menunjukkan tidak terdapat hubungan antara praktek pemberian makan dengan status gizi anak baik yang berada di Kecamatan Buhit maupun di Kecamatan Harian.
Hal ini menunjukkan praktek pemberian makan tidak sepenuhnya dapat mempengaruhi status gizi anak. Ditemukannya anak dengan status gizi sangat kurang
pada praktek pemberian makan yang baik kemungkinan disebabkan karena perawatan kesehatan anak. Namun, kita juga dapat melihat, walaupun praktek pemberian makan
berada pada kategori tidak baik, anak dapat memiliki status gizi yang normal. Baik tidaknya status gizi anak dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan kesehatan anak
tersebut. Meskipun praktek pemberian makan anak tidak baik, namun didukung dengan perawatan kesehatan yang baik, maka dapat menyebabkan status gizi yang baik pada
anak. Hal ini sejalan dengan penelitian Perangin-angin 2006, yang menyatakan bahwa anak yang mempunyai praktek pemberian makan yang baik lebih banyak yang berstatus
gizi normal.
5.5.3. Hubungan Rangsangan Psikososial dengan Status Gizi
Sebagian besar anak yang berada di Kecamatan Buhit memiliki rangsangan psikososial yang berada pada kategori baik. Di Kecamatan Buhit ditemukan 71,2 yang
memiliki status gizi normal dari ibu yang rangsangan psikososialnya berada pada kategori baik. Sedangkan di Kecamatan Harian, terdapat 55,6 anak yang memiliki
status gizi normal dari ibu yang rangsangan psikososialnya berada pada kategori baik. Uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan antara rangsangan psikososial dengan
status gizi anak baik yang berada di Kecamatan Buhit maupun di Kecamatan Harian. Engle 1997 menyatakan asuhan psikososial yang baik umumnya berkaitan erat
dengan asuhan gizi dan kesehatan yang baik pula, sehingga secara tidak langsung
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh positif terhadap status gizi, pertumbuhan dan perkembangan anak. Kondisi psikososial yang buruk dapat berpengaruh negatif terhadap penggunaan zat gizi di dalam
tubuh, sebaliknya kondisi psikososial yang baik akan merangsang hormon pertumbuhan sekaligus merangsang anak untuk melatih organ-organ perkembangannya.
5.5.4. Hubungan Praktek KebersihanHygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan
Status Gizi
Sebagian besar anak yang berada di Kecamatan Buhit, berdasarkan indeks BBTB, anak yang praktek kebersihanhygiene dan sanitasi lingkungannya berada pada
kategori baik memiliki status gizi normal yaitu sebesar 79,2. Sedangkan di Kecamatan Harian, anak yang praktek kebersihanhygiene dan sanitasi lingkungannya berada pada
kategori baik memiliki status gizi normal sebesar 63,2. Uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan antara praktek kebersihanhygiene dan sanitasi lingkungan dengan
status gizi anak baik yang berada di Kecamatan Buhit maupun di Kecamatan Harian. Perangin-angin 2006 menyatakan praktek kebersihanhygiene dan sanitasi
lingkungan yang baik tidak dapat menjamin status gizi anak baik. Kondisi lingkungan anak harus benar-benar diperhatikan agar tidak merusak kesehatan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan berkaitan dengan rumah dan lingkungan adalah bangunan rumah, kebutuhan ruang bermain anak, pergantian udara, sinar matahari, penerangan, air bersih,
pembuangan sampahlimbah, kamar mandi dan kakus WCjamban dan halaman rumah. Kebersihan, baik kebersihan perorangan maupun kebersihan lingkungan memegang
peranan penting bagi tumbuh kembang anak. Kebersihan perorangan yang kurang akan memudahkan terjadinya penyakit-penyakit kulit dan saluran pencernaan seperti diare,
cacingan, dll. Oleh karena itu penting membuat lingkungan menjadi layak untuk tumbuh
Universitas Sumatera Utara
kembang anak, sehingga dapat meningkatkan rasa aman bagi ibupengasuh anak dalam menyediakan kesempatan bagi anaknya untuk mengeksplorasi lingkungan.
5.5.5. Hubungan Perawatan Keluarga dalam Keadaan Sakit dengan Status Gizi
Jika dilihat dari perawatan keluarga dalam keadaan sakit yang berada pada kategori baik, menurut indeks BBTB sebagian besar anak yang berada di Kecamatan
Buhit berstatus gizi baik yaitu sebesar 70,7. Sedangkan di Kecamatan Harian, anak yang perawatan keluarga dalam keadaan sakit berada pada kategori baik memiliki status
gizi normal sebesar 57,1. Uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan antara perawatan keluarga dalam keadaan sakit dengan status gizi anak baik yang berada di
Kecamatan Buhit maupun di Kecamatan Harian. Perangin-angin 2006 menyatakan bahwa anak yang berstatus gizi normal
banyak ditemukan pada responden yang melakukan praktek kesehatan yang baik. Kesehatan anak harus mendapat perhatian dari orangtuanya. Praktek kesehatan anak yang
baik dapat ditempuh dengan cara memperhatikan keadaan gizi anak, kelengkapan imunisasinya, kebersihan diri anak dan lingkungan dimana anak berada, serta upaya ibu
dalam hal mencari pengobatan apabila anak sakit. Secara umum pola asuh ibu berada pada kategori baik dan jika dilihat dari status gizi anak, sebagian besar anak berstatus gizi
baik. Hal ini sejalan dengan penelitian Perangin-angin 2006 yang menyatakan bahwa ada kecenderungan dengan semakin baiknya pola asuh anak, proporsi anak gizi baik juga
akan semakin besar. Status gizi bukan semata-mata dipengaruhi pola asuh saja melainkan banyak faktor lain.
Universitas Sumatera Utara
5.6. Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan Status Gizi 5.6.1. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Status Gizi
Dapat kita lihat bahwa di Kecamatan Buhit sebagian besar ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi berdasarkan indeks BBTB, memiliki anak yang berstatus gizi
normal yaitu sebesar 80,0. Sedangkan di Kecamatan Harian terdapat anak yang memiliki status gizi normal sebesar 61,5 dimana sebagian besar ibu memiliki tingkat
pendidikan menengah. Uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan status gizi anak baik yang berada di Kecamatan Buhit maupun di
Kecamatan Harian. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Sarah 2008 yang menyatakan bahwa
tingkat pendidikan ibu dapat mempengaruhi status gizi anak. Semakin tinggi pendidikan makan pengetahuannya akan gizi akan lebih baik daripada yang berpendidikan rendah.
Semakin tinggi pendidikan ibu, semakin tinggi kemampuan untuk menyerap pengetahuan praktis dan pendidikan formal terutama melalui media massa. Semakin baik tingkat
pendidikan ibu, maka makin baik pula keadaan gizi anaknya. 5.6.2. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi
Dari tabel dapat kita lihat bahwa baik di Kecamatan Buhit maupun di Kecamatan Harian sebagian besar bekerja sebagai petani. Berdasarkan indeks BBTB, ibu yang
bekerja sebagai petani di Kecamatan Buhit ditemukan anak yang memiliki status gizi normal sebesar 70,1. Sedangkan di Kecamatan Buhit, ibu yang bekerja sebagai petani
yang memiliki anak yang memiliki tubuh yang normal sebesar 60,0. Uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pekerjaan ibu dengan status gizi anak baik
yang berada di Kecamatan Buhit maupun di Kecamatan Harian.
Universitas Sumatera Utara
Ibu yang bekerja dari pagi hingga sore tidak memiliki waktu yang cukup bagi anak-anak dan keluarganya. Dalam hal ini, ibu memiliki peran ganda yaitu sebagai ibu
rumah tangga dan wanita pekerja. Walaupun demikian, ibu dituntut untuk bertanggungjawab kepada suami dan anak-anaknya khususnya dalam memelihara anak
Sarah, 2008. Ibu yang bekerja di luar rumah tidak dapat memantau pertumbuhan anaknya dengan baik. Hal ini dapat mempengaruhi status gizi anak.
5.6.3. Hubungan Jumlah Anggota Keluarga dengan Status Gizi
Jumlah anggota keluarga memiliki pengaruh bagi status gizi. Dapat kita lihat, baik di Kecamatan Buhit maupun Kecamatan Harian, sebagian besar memiliki jumlah anggota
dari 4 orang. Di Kecamatan Buhit, keluarga yang memiliki anggota keluarga 4 orang berdasarkan indeks BBTB anak yang memiliki status gizi normal sebesar 65,8.
Sedangkan di Kecamatan Harian ditemukan anak yang memiliki tubuh normal sebesar 54,5 yang berasal dari keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga 4 orang. Uji
statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan status gizi anak baik yang berada di Kecamatan Buhit maupun di Kecamatan Harian.
Hal ini bertentangan dengan pernyataan Sarah 2008 yang menyatakan bahwa jumlah anggota keluarga yang banyak dapat mengakibatkan status gizi anggota keluarga
terutama anak menjadi buruk. Jumlah anggota keluarga yang banyak mengakibatkan kebutuhan makanan meningkat sedangkan pendapatan keluarga tidak meningkat. Hal ini
dapat mengakibatkan asupan gizi anak kurang dan status gizi anak juga akan menurun.
Universitas Sumatera Utara
5.6.4. Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi