3. Menentukan jenis makanan yang akan diolah sesuai dengan hidangan menu
yang dikehendaki. 4.
Menentukan jadwal untuk waktu makan dan menentukan hidangan. 5.
Mempertimbangkan intake yang terjadi terhadap hidangan tersebut dengan mempertimbangkan kemungkinan faktor selera terhadap suatu makanan.
Masalah kekurangan gizi sering terjadi pada anak-anak karena anak-anak merupakan golongan yang paling rawan terhadap kekurangan gizi. Kerawanan kurang
gizi pada anak balita disebabkan oleh karena hal-hal sebagai berikut : 1.
Kebutuhan gizi anak balita lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa, karena di samping untuk pemeliharaan kesehatan juga dibutuhkan untuk
pertumbuhan. 2.
Segera setelah anak dapat bergerak sendiri, memperbesar kemungkinan terjadinya penularan.
3. Dalam penyajian makanan pada anggota keluarga, biasanya anggota keluarga
yang produktif akan mendapatkan prioritas utama, baru lebihnya diberikan kepada anggota keluarga yang lain. Biasanya anak balita yang mendapat
prioritas paling sedikit dalam pendistribusian makanan anggota keluarga.
2.7. Dampak Kekurangan Gizi
Anak yang kekurangan gizi pada usia balita akan tumbuh pendek, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak yang berpengaruh pada rendahnya
tingkat kecerdasan, karena tumbuh kembang otak 80 terjadi pada masa dalam kandungan sampai usia 2 tahun. Risiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali
lebih besar dibandingkan anak yang normal. WHO memperkirakan bahwa 54 penyebab
Universitas Sumatera Utara
kematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi anak yang jelek. Gizi buruk dapat berpengaruh kepada pertumbuhan dan perkembangan anak, juga kecerdasan anak. Pada
tingkat yang lebih parah, jika dikombinasikan dengan perawatan yang buruk, sanitasi yang buruk, dan munculnya penyakit lain, gizi buruk dapat menyebabkan kematian
Sinaga, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.8. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang dicapai dalam penelitian ini, maka
kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian Gambaran Pola Asuh dan Sosial Ekonomi Keluarga Balita Bawah Garis Merah BGM.
Status sosial ekonomi keluarga yang terdiri dari pendapatan keluarga, tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan orang tua, dan jumlah anggota keluarga akan
mempengaruhi pola asuh dan status kesehatan balita. Pola asuh yang meliputi praktek pemberian makanan, rangsangan psikososial, praktek kebersihanhygiene dan sanitasi
lingkungan serta perawatan keluarga dalam keadaan sakit akan mempengaruhi status gizi balita dan status kesehatan balita. Status gizi balita dapat mempengaruhi status kesehatan
balita, demikian sebaliknya. Jika status sosial ekonomi keluarga baik dan pola asuh balita BGM baik, maka status gizi balita dan status kesehatan balita juga akan baik. Namun,
apabila pola asuh balita BGM dan sosial ekonominya rendah, makan status gizi dan kesehatan balita BGM akan semakin menurun.
Status Sosial Ekonomi Keluarga, meliputi :
1. Pendapatan keluarga
2. Tingkat pendidikan ibu
3. Status pekerjaan orang tua
4. Jumlah anggota keluarga
Status Gizi Balita Pola Asuh Balita BGM, meliputi :
1. DukunganPerhatian untuk
wanita 2.
Praktek pemberian makanan 3.
Rangsangan psikososial 4.
Praktek kebersihanhygiene sanitasi lingkungan
5. Perawatan keluarga dalam
keadaan sakit
Status Kesehatan Balita
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu ingin mengetahui gambaran pola asuh dan sosial ekonomi keluarga balita Bawah Garis Merah BGM di Puskesmas Buhit dan
Puskesmas Harian di Kabupaten Samosir. Desain penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang cross sectional.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Puskesmas Buhit dan Puskesmas Harian di Kabupaten Samosir. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini :
1. Kabupaten Samosir merupakan salah satu kabupaten yang tertinggal yang
terdapat di Indonesia. 2. Dari 2.236 balita yang ditimbang di Puskesmas Buhit, terdapat 145 anak 6,5
yang berada di bawah garis merah BGM, 144 balita 6,4 yang mengalami gizi kurang dan 1 balita 0,04 yang menderita gizi buruk.
3. Di Puskesmas Harian terdapat 42 anak 5,78 yang berada di bawah garis merah BGM, 15 balita 2,06 yang menderita gizi kurang dan tidak terdapat balita
gizi buruk dari 621 balita yang ditimbang. 4. Mayoritas penduduknya tergolong dalam keluarga pra sejahtera, terdapat rumah
yang tidak sehat, dan pendapatan sebagian besar penduduk yang kecil.
Universitas Sumatera Utara