Latar Belakang Rancang bangun sistem informasi spasial berbasis webgis pada sebaran pencemaran udara primer industri besar (studi kasus: DKI Jakarta)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin berkembangnya teknologi dan kehidupan masyarakat khususnya di Indonesia menyebabkan terjadinya perubahan terhadap pola kehidupan masyarakat pada suatu daerah. Jumlah populasi yang semakin bertambah, industri – industri yang semakin berkembang di berbagai daerah khususnya di perkotaan membawa suatu perubahan terhadap kondisi alam dan pola kehidupan makhluk di bumi. Keadaaan alam yang memburuk akibat perkembangan teknologi serta aktifitas manusia diperlukan suatu perhatian khusus. DKI Jakarta dengan jumlah penduduk sebesar 9.588,2 ribu jiwa yang menempati areal seluas 662,33 km 2 , dengan semakin berkembang pembangunan sehingga tidak menyisakan tempat sebagai Ruang Terbuka Hijau RTH . Gambar 1.1 Grafik Jumlah Industri Sumber : Badan Pusat Statistik DKI Jakarta 2 Semakin tinggi aktivitas ekonomi khususnya dari sektor industri mempunyai kontribusi terhadap dampak pencemaran serta kerusakan lingkungan hidup. Salah satu perubahan alam yang terkena dampak adalah perubahan unsur – unsur iklim yang terjadi di pusat kota dengan wilayah lain di sekitarnya. Perubahan iklim tersebut diantaranya perubahan suhu udara yang terjadi pada suatu daerah. Suhu udara yang merupakan hasil dari pencemaran udara telah terjadi dan dirasakan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh manusia. Banyaknya pencemaran udara yang disebabkan oleh kegiatan manusia yaitu salah satunya adalah sektor industri membuat tingkat pencemaran udara khususnya di perkotaan meningkat. Dan industri menjadi salah satu faktor meningkatnya pencemaran udara yang berasal dari cerobong – cerobong asap industri, sisa dari bahan baku pengolahan, memberikan dampak buruk disamping hasil yang diproduksinya. Menurut laporan BPLH tahun 2006, potensi pencemaran udara berupa debu total partikel terbesar berasal dari sumber tidak bergerak yaitu industri sebesar 56.650,09 per tahun 70,37 ; SO 2 Sulfur Dioksida tertinggi berasal dari sumber tidak bergerak yaitu 403.523,25 ton per tahun 78,32 ; NO 2 yaitu 27.079,72 ton per tahun 62,2 BPLH , 2006 . Dari data tersebut terlihat bahwa kedua sumber pencemaran tersebut memiliki kandungan besar di udara. SO 2 serta NO 2 yang dihasilkan dari sisa-sisa pembakaran bahan baku industri sehingga menghasilkan asap,bau dan debu ini yang dikeluarkan melalui cerobong-cerobong asap setiap industri. Oleh karena itu, dengan batas baku emisi cerobong pada masing-masing zat SO 2 dan NO 2 tersebut perlu diketahui jumlah kadar kandungannya. 3 Dalam pembangunan industri disuatu kawasan perlu memperhatikan keselarasan terhadap lingkungan sekitar dengan menghindari kerusakan dan pencemaran lingkungan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.24 Pasal 23 Ayat 1 dan 2 Tahun 2009 tentang kewajiban perusahaan industri di kawasan industri, yang berisi tentang upaya pengelolaan lingkungan dan pengelolaan limbah bahan berbahaya serta dampak lingkungan. DKI Jakarta yang menjadi pusat dari pemerintahan harus dapat mengelola keseluruhan hal tersebut. Berdirinya lokasi -lokasi industri yang tersebar di DKI Jakarta yang semakin banyak sebagai suatu perkembangan aktivitas kota di suatu daerah mengharuskan suatu tindakan cepat dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang ditimbulkan dari satu sektor, terutama dalam penentuan lokasi industri, jenis industri, bahan serta dampak negatif yang mungkin akan terjadi. Pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.24 Pasal 7 Bab II Tahun 2009 tentang pembangunan, peraturan, pembinaan, dan pengembangan kawasan industri, masih terdapat industri yang tersebar didaerah dekat pemukiman bukan di daerah kawasan industri sehingga menimbulkan banyak dampak bagi masyarakat sekitar. Hal tersebut tidak terlepas dari faktor fisik yang mendukung keseluruhan industri seperti komponen - komponen, bahan baku, sumber daya energi serta iklim dengan segala proses ilmiahnya. BPLH sebagai salah satu badan yang memantau perkembangan lingkungan wilayah DKI Jakarta melakukan berbagi upaya dalam mengatasi lingkungan hidup. Dan diantaranya adalah terkait dengan pertumbuhan industri , kegiatan yang dilakukan industri, dampak pencemaran yang di akibatkan serta masalah pencemaran udara yang terjadi di DKI Jakarta. Dalam proses pemantauan perkembangan lingkungan tersebut masih terdapat beberapa kekurangan, terutama 4 dalam hal pendataan serta penyampaian informasi akan industri dan pencemaran yang terjadi di DKI Jakarta berupa hardcopy dan data analog sehingga informasi tidak tersebar secara merata kepada masyarakat. Dengan perkembangan teknologi, khususnya dunia internet menyebabkan banyaknya aplikasi yang dibuat untuk dapat berjalan pada jaringan internet, dan salah satu aplikasi tersebut adalah aplikasi yang berhubungan dengan pemetaan berbasis web. Dari data - data industri besar serta kandungan pencemaran udara yang dimiliki oleh BPLH maka penulis melakukan suatu perancangan dan membuat suatu sistem pemantauan berbasis web tentang sebaran lokasi - lokasi industri besar yang ada di DKI Jakarta serta kandungan kimia yang menjadi salah satu faktor pencemaran udara ke dalam sebuah aplikasi pemetaan spasial berbasis web yang dapat berjalan pada jaringan internet. Dengan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul “Rancang Bangun Sistem Informasi Spasial Berbasis Webgis Pada Sebaran Pencemaran Udara Primer Industri Besar Studi Kasus : DKI Jakarta “ guna memenuhi kebutuhan spasial bagi masyarakat.

1.2 Perumusan Masalah