

6

Kolokium

XXX

7

Pengumpulan

data

XXX XXX

8

Pengolahan

data

XXX XXX

9

Konsultasi

pembimbing

XXX XXX XXX

10

Seminar hasil

XXX

11

Ujian


(5)

128

Lampiran 16. Perincian Biaya Penelitian I. Survei Awal

1. Transport ke lokasi pp: 1 x 2 x Rp 250.000 : 500.000 2. Akomodasi : 1 orang x 3 hari x Rp100.000 : 300.000 3. Makan : 1 x 2 x 3 x Rp 50.000 : 300.000

II. Pembuatan Proposal

1.Kertas Hvs 1 rem : 50.000 2.Tinta printer : 100.000 3.Jilid Proposal : 200.000 4.Perbanyak literatur : 600.000

III. Kolokium

1.Biaya snack : 500.000 2. Penggandaan proposal : 200.000

3. Jilid Proposal : 200.000

IV. Pengumpulan Data

1.Sewa Alat 2 kali x Rp 1.000.000 : 2.000.000 2.Penggandaan kuesioner : 50.000 3.Tranport ke lokasi : 2 orang x Rp 250.000 : 500.000 4.Honor operator alat 2 kali x Rp 750.000 : 1.500.000 5.Akomodasi 2 orang x 2 kali x Rp 200.000 : 800.000

V. Analisis Data

1. Biaya analisa statistik spss komputer : 500.000

VI. Seminar Hasil Penelitian

1. Biaya snack 20 kotak : 20 x 10.000 200.000 2. Biaya penggandaan makalah: 150.000

VII. Ujian Komprehensif

1. Biaya penggandaan draf tesis : 300.000 2. Biaya snack : 150.000

VIII. Tesis

1. Cetak Lux Tesis dan Penggandaan : 500.000

IX Wisuda

1. Daftar wisuda : 500.000

Total Rp 10.000.000


(6)

Kimberly Febrina Kodrat : Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kemungkinan Terjadinya Kelelahan Pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit Pt. X Labuhan Batu, 2009