Sejarah Singkat Majelis Taklim Nurul Falah

responden peneliti mengabaikan pengaruh tingkat pendidikan dan usia terhadap kesadaran pengelolaan lingkungan. Untuk mengetahui lebih lanjut karakteristik respon metode, media dan kesadaran lingkungan Ibu-Ibu majelis taklim Nurul Falah dapat dilihat pada tabel 16 sebagai berikut: Tabel. 16 Perbandingan Rata-Rata Respon Metode, Media dan Kesadaran Lingkungan Ibu-Ibu Majelis Taklim Nurul Falah. Berdasarkan tabel 16 di atas menunjukkan nilai rata-rata metode ceramah yang digunakan pada metode penyuluhan agama untuk peningkatan kesadaran pengelolaan lingkungan mempunyai nilai lebih tinggi 33,60 dari metode focus group discussion 19,71 dan demonstrasi plot 23,34. Dalam penggunaan media penyuluhan agama menunjukkan bahwa media pemanfaatan sampah kering 24,11 dan media alat peragaan 23,29 merupakan media penyuluhan yang lebih tinggi nilai rata-ratanya dari pada media pengajian 19,49. Selanjutnya tabel 16 juga menunjukkan tingkat kesadaran pegelolaan lingkungan dengan aspek sikap afektif, yaitu sebesar 53,80 merupakan tingkat kesadaran tertinggi dari pada aspek perilaku konatif sebesar 52,03 dan aspek pengetahuan kognitif dengan nilai 40,97. Nilai pengetahuan kognitif responden Metode Media Kesadaran Lingkungan Pengetahuan Kognitif Sikap Afektif Perilaku Konatif Cera- mah 33, 60 Pengajian 19, 49 40, 97 53, 80 52, 03 FGD 19, 71 Alat Peragaan 23, 29 Dem- plot 23, 34 Pemanfa- atan Sampah Kering 24, 11 Rangking 3 1 2 tentang pengelolaan lingkungan yang rendah diduga responden tidak selalu memperbarui mencari informasi pengetahuan baru dalam mengikuti perkembangan mengenai pengelolaan lingkungan dengan baik. Nilai rata-rata aspek afektif yang tinggi 53,80 dari pada aspek konatif 52,03 menandakan bahwa proses perubahan perilaku kesadaran sasaran penyuluhan masih dalam tahapan mau dan sedikit mampu conscious competence. Hal tersebut diduga Ibu-Ibu majelis taklim yang mengikuti kegiatan penyuluhan agama melalui pendirian bank sampah tidak semua ikut menjadi nasabah yang disebabkan beberapa faktor, seperti kemauan ada tapi takut sama tukang sampah keliling yang biasa meminta sampah-sampahnya, ada juga karena jumlah produksi sampahnya sedikit sehingga tidak ikut menjadi nasabah dan faktor yang lainnya. Menurut Totok Mardikanto hal demikian bisa saja terjadi karena penyuluhan merupakan proses merubah kebiasaan sasaran harus dilakukan secara terus menerus dan belum tentu langsung berhasil sekali jadi. Selanjutnya dijelaskan penyuluhan merupakan proses perubahan perilaku baik pengetahuan kognitif, sikap afektif, maupun keterampilan konatif khalayak sasaran agar mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan demi perbaikan kesejahteraan hidupnya, keluarganya dan lingkungan sekitarnya. 1 Menurut Soekanto terdapat empat tingkatan kesadaran yang masing- masing merupakan suatu tahapan bagi tahapan berikutnya mulai dari yang 1 Totok Mardikanto, Penyuluhan Pembangunan Pertanian, Surakarta: UNS Press, 1993, h. 14-17