Rancang bangun sistem informasi spasial berbasis webgis pada sebaran pencemaran udara primer industri besar (studi kasus: DKI Jakarta)

(1)

i

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI SPASIAL

BERBASIS WEBGIS PADA SEBARAN PENCEMARAN

UDARA PRIMER INDUSTRI BESAR

( STUDI KASUS: DKI JAKARTA )

Oleh :

SITI HALIMATUSYA’DIYAH

NIM 1060 9300 3152

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta

2011 M / 1433


(2)

ii

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI SPASIAL

BERBASIS WEBGIS PADA SEBARAN PENCEMARAN

UDARA PRIMER INDUSTRI BESAR

( STUDI KASUS: DKI JAKARTA )

Oleh :

Siti Halimatusya‟diyah

NIM 1060 9300 3152

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta

2011 M / 143


(3)

(4)

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN

Skripsi yang berjudul “Rancang Bangun Sistem Informasi Spasial Berbasis Webgis Pada Sebaran Pencemaran Udara Primer Industri Besar ( Studi Kasus : DKI Jakarta )“ yang ditulis oleh Siti Halimatusya’diyah, NIM 106093003152 telah diuji

dan dinyatakan LULUS dalam sidang munaqosyah, Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari selasa, 22 November 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) Program Studi Sistem Informasi.

Jakarta, November 2011

Menyetujui,

Penguji I

Rizal Bahaweres, M.Kom

Penguji II

Arini, M.T

NIP. 197601312009012001

Pembimbing I

Zainul Arham, M.Si

NIP. 1974 0730 200710 1 1002

Pembimbing II

Bakri La Katjong MT. M.Kom

NIP. 470035764

Mengetahui,

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Dr.Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis

NIP. 1968011 7200112 1001

Ketua Program Studi Sistem Informasi

Nur Aeni Hidayah, MMSI


(5)

v

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Desember 2011


(6)

vi

ABSTRAK

SITI HALIMATUSYA’DIYAH (106093003152). Rancang Bangun Sistem

Informasi Spasial Berbasis Webgis Pada Sebaran Pencemaran Udara Primer Industri Besar ( Studi Kasus : DKI Jakarta ). Di bawah bimbingan Bapak

ZAINUL ARHAM, M.SI dan Bapak Ir. BAKRI LA KATJONG MT

.M.KOM.

Badan Pengelola Lingkungan Hidup DKI Jakarta ( BPLH ) sebagai salah satu instansi pemerintah memberikan pelayanan serta informasi terhadap lingkungan daerah DKI Jakarta memiliki peran yang sangat penting bagi masyarakat serta instansi terkait. Dan sub bagian yang ada pada BPLH salah satunya adalah Data Pencemaran Lingkungan ( DACEM ) ini belum memiliki suatu sistem informasi yang interaktif yang dapat memberikan informasi mengenai lokasi industri serta pencemaran secara keruangan ( spasial ) dengan cepat dan mudah. Selain itu, BPLH belum mempunyai sistem yang terkomputerisasi dan terintegrasi sehingga masih dijalankan secara manual yang menyebabkan kurang efektif dan efisien.Sistem informasi tersebut dibutuhkan untuk memudahkan instansi-instansi terkait serta masyarakat secara cepat tentang keadaan lingkungan di DKI Jakarta. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.24 Pasal 7 Tahun 2009 tentang ketentuan lokasi kawasan industri dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.24 Pasal 23 Ayat 1 dan 2 Tahun 2009 tentang upaya pengelolaan lingkungan dan pengelolaan limbah bahan berbahaya serta dampak lingkungan. Metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah System Development Life Cycle (SDLC) waterfall, terdiri dari rekayasa sistem, analisis, perancangan, dan pemrograman. Sistem ini dikembangkan menggunakan Arcview 3.3 untuk pengolahan data spasial, ALOV Map versi 0.97 sebagai aplikasi webGIS yang berisi java, MySQL sebagai basis data, PHP sebagai bahasa pemograman. Hasil yang dicapai berupa sistem informasi spasial berbasis web yang disajikan dalam dua tema yaitu sebaran lokasi industri serta sebaran pencemaran SO2 dan NO2 terhadap baku emisi cerobong. Selain itu informasi terhadap informasi data nonspasial yang dapat dimanfaatkan oleh pihak terkait dengan cepat dan terintegrasi.

V Bab + 169 Halaman + Daftar Pustaka + 59 Gambar + 46 Tabel + Lampiran Kata kunci: Sistem Informasi Spasial , System Development Life Cycle (SDLC), BPLH, Industri ,Pencemaran, Alov Map.


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan baginda Nabi Muhammad S.A.W beserta keluarga dan sahabatnya, semoga kita menjadi pengikutnya yang kelak mendapatkan syafa‟at di akhirat kelak. Amin .

Adapun judul penulisan skripsi ini adalah “Rancang Bangun Sistem Informasi Spasial Berbasis Webgis Pada Sebaran Pencemaran Udara Primer Industri Besar ( Studi Kasus : DKI Jakarta ) “. Pada penulisan skripsi ini penulis menyadari masih belum sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis.

Selama penulisan skripsi ini penulis menyadari banyak pihak yang memberikan dukungan , bimbingan, pengarahan dan bantuan kepada penulis. Oleh karena itu, izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan ilmiah ini, terutama kepada :

1. Bapak Dr.Ir. Syopiansyah Jaya Putra, M.SIS selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.


(8)

viii

3. Bapak Zainul Arham, M.Si selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan segala daya dan upaya untuk memudahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Bakri La Katjong, MT, M.Kom selaku dosen pembimbing, yang dengan sabar serta perhatian memberikan masukan kepada penulis.

5. Ibu Rahmawati, selaku kepala bagian data pencemaran lingkungan, yang dengan bijaksana telah membantu penulis dalam mendapatkan segala informasi serta data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

6. Bapak Domo dari PT. EXSAMAP yang dengan ikhlas serta kerendahan hatinya membantu dalam menyediakan data - data peta.

7. Guru Besar dan tercinta Tubagus Wahyudi yang selalu memberikan inspirasi dan semangat kepada penulis. Semoga kesehatan selalu di limpahkan. Amin

8. Kedua Orang Tua ku yang tidak pernah lepas berdoa mendukung penulis untuk bisa menyelesaikan penelitian ini, serta terima kasih untuk segala materi yang selama ini diberikan hingga akhir.

9. Teman-teman super seperjuangan GIS 2006 yang selalu saling membahu dan memberikan semangat kepada sesama.

10.Seluruh teman Kahfi BBC School, BEMF 2010 yang telah memberikan doa dan dukungannya selalu.

11. Special buat teman, kakak yang luar biasa ( Cosmas, Aldi, Fina, Eby, Robby, ka Ichal, ka Semmy ) yang selalu setia mendengarkan suka duka penulis dan kata-kata motivasinya.


(9)

ix

12.Semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan ketulusan yang telah diberikan kepada penulis.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penelitian ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi masyarakat banyak. Maaf atas segala kekhilafan.

Jakarta, Desember 2011


(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ..x

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR SIMBOL ... xxi

DAFTAR ISTILAH ... xxiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Batasan Masalah... 6

1.4 Tujuan dan Manfaat ... 7

1.4.1 Tujuan... 7

1.4.2 Manfaat... 8

1.5 Metode Penelitian ... 10


(11)

xi

1.5.2 Metode Pengembangan Sistem... 11

1.6 Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi ... 14

2.1.1 Pengertian Sistem ... 14

2.1.2 Karakteristik Sistem ... 14

2.1.3 Pengertian Data dan Informasi... 16

2.1.4 Nilai dan Kualitas Informasi... 17

2.1.5 Pengertian Sistem Informasi... 19

2.2 Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis ... ... 19

2.2.1 Pengertian Geografi ... 20

2.2.2 Pengertian Sistem Informasi Geografis ... 21

2.2.3 Subsistem Sistem Informasi Geografis ... 22

2.2.4 Data Pada SIG ... 24

2.2.5 Konsep Model Data Spasial Pada SIG... 25

2.2.6 Komponen SIG... 28

2.3 Kegunaan Sistem Informasi Geografis ... ... 29

2.4 Peta dan Pemetaan ... 30

2.4.1 Skala Peta ... 31

2.4.2 Komponen Peta ... 32

2.4.3 Simbolisasi Peta ... 35


(12)

xii

2.6 Aplikasi SIG dalam Web ... 37

2.7 Model Pengembangan Sistem Development Life Cycle ... 40

2.8 Tool Analysis dan Design Sistem Informasi ... 44

2.8.1 Bagan Alir ... 44

2.8.2 Data Flow Diagram ... 44

2.8.3 Simbol Data Flow Diagram ... 46

2.8.4 Kamus Data ... ... 47

2.9 Perancangan Basis Data ... . 49

2.9.1 Entity Relationship Diagram ( ERD ) ... 49

2.9.2 Normalisasi ... 52

2.10 Definisi Perancangan ... 53

2.11 Perangkat Lunak Dalam Pembuatan Sistem ... ... 54

2.11.1 PHP ……… 54

2.11.2 ALOV ... 55

2.11.3 Macromedia Dreamweaver ... 57

2.12 Industri ... ... 57

2.13 Klasifikasi Industri ... ... 59

2.14 Polutan Pencemaran Udara ... 61

2.14.1 Sulfur Dioksida ( SO2 ) ... 62

2.14.2 Nitrogen Oksida ( NO2 ) ... 65

2.15 Baku Mutu Emisi ... 67

2.16 Interpolasi ... 68


(13)

xiii

2.16.2 Jenis Interpolasi ... 70

2.16.3 Interpolasi Citra Digital ... 73

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 75

3.2 Bahan dan Perangkat Penelitian ... 76

3.2.1 Bahan ... 76

3.2.2 Perangkat ... 77

3.2.3 Tahap Penelitian ... 78

3.3 Metode Penelitian ... 79

3.3.1 Metode Pengumpulan Data ... 79

3.4 Metode Pengembangan Sistem ... 81

3.4.1 Tahap Rekayasa dan Perencanaan ... 84

3.4.2 Tahap Analisa Sistem ... 85

3.4.3 Tahap Perancangan ( desain ) ... 85

3.4.4 Tahap Pemograman ... 86

3.4.5 Tahap Pengujian ( testing) ... 87

3.4.6 Tahap Pemeliharaan ... 89

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tahap Rekayasa dan Perencanaan ... 90

4.1.1 Identifikasi Kebutuhan ... 91

4.1.2 Identifikasi Masalah ... 92


(14)

xiv

4.2.1 Profil Daerah Penelitian ... 93

4.2.2 Profil BPLH DKI Jakarta ... 95

4.2.3 Sistem Yang Berjalan ... 96

4.2.4 Sistem Yang Diusulkan ... 97

4.3 Perancangan Sistem ... 98

4.3.1 Desain Arsitektur ( Data Flow Diagram) ... 98

4.3.2 Desain Basis Data ... 113

4.3.2.1 Desain Kamus Data ... 114

4.3.2.2 Entity Relationship Diagram ( ERD ) ... 115

4.3.2.3 Struktur Data ... 123

4.3.3 Perancanagan Interface ... 138

4.3.3.1 Perancangan Menu Layar ... 138

4.3.3.2 Perancangan State Transition Diagram ... 139

4.3.3.3 Perancangan Antar Muka ... 143

4.3.3.4 Analisis Sebaran Polutan (SO2 dan NO2) ... 156

4.3.4 Pemograman ( coding ) ... 160

4.3.5 Pengujian Sistem ... 161

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 165

5.2 Saran ... 166


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

1.1Grafik Jumlah Industri………...2

2.1 Data Dan Informasi...17

2.2 Ilustrasi Sub –Sistem SIG………...23

2.3 Model Data Raster………25

2.4 Koordinat Pada Model Raster...26

2.5. Struktur Data SIG (a) Vektor dan (b) Raster………...27

2.6. Skala Grafik...32

2.7 Komponen Peta...34

2.8. Arsitektur Umum Aplikasi Peta Berbasis Web...38

2.9. Model Waterfall………42

2.10 Contoh Tabel Data Interpolasi….………70

2.11Ilustrasi Hasil Proses Interpolasi Linear,Polinomial dan Spline...…73

2.12 Ilustrasi Interpolasi Citra Digital…..………74

2.13 Degrasi Citra Setelah Proses Rotasi….………74

3.1 Diagram Alur Penelitian……….…………...…78

3.2 Pengembangan Sistem Dengan Model Waterfall……….…..82

4.1 Diagram Konteks………..99

4.2 Diagram NolUsulan……….101

4.3 DFD Level 1 Proses 2.0 Pengolahan Peta……….105

4.4 DFD level 1 Proses 3.0 Monitoring Industri………...107

. 4.5 DFD level 2 Proses 4.0 Pengisian Buku Tamu………110


(16)

xvi

4.6 DFD level 2 Proses 2.1 Pencarian Peta………...111

4.7 DFD Level 2 Proses 2.2 Pengolahan Peta………...112

4.8 Bentuk Normal Pertama (1NF)………..… …118

4.9 Bentuk Normal Kedua (2NF)……….. .. ...121

4.10 Normalisasi Tahap 3………..……..122

4.11 Rancangan Stuktur Menu SIPERSIB...138

4.12 STD Layar Utama SIPERSIB……….139

4.13 STD Menu GIS INDUSTRI………...140

4.14 STD Menu INDUSTRI JAKARTA………...140

4.15 STD Menu PENGETAHUAN………...……141

4.16 STD Menu WEBSITE……….141

4.17 STD Menu Buku Tamu………...142

4.18 STD Menu Register User……...142

4.19 Halaman Layar Utama / Index...143

4.20 Halaman Layar GIS Industri download peta...144

4.21 Halaman Layar GIS Industri...144

4.22 Halaman Layar Industri Jakarta – Administrasi...145

4.23 Halaman Layar Industri Jakarta – Industri...145

4.24 Halaman Layar Industri Jakarta – Cerobong...146

4.25 Halaman Layar Industri Jakarta – Pencemaran...146

4.26 Halaman Layar Pengetahuan...147

4.27 Halaman Layar Website Terkait………...…..147


(17)

xvii

4.29 Halaman Layar Register User ……….……..148

4.30 Halaman Layar Profil ……….……….……..149

4.31 Halaman Layar Upload Data ..……….……..149

4.32 Halaman Layar Login Admin dan User….………...……….150

4.33 Halaman Layar Utama Admin...150

4.34 Halaman Layar Industri Jakarta Admin –view administrasi...151

4.35 Halaman Layar Industri Jakarta Admin –edit administrasi ...151

4.36 Halaman Layar Industri Jakarta Admin –view industri...152

4.37 Halaman Layar Industri Jakarta Admin –input industri...152

4.38 Halaman Layar Industri Jakarta Admin –view cerobong... 153

4.39 Halaman Layar Industri Jakarta Admin –input cerobong... 153

4.40 Halaman Layar Industri Jakarta Admin – view pencemaran... 154

4.41 Halaman Layar Industri Jakarta Admin –input pencemaran... 154

4.42 Halaman Layar Industri Jakarta Admin – Laporan... 155


(18)

xviii

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1 Komponen Pencemaran Udara……….62

2.2 Baku Mutu Emisi……….…68

3.1 Pengujian Metode WhiteBox………...…88

4.1 Alur Proses Diagram Konteks...100

4.2 Verifikasi Data ………...…..…102

4.3 Pengolahan Peta………..…………..…102 4.4 Monitoring Industri……….. 103

4.5 Pengisian Buku Tamu………...…104

4.6 Pencarian Peta………...……...…105

4.7 Proses Pengolahan Data Peta………...106

4.8 Proses Edit Monitoring Industri………...………... 107

4.9 Proses Hapus Monitoring Industri………..………108

4.10 Proses Pengumpulan Monitoring Industri………..………109


(19)

xix

4.12 Proses Pilih Tema Peta………..………111

4.13 Proses Edit Data Peta……….……112

4.14 Proses Hapus Data Peta Kawasan……….…113

4.15 Kamus Data………...………114

4.16 Bentuk Tidak Normal………...…116

4.17 Tabel Admin……….……123

4.18 Tabel Buku ………..…124

4.19 Tabel Pencemaran……….………….……124

4.20 Tabel Cerobong………....………126

4.21 Tabel Administrasi………..…….…126

4.22 Tabel Industri………..………127

4.23 Tabel Dpeta………..……128

4.24 Tabel User……….………..………129

4.25 Tabel Upload….………..129

4.27 Tema Kecamatan Spasial.………..… 130

4.28 Tabel Sungai………131


(20)

xx

4.30 Tabel SOK9………... .……… 132

4.31 Tabel SOK10………... .………..… 133

4.32 Tabel SOB9………... .……… 134

4.33 Tabel SOB10………... .………..… 134

4.34 Tabel NOK9………... .………..…. 135

4.35 Tabel NOK10………... .………... 136

4.36 Tabel NOB9………... .………..… 137

4.37 Tabel NOB10………... .……… 137

4.38 Tabel Cerobong Proses...156

4.39 Tabel Periode Pemantauan...157

4.40 Tabel Interval Nilai SO2 ...157

4.41 Tabel Interval Nilai NO2 ...158

4.42 Tabel Nilai konsentrasi SO2 dan NO2 DKI Jakarta Tahun 2009...159

4.43 Tabel Nilai konsentrasi SO2 dan NO2 DKI Jakarta Tahun 2010...160


(21)

xxi

DAFTAR SIMBOL

1. Simbol dan Notasi DFD (Whitten, 2004)

Gene dan Sarson Keterangan Yourdon dan DeMarco

Agen Eksternal

Process

(Proses)

Data Flow

(Aliran Data)

Data Store

(Simpanan Data)

2. Simbol dan Notasi Entity Relationship Diagram (Abdul Kadir, 2009)

No Simbol Keterangan

1. Entitas

2. Atribut


(22)

xxii

4. Link

5.

Penghubung

3. SimbolNotasi Kamus Data (Jogiyanto, 2005)

Notasi Keterangan

=

Terdiri dari

+

AND

[ ]

Salah satu elemen dari (memilih salah satu dari elemen-elemen data di dalam kurung brachet ini) |

Sama dengan simbol [ ]

M { } M

Iterasi (elemen data di dalam kurung brace beriterasi mulai minimum N kali dan maksimum M kali)

()

optional (elemen data di dalam kurung parenthesis sifatnya optional, dapat ada dan dapat tidak ada) *

Keterangan setelah tanda ini adalah komentar

DAFTAR ISTILAH

………..


(23)

xxiii

No. Istilah Keterangan

1 UTM Singkatan dari Universal Transverse

Mercator adalah sistem koordinat yang sudah diproyeksikan (Transverse Mercartor) dengan membagi bumi menjadi 60 zona yang berbeda.

2 Sistem Informasi Sekumpulan komponen – komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi terkait untuk mendukung proses pengambilan keputusan, koordinasi, dan pengendalian. 3 Sistem Informasi Geografis Sistem informasi yang dirancang untuk

bekerja dengan data yang tereferensi secara spasial atau koordinat geografi

4 Perancangan Proses dimana keperluan pengguna dirubah ke dalam bentuk paket perangkat lunak dan atau kedalam spesifikasi pada komputer yang berdasarkan pada sistem informasi 5 Industri Kegiatan ekonomi yang mengolah bahan

mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan


(24)

xxiv

nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan Industri

6 Baku Mutu Emisi batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar untuk dikeluarkan dari sumber pencemar ke udara dengan tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien.


(25)

(26)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin berkembangnya teknologi dan kehidupan masyarakat khususnya di Indonesia menyebabkan terjadinya perubahan terhadap pola kehidupan masyarakat pada suatu daerah. Jumlah populasi yang semakin bertambah, industri – industri yang semakin berkembang di berbagai daerah khususnya di perkotaan membawa suatu perubahan terhadap kondisi alam dan pola kehidupan makhluk di bumi. Keadaaan alam yang memburuk akibat perkembangan teknologi serta aktifitas manusia diperlukan suatu perhatian khusus. DKI Jakarta dengan jumlah penduduk sebesar 9.588,2 ribu jiwa yang menempati areal seluas 662,33 km2, dengan semakin berkembang pembangunan sehingga tidak menyisakan tempat sebagai Ruang Terbuka Hijau ( RTH ).

Gambar 1.1 Grafik Jumlah Industri ( Sumber : Badan Pusat Statistik DKI Jakarta )


(27)

2

Semakin tinggi aktivitas ekonomi khususnya dari sektor industri mempunyai kontribusi terhadap dampak pencemaran serta kerusakan lingkungan hidup. Salah satu perubahan alam yang terkena dampak adalah perubahan unsur – unsur iklim yang terjadi di pusat kota dengan wilayah lain di sekitarnya. Perubahan iklim tersebut diantaranya perubahan suhu udara yang terjadi pada suatu daerah. Suhu udara yang merupakan hasil dari pencemaran udara telah terjadi dan dirasakan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh manusia. Banyaknya pencemaran udara yang disebabkan oleh kegiatan manusia yaitu salah satunya adalah sektor industri membuat tingkat pencemaran udara khususnya di perkotaan meningkat. Dan industri menjadi salah satu faktor meningkatnya pencemaran udara yang berasal dari cerobong – cerobong asap industri, sisa dari bahan baku pengolahan, memberikan dampak buruk disamping hasil yang diproduksinya. Menurut laporan BPLH tahun 2006, potensi pencemaran udara berupa debu ( total partikel ) terbesar berasal dari sumber tidak bergerak yaitu industri sebesar 56.650,09 per tahun ( 70,37 % ) ; SO2 ( Sulfur Dioksida ) tertinggi berasal dari sumber tidak bergerak yaitu 403.523,25 ton per tahun ( 78,32% ); NO2 yaitu 27.079,72 ton per tahun ( 62,2 % ) ( BPLH , 2006 ). Dari data tersebut terlihat bahwa kedua sumber pencemaran tersebut memiliki kandungan besar di udara. SO2 serta NO2 yang dihasilkan dari sisa-sisa pembakaran bahan baku industri sehingga menghasilkan asap,bau dan debu ini yang dikeluarkan melalui cerobong-cerobong asap setiap industri. Oleh karena itu, dengan batas baku emisi cerobong pada masing-masing zat SO2 dan NO2 tersebut perlu diketahui jumlah kadar kandungannya.


(28)

3

Dalam pembangunan industri disuatu kawasan perlu memperhatikan keselarasan terhadap lingkungan sekitar dengan menghindari kerusakan dan pencemaran lingkungan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.24 Pasal 23 Ayat 1 dan 2 Tahun 2009 tentang kewajiban perusahaan industri di kawasan industri, yang berisi tentang upaya pengelolaan lingkungan dan pengelolaan limbah bahan berbahaya serta dampak lingkungan. DKI Jakarta yang menjadi pusat dari pemerintahan harus dapat mengelola keseluruhan hal tersebut. Berdirinya lokasi -lokasi industri yang tersebar di DKI Jakarta yang semakin banyak sebagai suatu perkembangan aktivitas kota di suatu daerah mengharuskan suatu tindakan cepat dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang ditimbulkan dari satu sektor, terutama dalam penentuan lokasi industri, jenis industri, bahan serta dampak negatif yang mungkin akan terjadi. Pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.24 Pasal 7 Bab II Tahun 2009 tentang pembangunan, peraturan, pembinaan, dan pengembangan kawasan industri, masih terdapat industri yang tersebar didaerah dekat pemukiman bukan di daerah kawasan industri sehingga menimbulkan banyak dampak bagi masyarakat sekitar. Hal tersebut tidak terlepas dari faktor fisik yang mendukung keseluruhan industri seperti komponen - komponen, bahan baku, sumber daya energi serta iklim dengan segala proses ilmiahnya.

BPLH sebagai salah satu badan yang memantau perkembangan lingkungan wilayah DKI Jakarta melakukan berbagi upaya dalam mengatasi lingkungan hidup. Dan diantaranya adalah terkait dengan pertumbuhan industri , kegiatan yang dilakukan industri, dampak pencemaran yang di akibatkan serta masalah pencemaran udara yang terjadi di DKI Jakarta. Dalam proses pemantauan perkembangan lingkungan tersebut masih terdapat beberapa kekurangan, terutama


(29)

4

dalam hal pendataan serta penyampaian informasi akan industri dan pencemaran yang terjadi di DKI Jakarta berupa hardcopy dan data analog sehingga informasi tidak tersebar secara merata kepada masyarakat. Dengan perkembangan teknologi, khususnya dunia internet menyebabkan banyaknya aplikasi yang dibuat untuk dapat berjalan pada jaringan internet, dan salah satu aplikasi tersebut adalah aplikasi yang berhubungan dengan pemetaan berbasis web. Dari data - data industri besar serta kandungan pencemaran udara yang dimiliki oleh BPLH maka penulis melakukan suatu perancangan dan membuat suatu sistem pemantauan berbasis web tentang sebaran lokasi - lokasi industri besar yang ada di DKI Jakarta serta kandungan kimia yang menjadi salah satu faktor pencemaran udara ke dalam sebuah aplikasi pemetaan spasial berbasis web yang dapat berjalan pada jaringan internet. Dengan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul “Rancang Bangun Sistem Informasi Spasial Berbasis Webgis Pada Sebaran Pencemaran Udara Primer Industri Besar ( Studi Kasus : DKI Jakarta ) “ guna memenuhi kebutuhan spasial bagi masyarakat.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi diantaranya:

1. Bagaimana merancang sistem informasi spasial sebaran lokasi industri besar di DKI Jakarta yang berada dalam pengawasan BPLH.

2. Bagaimana memonitor kondisi data-data BPLH yang berupa data administrasi ,cerobong ,industri serta pencemaran yang ada di wilayah DKI Jakarta.


(30)

5

3. Informasi apa saja yang dapat di tampilkan dari pemetaan sebaran pencemaran udara primer industri besar.

4. Dibutuhkan suatu model basis data dan sistem informasi spasial industri besar yang saling terkait satu sama lain.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membahas bagaimana merancang sistem infomasi spasial sebaran pencemaran udara primer industri besar, dengan batasan masalah sebagai berikut :

1. Wilayah yang diteliti difokuskan pada batas administratif DKI Jakarta tidak termasuk wilayah Kepulauan Seribu.

2. Data - data yang digunakan adalah data industri besar dan data pencemaran udara terhadap baku emisi cerobong gas SO2 serta NO2 yang terdapat pada Badan Pengelola Lingkungan Hidup DKI Jakarta ( BPLH ) tahun 2009 - 2010.

3. Sistem informasi spasial ini mencakup sebaran lokasi-lokasi industri besar di DKI Jakarta serta sebaran gas SO2 dan NO2 terhadap baku mutu emisi.

4. Metode pengembangan sistem menggunakan metode SDLC ( Sistem Development Life Cycle ) - Waterfall.

5. Tools yang digunakan dalam membangun sistem ini adalah ArcView versi 3.3, bahasa pemrogramman PHP 5.3.0, program aplikasi ALOV 0.57 untuk menampilkan data spasial, PHPMyadmin versi 5.3.0 sebagai


(31)

6

apache, Dreamweaver 8 sebagai text editor, Mozila Firefox sebagai

Web Browser.

6. Data spasial yang digunakan memiliki format Shapefile ( *.Shp ) 7. Aplikasi merupakan aplikasi stand-alone untuk lingkungan internal

BPLH.

8. Dan tidak mencakup tentang keamanan jaringan.

1.4 Tujuan dan Manfaat

1.4.1 Tujuan

A. Tujuan Umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menyediakan sebuah sistem informasi spasial berbasis web mengenai sebaran industri besar di DKI Jakarta beserta data - data pencemaran gas emisi SO2 dan NO2 pada masing - masing industri untuk dijadikan alat mengvisualisasi penyebaran industri dan tingkat pencemaran emisi udara pada cerobong industri.

B. Tujuan Khusus

Secara khusus,tujuan penelitian ini adalah

1. Melakukan proses analisis interpolasi terhadap data pencemaran udara gas emisi SO2 dan NO2.

2. Mengkonversi data-data nonspasial ke dalam sebuah data poin serta geoprocessing data.

3. Membangun aplikasi basis data berbasis web.

4. Proses webmapping terhadap industri besar di DKI Jakarta. Desain interface hasil webmapping ke dalam halaman web.


(32)

7 1.4.2 Manfaat

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk mengspasialkan data - data yang dimiliki oleh BPLH DKI Jakarta agar dengan mudah memantau sebaran data - data industri serta pencemaran udara khususnya terhadap gas emisi SO2 dan NO2. Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis

a. Menambah wawasan dalam bidang ilmu pengetahuan tentang cara perancangan webgis.

b. Dapat mengetahui proses pengolahan data atribut.

c. Dapat menggunakan tools hardware dan software

pengembangan web tersebut.

d. Membuat suatu website berbasis spasial untuk industri besar serta pencemaran udara primer.

e. Dapat mengetahui cara mengintegrasikan webmapping.

2. Bagi Instansi dan Pemerintah

a. Memberikan alternatif penunjang dalam monitoring jumlah industri besar yang berada dalam pengawasan BPLH.

b. Membantu pemerintah khususnya BPLH dalam memberikan informasi kepada masyarakat tentang keberadaan titik industri besar serta pencemaran udara primer berbasis web.

c. Sebagai bahan penunjang pemerintah dalam mengambil keputusan kesesuaian kawasan industri.


(33)

8

d. Mempermudah pengelolaan terhadap data-data industri yang berada dalam pengawasan BPLH serta data-data pencemaran udara primer yang dihasilkan.

3. Manfaat bagi Masyarakat Umum

a. Memberikan informasi spasial secara detail kepada masyarakat akan industri-industri besar serta pencemaran emisi udara yang berada di bawah pengawasan BPLH.

b. Memudahkan masyarakat dalam mendapatkan informasi tentang alamat industri besar serta kegiatan di dalam industri berupa pengecekan terhadap cerobong-cerobong industri.

4. Manfaat bagi Industri

a. Industri dapat memberikan laporan terhadap data-data pencemaran hasil pemeriksaan cerobong secara

online.

b. Adanya informasi data pencemaran baku emisi cerobong hasil pemeriksaan pihak BPLH.

c. Industri dapat mengetahui visualisasi terhadap gas emisi yang dihasilkan cerobong khususnya SO2 dan NO2.

d. Industri dapat memiliki database sendiri terhadap data-data hasil pencemaran.


(34)

9

e. Industri dan BPLH dapat lebih cepat dan efisien dalam pelaporan terhadap data - data industri dan pemeriksaan cerobong.

1.5 Metode Penelitian

Pada penulisan skripsi ini diperlukan data dan informasi yang lengkap guna mendukung penelitian, metodologi tersebut diantaranya :

1.5.1 Metode Pengumpulan Data

a. Metode Kepustakaan

Menelaah dan mempelajari teori-teori serta materi bacaan lainnya, yang dapat memberi informasi sesuai dengan topik kajian dalam pembuatan skripsi, sehingga kajian tersebut menjadi lengkap sesuai yang diharapkan.

b. Metode Wawancara

Dilakukan dengan cara mewawancarai seseorang yang ahli dalam bidangnya atau melakukan diskusi dengan orang-orang yang mengerti terhadap materi bahasan supaya mendapatkan bahan masukan dan data pendukung untuk penyusunan skripsi ini. Dengan melakukan wawancara secara terstruktur yaitu memberikan beberapa pertanyaan secara sistematis dan pertanyaan yang diajukan disusun sebelumnya.

c. Metode Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan informasi dengan cara pengamatan atau peninjauan langsung terhadap objek penelitian, yaitu mengumpulkan dan menelaah data - data permasalahan pada instansi


(35)

10

terkait. Dalam proses pengumpulan data yang sesuai dengan sifat penelitian ini, maka metode observasi partisipatif yang digunakan penulis, karena penulis melakukan pengamatan secara langsung yang disebut pengamatan terlibat. Penulis sebagai instrumen dan alat dalam melakukan penelitian ini, maka penulis pun mencari data sendiri dengan terjun langsung atau mengamati serta mencari beberapa informasi ke beberapa narasumber yang telah ditentukan sebagai sumber data.

1.5.2 Metode Pengembangan Sistem

Metode System Development life Cycle ( SDLC ) merupakan suatu metodologi umum yang digunakan dalam pengembangan suatu sistem untuk menganalisis, merancang, mengimplementasikan dan memelihara sistem informasi.

1. Rekayasa Sistem.

2. Analisis Sistem ( Sistem Analysis ).

3. Perancangan Sistem ( Sistem Design ).

4. Pemograman Sistem ( Coding ).

5. Pengujian ( Testing ).

6. Operasi dan Pemeliharaan Sistem ( Sistem Operation and Support ).

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam skripsi ini , pembahasan yang penulis sajikan terbagi dalam lima bab, yang secara singkat akan diuraikan sebagai berikut:


(36)

11 BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini terdiri dari tujuh sub bab yaitu : Latar Belakang, Perumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan tentang pengertian dan teori-teori yang berkaitan dan digunakan sebagai landasan atau dasar penulisan skripsi ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan metode penelitian yang digunakan penulis, baik itu metode pengumpulan data maupun metode pengembangan sistem.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menjelaskan sistem aplikasi dan implementasinya menggunakan beberapa tahap dari metode pengembangan sistem yang dipilih

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan berkenaan dengan hasil pembahasan masalah yang diperoleh dari penyusunan tugas akhir ini serta beberapa saran untuk pengembangan lebih lanjut.


(37)

12

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi

2.1.1 Pengertian Sistem

Secara umum, sistem merupakan sebagai sekumpulan objek ,ide, berikut

saling keterkaitannya ( inter-relasi ) di dalam ( usaha ) mencapai suatu tujuan (

atau sasaran bersama tertentu ) ( Prahasta, 2009 : 89 ).

Dalam arti lain, sistem sebagai kumpulan komponen yang saling

berhubungan satu sama lain yang dapat bekerja sama secara harmonis untuk

mencapai suatu tujuan.

Lebih lanjut menurut Jerry Fith Gerald ( Mulyanto, 2009:2 )

mendefinisikan sistem adalah ” jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan

”.

2.1.2 Karakteristik Sistem

Suatu sistem mempunyai beberapa karakteristik yaitu komponen atau

elemen ( component ), batas sistem ( boundary ), lingkungan luar sistem (

enviroments ), penghubung ( interface ), masukan ( input ) , pengolahan ( process ), keluaran ( output ), sasaran ( objectives ) atau tujuan ( goal ) ( Mulyanto, 2009 :


(38)

13

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling bekerja sama

membentuk satu kesatuan. Suatu sistem yang merupakan salah satu dari

komponen sistem lain yang lebih besar, maka akan disebut dengan subsistem ,

sedangkan sistem yang lebih besar disebut sebagai lingkungan sistem. Dalam

suatu lingkungan sistem terdapat suatu batasan-batasan, dan batas sistem

merupakan pembatas atau pemisah antara suatu sistem dengan sistem yang

lainnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai suatu

kesatuan yang memiliki ruang lingkup dari sistem. Lingkungan luar sistem adalah

apapun diluar batas sistem yang mempengaruhi operasi sistem.

Penghubung sistem sebagai media penghubung antara satu subsistem

dengan subsistem lain. Masukan sistem yang berupa energi yang dimasukan

kedalam sistem sebagai bahan untuk pengolahan yang menghasilkan suatu

keluaran. Dan keluaran sistem sendiri adalah hasil dari suatu pemprosesan yang

dapat berupa informasi sebagai masukan pada sistem lain atau hanya sisa

pembuangan. Pengolahan sistem menjadi bagian dalam melakukan perubahan

dari masukan menjadi keluaran yang di inginkan. Dan dalam sistem informasi

pengolahan ini dapat berupa operasi-operasi perhitungan. Dan terakhir dalam

karakteristik suatu sistem adanya sasaran sistem yang menjadikan suatu sistem

memiliki arah terhadap proses yang telah dilakukan.

2.1.3 Pengertian Data Dan Informasi

Data merupakan representasi dunia nyata yang mewakili suatu objek

seperti manusia, hewan, konsep, keadaan yang direkam dalam bentuk angka,

huruf, simbol, teks, gambar, bunyi ( Mulyanto, 2009 : 16 ). Dengan kata lain, data


(39)

14

nyata.Disimpulkan bahwa data merupakan bahan mentah yang akan di proses

untuk menjadi sesuatu yang berguna dan bernilai.

Beberapa definisi informasi dijelaskan menurut McFadden, dkk

( 1999 ) mendefinisikan informasi sebagai data yang telah diproses sedemikian

rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang untuk menggunakan data

tersebut.( Kadir, 2003 : 31 ).

Menurut Davis ( 1999 ), informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang. ( Kadir, 2009 : 31 ).

Dapat disimpulkan bahwa informasi bermuara pada suatu data, yang

dapat memberikan suatu nilai tambah atau pengetahuan bagi siapa pun

penggunanya dan digunakan sebagai pengambil keputusan.

Informasi sering dinyatakan adalah sebagai hasil dari pemrosesan data.

Proses tersebut dapat berupa peringkasan, pereratan, penyajian ke bentuk grafik,

ataupun yang lainnya, dengan tujuan untuk memudahkan interpretasi manusia.

Data Informasi

Peringkasan , Pererataan , penyajian grafik, dll.

Gambar 2.1 data dan informasi ( Sumber: Kadir, 2009 : 5 )


(40)

15 2.1.4 Nilai Dan Kualitas Informasi

Nilai suatu informasi sangat berhubungan sekali dengan keputusan. Suatu

informasi dapat sangat berguna jika dapat membantu dalam proses pengambilan

keputusan dalam suatu perusahaan atau organisasi. Keputusan yang dihasilkan baik

berupa keputusan yang sederhana maupun keputusan strategis jangka panjang informasi

tersebut. Menurut Mulyanto ( 2009 : 20 ) bahwa dalam mengukur nilai sebuah informasi

dapat ditentukan oleh dua hal pokok yaitu manfaat ( benefit ) dan biaya ( cost ). Suatu

informasi dikatakan bernilai, bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya

untuk mendapatkannya dan sebagian besar informasi tidak dapat ditaksir keuntungannya

dengan suatu nilai , tetapi dapat ditaksir dengan nilai efektifitasnya.

Informasi yang dapat mengurangi ketidakpastian dalam pengambilan keputusan

dapat dikatakan informasi tersebut memiliki nilai yang tinggi. Sebaliknya apabila

informasi tersebut kurang memberikan manfaat dalam pengambilan keputusan, maka

informasi tersebut dikatakan bernilai rendah.

Sedangkan kualitas informasi sangat ditentukan oleh tiga hal pokok, yaitu akurasi

( accuracy ) , relevansi ( relevancy ) , dan tepat waktu ( timelines ) ( Mulyanto ,

2009 : 20 ).

a. Akurasi ( accuracy )

Informasi dikatakan akurat jika tidak bias serta bebas dari kesalahan – kesalahan dan jelas mencerminkan maksudnya.

b. Tepat waktu ( timeliness )

Suatu informasi yang dihasilkan dari proses pengolahan data harus memiliki ketepatan waktu. Informasi yang terlambat tidak akan mempunyai nilai yang baik , karena informasi merupakan suatu landasan dalam pengambilan keputusan.


(41)

16 c. Relevansi ( relevancy )

Informasi dikatakan berkualitas jika relevan bagi pemakainya. Relevansi informasi pada setiap orang memiliki nilai-nilai yang berbeda.

Burch dan Grudnitski ( Kadir , 2003 ) menganalogikan kualitas informasi sebagai pilar – pilar dalam bangunan yang menentukan baik tidaknya pengambilan keputusan.

2.1.5 Pengertian Sistem Informasi

Sistem informasi adalah suatu entity ( kesatuan ) formal yang terdiri dari

berbagai sumber daya fisik maupun logika ( Prahasta, 2005 : 40 ).

Sedangkan menurut Hall ( 2001 ), sistem informasi adalah sebuah rangkaian

prosedur formal dimana data dikelompokkan, diproses menjadi informasi, dan di

distribusikan kepada pemakai ( Kadir, 2003:11 ). Suatu proses yang menghasilkan

suatu informasi yang berguna bagi masyarakat menjadikan suatu sistem memiliki nilai

guna. Menurut Pustaka [ Budihar95 ], sistem informasi adalah suatu sistem gabungan

manusia – mesin yang terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan dalam organisasi. Definisi lain

menyatakan bahwa sistem informasi adalah sekumpulan komponen – komponen yang

saling berhubungan dan bekerja sama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan,

dan mendistribusikan informasi terkait untuk mendukung proses pengambilan


(42)

17 2.2 Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis

Sistem informasi memiliki fungsi dasar yang sama dengan sistem informasi geografis

dan memiliki suatu perbedaan dalam hal data yang digunakan pada masing-masing sistem

tersebut.

2.2.1 Pengertian Geografi

Geografi1 adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan dan

perbedaan ( variasi ) keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan

bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu gêo (" bumi ") dan graphein

("menulis", atau "menjelaskan"). Dengan semakin berkembangnya konsep dan

cakupan geografi, maka geografi dapat diartikan sebagai suatu cakupan studi

mengenai permukaan bumi terutama dalam hal keanekaragaman area permukaan bumi

dan hubungannya sebagai tempat tinggal manusia.

Menurut Prahasta ( 2005:49 ), Geografis memiliki istilah lain, yaitu spasial

(keruangan) dan Geospasial. Penggunaan kata “Geografis” mengandung pengertian suatu persoalan mengenai bumi: permukaan dua atau tiga dimensi. Dari pengertian

diatas, dapat disimpulkan bahwa Geografi merupakan suatu ilmu yang mempelajari

masalah - masalah bumi secara luas dalam hubungannya dengan keruangan.

Ada beberapa hal yang dikaji oleh geografi diantaranya :

1.Terbentuknya bumi dan bumi sebagai tempat tinggal. 2.Hubungan antara manusia dengan lingkungannya.

3.Pendekatan, spasial ( keruangan ), ekologi ( kelingkungan ) dan regional ( kewilayahan ).

1


(43)

18

2.2.2 Pengertian Sistem Informasi Geografis

Sistem informasi yang menggunakan data-data spasial yang merupakan salah satu ciri dari sistem informasi geografis telah banyak mengalami perkembangan, dan salah satu pengertian sistem informasi geografis tersebut adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, mengupdate, memanipulasi, menganalisa dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografis [ Esri90 ] ( Prahasta, 2009 : 117 ). Banyaknya pemahaman tentang sistem informasi geografis yang ada tergantung dari segi mana sistem informasi geografis itu dilihat. Di pengertian lain, sistem informasi geografis adalah sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang terefernsi secara spasial atau koordinat geografi. Dengan kata lain, SIG merupakan sistem basis data dengan kemampuan khusus dalam menangani data yang tereferensi secara spasial, selain merupakan sekumpulan operasi – operasi yang dikenakan terhadap data tersebut [Star90] ( Prahasta, 2002 : 57 ) .

Sedangkan menurut pedoman IDSN 2 dijelaskan bahwa informasi spasial merupakan data dan informasi yang mempunyai komponen keruangan (bergeoreferensi), dalam arti mempunyai informasi letak baik terhadap garis bujur maupun garis lintang. Dapat disimpulkan bahwa informasi spasial

merupakan hasil pengolahan terhadap data-data yang bersifat keruangan ( permukaan bumi ) berorientasi geografis terhadap bumi yang memberikan

nilai lebih bagi penerimanya dan dapat bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan.

2


(44)

19

2.2.3 Subsistem Sistem Informasi Geografis

Dari beberapa pemahaman tentang sistem informasi geografis, maka sistem informasi geografis ini dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem diantaranya ( Prahasta, 2009 : 118 ) :

a. Data input

Merupakan subsistem yang bertugas mengumpulkan, mempersiapkan, dan menyimpan data spasial dan atributnya dari berbagai sumber. Subsistem ini juga bertanggung jawab dalam mengkonversikan atau mentransformasikan format-format data aslinya kedalam format ( native ) yang dapat digunakan oleh perangkat SIG yang bersangkutan.

b. Data ouput

Subsistem ini bertugas untuk menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basis data ( spasial ) baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy seperti halnya table , grafik ,

report , peta , dan lain sebagainya. c. Data management

Subsistem yang mengorganisasikan baik data spasial maupun tabel - tabel attribute yang terkait kedalam sebuah sistem basis data sedemikian rupa hingga mudah dipanggil kembali atau di


(45)

20 d. Data manipulation dan analysis

Subsistem yang menentukan informasi - informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu dapat melakukan manipulasi ( evaluasi dan penggunaan fungs-fungsi dan operator matematis dan logika ) dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.

Gambar 2.2 : Ilustrasi Sub – Sistem SIG

2.2.4 Data Pada SIG

Pada Sistem Infomasi Geografis ( SIG ) ada dua data yang digunakan dalam sistem ini untuk merepresentasikan atau memodelkan fenomena – fenomena yang ada di dunia nyata yaitu data spasial dan data non-spasial ( atribut ).

Data spasial adalah data yang mempresentasikan aspek-aspek keruangan dari fenomena yang berada di dunia ( Prahasta, 2002 : 1 ). Data

Data Input

Data Manipulation &

Analysis

Data Output

Data Manageme

n

SIG


(46)

21

spasial pada umumnya berdasarkan peta yang berisikan interprestasi dan proyeksi seluruh fenomena yang berada di bumi. Fenomena tersebut berupa fenomena alamiah dan buatan manusia. Pada awalnya, semua data dan informasi yang ada di peta merupakan representasi dari obyek di mukabumi. Sesuai dengan perkembangannya, peta tidak hanya merepresentasikan obyek - obyek yang ada di muka bumi, tetapi berkembang menjadi representasi obyek diatas muka bumi ( di udara ) dan dibawah permukaan bumi. Data spasial memiliki dua jenis tipe yaitu vektor dan raster .Model data vektor3

menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik – titik, garis - garis atau kurva , atau poligon beserta atribut - atributnya. Model data raster1 menampilkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks atau piksel – piksel yang membentuk

grid. Pemanfaatan kedua model data spasial ini menyesuaikan dengan peruntukan dan kebutuhannya.

Sedangkan data non spasial merupakan data yang berupa teks atau angka yang disebut dengan atribut. Data non spasial ini yang akan menjelaskan data spasial. Dan dari data non spasial ini dapat dibentuk data spasial. Data non spasial dapat tersimpan dalam bentuk tabel, yang kemudian disebut dengan data tabular. Data ini tersimpan dalam bentuk database dan dapat di- join– kan pada peta dengan pola titik tertentu maupun simbol tertentu.

2.2.5 Konsep Model Data Spasial Pada SIG

Model data spasial dalam sistem informasi geografis di representasikan

kedalam dua bentuk yaitu model data raster dan model data vektor.

3


(47)

22 a. Model Data Raster

Model data raster menampilkan, menempatkan, dan menyimpan spasial dengan menggunakan struktur matriks atau piksel – piksel yang membentuk grid. Akurasi model data ini tergantung pada resolusi atau ukuran piksel (sel grid) di permukaan bumi. Entity spasial raster disimpan dalam layer yang secara fungsionalitas direalisasikan dengan unsur – unsur peta.

Gambar 2.3 Model Data Raster

Gambar 2.4 Koordinat pada Model Raster

Matriks atau array diurutkan menurut koordinat kolom ( x ) dan

barisnya ( y ). Sistem koordinat piksel monitor komputer, titik asal

sistem koordinat raster terletak di sudut kiri atas. Nilai absis ( x ) akan

meningkat ke arah kanan, dan nilai ordinat ( y ) akan membesar ke arah

bawah ( gambar 2.4 ). Koordinat – koordinat yang ada dalam

sekumpulan data raster diperlukan untuk mengikatkan ( me – register ) sistem grid ini terhadap suatu sistem koordinat yang dikehendaki.(


(48)

23

Prahasta, 2005 : 147 ). Contoh peta digital berbentuk raster yaitu peta

digital dalam format GeoTIFF. Format GeoTIFF dapat dibentuk dari

format gambar TIFF dengan penambahan informasi referensi geografis.

Dan konversi data tersebut dapat dilakukan dengan perangkat lunak

GeoTIFF Examiner.

b. Model Data Vektor

Model data vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik – titik , garis – garis atau kurva , atau poligon beserta atribut – atributnya . Model data

vektor, didefinisikan oleh sistem koordinat kartesian dua dimensi ( x, y ). Garis – garis atau kurva ( busur atau arcs ) merupakan sekumpulan titik – titik terurut yang dihubungkan. Sedangkan luasan atau poligon disimpan dalam sekumpulan data atau objek yang saling terkait secara dinamis dengan pointer. ( Prahasta, 2005 : 158 )


(49)

24

2.2.6 Komponen SIG

Sistem informasi geografis sebagai suatu sistem yang merepresentasikan kondisi bumi atau dunia nyata kedalam komputer seperti pada sebuah peta yang mampu merepresentasikan keadaan bumi kedalam sebuah kertas. Menurut Prahasta ( 2009 : 120 ) sistem infomasi geografis sebagai sistem terdiri dari beberapa komponen dengan berbagai karakteristik :

1. Perangkat Keras

Perangkat keras; mulai dari kelas PC desktop, workstations, hingga

multi – user host yang bahkan dapat digunakan oleh banyak orang secara bersamaan dalam jaringan komputer yang luas, tersebar, berkemampuan tinggi, memiliki ruang penyimpanan ( harddisk ) yang besar, dan mempunyai kapasitas memori ( RAM ) yang besar. Adapun perangkat keras yang digunakan untuk aplikasi SIG adalah komputer ( PC ), mouse, monitor ( plus VGA – card grafik ) yang beresolusi tinggi, digitize , printer , plotter , receiver GPS, dan scanner.

2. Perangkat Lunak

Dalam SIG di implementasikan dengan menggunakan perangkat lunak yang terdiri dari beberapa modul program ( *.exe ) yang dapat dieksekusi sendiri. Perangkat lunak dalam pemprosesan SIG diantaranya Arcgis , Arcview , Arcinfo , Mapinfo , ER – Mapper , ERDAS , dll.


(50)

25 3. Data Dan Informasi Geografis

SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data atau informasi yang diperlukan baik dengan meng-import dari format – format perangkat lunak SIG maupun secara langsung dengan melakukan digitasi spasial dari peta analog dan memasukkan data atribut dari tabel – tabel.

4. Manajemen

Proyek SIG dapat berhasil jika dikelola dengan baik dan dikerjakan oleh orang - orang yang memiliki keahlian yang tepat pada semua tingkatan. Sehingga suatu proyek dapat berjalan dengan baik.

2.3 Kegunaan Sistem Informasi Geografis

Sistem informasi geografis mengalami perkembangan seiring dengan berkembangnya teknologi yang ada. Hal itu pun menjadikan sistem informasi geografis memiliki kegunaan yang lebih. Adapun kegunaan sistem informasi geografis diantaranya adalah :

a. Sebagai alat yang menangani data spasial.

b. Sebagai alat bantu baik secara tools maupun bahan tutorials utama yang interaktif, menarik , dan menantang dalam usaha – usaha untuk meningkatkan pemahaman, pengertian, pembelajaran, dan pendidikan mengenai ide – ide atau konsep – konsep lokasi, ruang ( spasial ), kependudukan, dan unsur geografis yang terdapat di atas permukaan bumi berikut data – data atribut yang terkait yang menyertai.


(51)

26

c. Kemampuan dalam mengvisualkan data spasial berikut atribut – atributnya.

d. Kemampuan dalam memanipulasi data spasial dan mengkaitkannya dengan informasi atribut dan mengintegrasikannya dengan berbagai tipe data dalam suatu analisis.

e. Keakuratan dalam pengecekan perubahan,zona yang terkena dampak, dan perbaikan peta serta data tabel yang relevan dapat dilakukan secara bersamaan.

2.4 Peta dan Pemetaan

Menurut Rockville86 peta merupakan suatu representasi konvensional (

miniatur ) dari unsur-unsur ( features ) fisik ( alamiah dan buatan manusia ) dari sebagian

atau bahkan keseluruhan permukaan bumi diatas media bidang datar dengan skala

tertentu.( Prahasta, 2009 : 231 ). Ditinjau dari peranannya, peta adalah bentuk penyajian

informasi spasial tentang permukaan bumi untuk dapat digunakan dalam pengambilan

keputusan ( PTISDA – BPPT , 2003 : 11 ). Sedangkan pemetaan4 adalah proses

pengukuran, perhitungan dan penggambaran permukaan bumi (terminologi geodesi)

dengan menggunakan cara dan atau metode tertentu sehingga didapatkan hasil berupa

softcopy maupun hardcopy peta yang berbentuk vektor maupun.

2.4.1 Skala Peta

Skala peta adalah perbandingan jarak antara dua titik sembarangan di peta dengan jarak horisontal kedua titik tersebut di permukaan bumi (dengan satuan ukuran yang sama).( Arham, 2008 : 10 )

1. Skala numeris

4


(52)

27

Digambarkan dalam bentuk 1 : 50.000 ( numeric skala ) atau 1 / 50.000 .

Artinya 1 satuan panjang di peta sama dengan 50.000 satuan panjang di lapangan misalkan 1 cm di peta sama dengan 50.000 cm ( 0.5 km ) di lapangan.

2. Skala dengan kalimat

Biasanya digunakan untuk peta – peta buatan Inggris atau negara – negara bekas jajahan.

Bentuknya adalah 1 inch to 1 mile ( 1 : 63.660 ). 3. Skala grafis

Skala yang menampilkan suatu garis dengan beberapa satuan jarak yang menyatakan suatu jarak pada tiap satuan jarak tertentu.

Gambar 2.6. Skala grafik

Macam-macam peta berdasarkan skala peta diantaranya :

1. Peta skala sangat besar > 1:10.000

2. Peta skala besar 1:10.000 < 1:100.000 3. Peta skala sedang 1:100.000 - < 1:1.000.000


(53)

28

4. Peta skala kecil >= 1:1.000.000

2.4.2 Komponen Peta

Peta memiliki fungsi menunjukkan suatu posisi, menggambarkan atau lokasi suatu tempat yang ada di permukaan bumi, baik berupa benua, negara, gunung, sungai serta bentuk – bentuk lainnya. Untuk menggambarkan dan memberikan informasi terhadap pengguna peta itu sendiri, maka dalam peta pun terdapat beberapa komponen. Adapun komponen – komponen dari peta tersebut adalah :

1. Isi Peta

Isi peta menunjukkan isi dari makna ide penyusun peta yang akan disampaikan kepada pengguna peta. Seperti contoh, jika ide yang akan disampaikan berupa perbedaan curah hujan, maka isi dari peta tersebut adalah berupa isohyet.

2. Judul Peta

Judul peta mencerminkan bagaimana isi peta. Isi peta berupa isohyet, maka judul peta menjadi „„ Peta Distribusi Curah Hujan „„.

3. Skala Peta atau Simbol Arah

Untuk melihat tingkat ketelitian dan kedetailan suatu objek yang di petakan, maka dibutuhkan suatu skala agar dapat tergambarkan secara jelas. Sebuah belokan sungai akan tergambar jelas pada peta 1 : 10.000 dibandingkan dengan pada peta 1 : 50.000. Simbol arah dicantumkan dengan tujuan sebagai orientasi peta. Arah utara yang mengarah pada bagian atas peta. Arah ini dapat memudahkan pengguna peta untuk menyamakan objek di peta dengan objek sebenarnya di lapangan.


(54)

29 4. Legenda atau Keterangan

Legenda memudahkan pembaca dalam memahami isi dari peta, seluruh bagian yang ada harus dijelaskan dalam suatu legenda dan keterangan. 5. Inzet dan Index Peta

Peta yang dibaca harus diketahui termasuk kedalam bagian bumi mana yang di petakan tersebut. Seperti jika kita akan memetakan pulau Jawa, pulau Jawa merupakan bagian dari kepulauan Indonesia yang di inzet. Sedangkan index peta merupakan sistem tata letak peta, dimana menunjukkan letak peta yang bersangkutan terhadap peta lain yang berada disekitarnya.

6. Grid

Dalam selembar peta sering terlihat ditambahkan jaringan kotak-kotak atau grid sistem. Tujuan grid adalah untuk memudahkan penunjukkan lembar peta dari sekian banyak lembar peta dan untuk memudahkan penunjukkan letak sebuah titik di atas lembar peta.

7. Nomor peta

Penomoran peta penting untuk lembar peta dengan jumlah besar dan seluruh lembar peta terangkai dalam satu bagian muka bumi.

8. Sumber Peta

Sumber ditekankan pada pemberian identitas peta, meliputi penyusun peta, percetakan, sistem proyeksi peta, penyimpangan deklinasi magnetis, tanggal atau tahun pengambilan data dan tanggal pembuatan atau


(55)

30

pencetakan peta, dan lain sebagainya yang memperkuat identitas penyusunan peta yang dapat dipertanggungjawabkan.

Gambar 2.7 Komponen peta

2.4.3 Simbolisasi Peta

Dalam pembuatan suatu peta, ada beberapa hal yang terdapat dalam suatu peta dan salah satunya adalah simbol – simbol yang menjelaskan isi dari peta. Ada beberapa klasifikasi dalam simbol peta, diantaranya adalah ( Arham: 2009 : 4 ) :

a. Berdasarkan bentuk dan kenampakan geografi yang diwakili 1. Simbol Titik

Kenampakan – kenampakan geografi yang tidak memiliki dimensi (0) seperti titik ketinggian, lokasi kota, pelabuhan, mercusuar, lokasi tambang dinyatakan dalam dengan simbol titik.


(56)

31

Kenampakan – kenampakan geografis yang berdimensi satu ( 1D ) seperti jalan, sungai, jalan KA, arah angin, dinyatakan dalam simbol.

3. Simbol Area

Kenampakan – kenampakan geografis yang berdimensi dua ( 2D ) seperti area HPH, perkebunan, wilayah administrasi, dinyatakan dengan simbol area.

2.5 Sistem Proyeksi

Suatu permukaan bumi yang digambarkan pada sebuah peta yang merupakan bidang lengkung. Sedangkan peta merupakan suatu bidang datar. Untuk menggambarkan suatu bentuk lengkung permukaan bumi ke dalam suatu bentuk bidang datar, maka diperlukan suatu proyeksi peta. Bidang proyeksi merupakan sebuah bangun lingkaran, namun disaat bangun ini dibuka, maka terdapat suatu bidang datar didalamnya. Bangun ini adalah bidang datar, bangun kerucut, dan bangun silinder. Proyeksi peta merupakan penggambaran kembali garis – garis lintang dan bujur bola bumi diatas ketiga bidang tersebut.

Beberapa sistem proyeksi yang paling umum digunakan pada sebuah peta digital diantaranya adalah :

a. Sistem Koordinat UTM

Proyeksi peta merupakan penggambaran kembali garis-garis lintang dan bujur bola bumi di atas bidang datar. Proyeksi Universal Transverse Mecator (UTM) dibuat oleh US Army sekitar tahun 1940-an. Proyeksi ini memotong bola bumi pada dua buah meridian standar.


(57)

32

Seluruh permukaan bumi dibagi menjadi 60 bagian/zone dengan tiap zonenya dibatasi oleh dua meridian selebar 6o.

Sistem UTM bagi peta – peta dasar nasional seluruh Indonesia, BAKOSURTANAL membagi indonesia dalam 9 zone mulai dari bujur 90 BT sampai 144 BT dengan batas lintang 10 LU sampai 15 LS. Dengan demikian, wilayah Indonesia dimulai dari zona 46 ( meridian sentral 930 BT ) hingga zona 54 ( meridian sentral 1410 BT ).

Menurut Prahasta ( 2001 : 132 ), sistem koordinat adalah sekumpulan aturan yang menentukan bagaimana koordinat – koordinat yang bersangkutan mempresentasikan titik – titik. Aturan ini biasanya mendefinisikan titik asal ( origin ) beserta beberapa sumbu – sumbu koordinat yang digunakan untuk mengukur jarak dan sudut untuk menghasilkan koordinat – koordinat. Sistem koordinat dapat dikelompokkan menurut :

a. Lokasi titik awal ditempatkan.

b. Jenis permukaan yang digunakan sebagai referensi. c. Arah sumbu – sumbunya.

2.6 Aplikasi SIG Dalam Web

Web mapping memanfaatkan fungsi interaktivitas yang ada pada aplikasi SIG ke dalam bentuk web. Web mapping dapat dibuat sebagai perangkat pengawasan ( monitoring ) sebuah pelaksanaan pekerjaan atau proyek, khususnya sesuatu yang berhubungan dengan masalah ruang. Jika dihubungkan dengan sebuah database yang selalu up – to – date atau real – time , web mapping dapat menjadi suatu


(58)

33

informasi yang bagus bagi masyarakat. Dengan demikian, setiap pengguna yang memanfaatkan aplikasi browser internet dapat mengirimkan beberapa request

terhadap server-nya untuk memperoleh informasi yang pada umumnya tersedia dalam bentuk file atau teks dengan format HTML. Aplikasi web-based membantu pengguna dalam proses mengwebkan peta-peta dijital hingga dapat di akses oleh masyarakat umum.

Di Indonesia, terdapat beberapa situs yang menjalankan web mapping, menurut Direktori GIS Indonesia diantaranya adalah :

1. Bakosurtanal

2. CBN CyberMap

3. Lembaga Informasi Nasional 4. IndoMap.com

5. Nusamap 6. Street Directory

Bentuk umum gambaran arsitektur aplikasi berbasis peta di web menurut Nuryadin ( 2005 : 8-9 ) adalah seperti gambar di bawah ini.

Sisi Klien

Permintaan

Tampilan Peta

Sisi Server

RDBMS

Server Web

Server Aplikasi

Map Server


(59)

34

Interaksi antara klien dengan server berdasarkan skenario request

dan respon. Web browser di sisi klien mengirim request ke server web. Karena server web tidak memiliki kemampuan memproses peta, maka request berkaitan dengan pemprosesan peta yang diteruskan oleh server web ke server aplikasi dan mapserver. Hasil pemprosesan akan dikembalikan lagi melalui server web,dan berada dalam bentuk file HTML atau applet.

Mapserver menggunakan pendekatan thin client. Semua pemprosesan dilakukan di sisi server. Informasi peta dikirim ke web browser di sisi klien dalam bentuk file gambar ( JPG, PNG , GIF atau TIFF ). Dan kelemahan pada pendekatan ini sudah terbantu dengan adanya framework aplikasi seperti Chameleon,

Pmapper dan Mapbender.

Selanjutnya menurut Prahasta ( 2007:15) perbedaan fenomena antara aplikasi SIG yang berjalan di sistem komputer PC ( desktop ) dengan yang berjalan pada jaringan internet ataupun intranet.

1. Tujuan pengembangan aplikasi SIG berbasis desktop

memang berbeda dengan aplikasi SIG webbased.

2. Pengembangan aplikasi SIG webbased yang didasarkan pada konsep arsitektur web client-server

menjadikannya tidak mudah untuk dibandingkan secara sederhana dengan desktop based.


(60)

35

3. Kecepatan akses ke jaringan internet, kondisi existing volume lalu lintas dijaringan internet terkait, dan unjuk kerja server yang bersangkutan selalu menjadi faktor kendara bagi aplikasi SIG webbased.

Sementara desktop based tidak mengalaminya.

4. Pengguna bebas menjalankan query dan analisis spasialnya di aplikasi SIG desktop-based. Ia bebas menjalankan fungsi terkait selama perangkat lunak yang bersangkutan menyediakannya. Tetapi di aplikasi SIG webbased, fungsionalitas yang sama akan sangat bergantung pada komponen map server

dan application server.

5. Pada SIG desktop, pengguna berinteraksi secara langsung dengan user-interface dan engine-nya. Sementara pada SIG webbased, pengguna tidak dapat berhubungan langsung dengan GIS-engine-nya.

2.7 Model Pengembangan Sistem Development Life Cycle.

Dalam suatu pengembangan ( sistem ) perangkat lunak, sebelum solusi – solusi dibuat, maka diperlukan suatu analisis terhadap masalah – masalah. Ada beberapa model proses salah satu diantaranya adalah waterfall. Model proses ini merupakan model yang telah lama digunakan secara luas untuk mengembangkan suatu aplikasi. Dan model ini dinamakan SDLC ( Sistem Development Life Cycle ) yang merupakan metodologi klasik.


(61)

36

Tujuan model ini adalah untuk memperkenalkan bagaimana proses desain sistem sebagai kerangka untuk pengembangan sistem dalam upaya membantu secara teratur dan efisien melalui suatu rangkaian tahapan dengan analisa kelayakan sistem termasuk atas release sistem dan pemeliharaannya.

Dinamakan waterfall karena model tersebut menggambarkan arah kemajuan sistem dari puncak ke bawah, seperti air yang terjun dari suatu ketinggian dengan berbagai panoramanya. Berfase tunggal pada waktu yang sama ke arah bawah dalam suatu efek cascading. Sekarang ini, model waterfall

dipertimbangkan sebagai suatu model klasik dan model jenis sistem konservatif tetapi bagaimana pun juga masih sangat dibutuhkan dan harus tetap ada untuk suatu pemahaman pokok pengembangan sistem dalam upaya merancang manajemen sistem perangkat lunak.

Model ini bersifat terstruktur dimana memerlukan pendekatan yang sistematis dan sekuensial didalam pengembangan sistem. Tahapan pengembangan

yang dimulai dari tingkat sistem, analisis, perancangan, implementasi ( pemograman atau coding ), pengujian ( testing ), pengoperasian, dan


(62)

37

Gambar 2.9. Model Waterfall ( Sumber : Prahasta ( 2009 :565 ))

Menurut Prahasta ( 2009 : 566 ) terbagi dalam tahapan berikut ini :

1. Tahap Sistem Enginering atau Rekayasa Sistem

Tahap ini sangat menekankan pada masalah pengumpulan kebutuhan pengguna pada tingkatan sistem ( sistem requirements

) dengan mendefinisikan konsep sistem beserta interfaces yang dapat menghubungkannya dengan lingkungan sekitar. Hasil akhir dari tahap ini adalah spesifikasi sistem.

2. Tahap Analisis ( analysis )

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan kebutuhan elemen-elemen ditingkat perangkat lunak. Pada tahap ini dapat menentukan informasi, fungsi, proses atau prosedur yang diperlukan beserta unjuk-kerjanya dan interface.

Rekayasa Sistem

Analisis

Perancangan (Design)

Pemrograman

Pengujian (Testing)

Operasi & Pemeliharaan


(63)

38 3. Tahap Perancangan ( design )

Pada tahap perancangan, kebutuhan atau spesifikasi perangkat lunak, yang dihasilkan dari tahap analisis akan ditransformasikan kedalam bentuk arsitektur perangkat lunak yang memiliki karakteristik yang mudah dimengerti dan tidak sulit untuk diimplementasikan. Dan pada tahap ini dilakukan dalam dua tahap ; preliminary design dan detailed design. Tahap pertama akan menghasilkan rancangan yang bersifat global, sedangkan yang kedua akan menghasilkan suatu tahapan yang lebih spesifikasi hingga semua modul ( kelas ), model atau tipe data , fungsi dan prosedurnya terdefinisi.

4. Tahap Pemograman ( code )

Tahap ini sering disebut juga sebagai tahap implementasi perangkat lunak atau coding. Pada tahap ini dilakukan implementasi hasil rancangan ke dalam baris-baris kode program yang dapat dimengerti oleh mesin ( computer ).

5. Tahap Pengujian ( testing )

Pada tahap pengujian, terlebih dahulu adalah pengujian terhadap fungsi atau prosedur yang terdapat dalam modul ( kelas ). Jika setiap fungsi dan prosedur tersebut selesai diuji dan tidak mengalami masalah, maka modul-modul yang bersangkutan dapat diintegrasikan hingga membentuk suatu perangkat lunak yang utuh.


(64)

39

6. Tahap Pengoperasian dan Pemeliharaan ( maintenance )

Tahap ini ditandai oleh penyerahan perangkat lunak kepada pemesannya yang kemudian dioperasikan. Operasional awal, ketika digunakan di lokasi kerja , suatu perangkat lunak mengalami suatu kegagalan dalam menjalani beberapa fungsi ( error atau bugs ). Jika hal tersebut terjadi, maka pada tahap inilah pengembang memberikan perbaikan hingga aplikasi yang bersangkutan dapat berjalan kembali.

2.8 Tools Analysis and Design Sistem Informasi

2.8.1 Bagan Alir

Diagram alir merupakan diagram yang menggambarkan bagaimana menjalankan program mulai dari awal hingga akhir. Setiap diagram alir harus mempunyai titik awal dan titik akhir ( start and stop ). Diagram alir dibentuk dengan memanfaatkan simbol-simbol tertentu. Pembentukan diagram alir umumnya sebagai bahan mentah sebelum kode program sesungguhnya dibuat. Dengan simbol – simbol tersebut dapat mewakili fungsi – fungsi langkah program dan garis alir menunjukkan urutan dari simbol – simbol yang akan dikerjakan.

2.8.2 Data Flow Diagram

Metode terstruktur mencakup model proses perancangan, notasi untuk merepresentasikan desain, format , laporan , aturan dan panduan perancangan. Untuk menguraikan model modul - modul itu dikenal dengan istilah perangkat pemodelan. Adapun jenis - jenis


(65)

40

perangkat pemodelan yang sering digunakan dalam suatu perancangan sistem informasi salah satunya adalah Data Flow Diagram ( DFD ).

Data Flow Diagram ( DFD ) adalah perangkat pemodelan yang

digunakan untuk menunjukkan aliran data dari dalam system

( Mulyanto, 2009 : 260 ).

Lebih lanjut Menurut Whitten, Bentey dan Dittman ( 2006:326 ) DFD

adalah alat yang menggambarkan aliran data melalui sistem dan kerja atau

pengolahan yang dilakukan oleh sistem tersebut. DFD terdiri dari beberapa

bagian diantaranya :

a. Diagram Konteks

Diagram konteks menggambarkan suatu proses sistem informasi secara global, antara aliran data masukan ( input ) ke proses kegiatan ( sistem ), dari proses ke proses , dan dari proses keluaran yang menjadi satu keluaran yang terpadu. Diagram konteks merupakan tingkatan tertinggi dalam aliran data dan hanya memuat satu proses, menunjukkan sistem secara keseluruhan.( Kendall, 2010:267 )

b. Diagram Rinci

Diagram rinci yang menggambarkan secara detail proses dari diagram konteks ataupun diagram turunannya secara rinci sampai tidak terjadi proses detail atau sudah primitive. Diagram rinci ini merupakan alat yang dapat menggambarkan arus data dalam suatu sistem yang terstruktur dan memberikan penggambaran secara detail dan jelas sebagai dokumentasi dari sebuah sistem yang baik.


(1)

sesuai dengan fungsinya, atau masih diperlukan suatu penyempurnaan. Pengujian yang dilakukan penulis menggunakan dua metode yaitu metode black box dan white box. Hasil pengujian sistem dilakukan agar dapat mengetahui apakah proses yang dilakukan dapat sesuai dengan hasil yang diharapkan.

Tabel 1. Tabel Pengujian Metode White Box

Hardware Pengujian Hasil Pentium (R)

Dual-Core 2.50 GHz 2.00 GB of RAM, 256 MB VGA dan Sound card, monitor 15 inchi dan resolusi layar 1024 x 768 px

Sistem Operasi Windows XP Profesional SP3,Mozilla Firefox 4.0

Baik

Sistem Operasi Windows XP Profesional SP3, Internet Explorer 8.0

Baik

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Interface

Aplikasi sipersib ini dapat dijalankan dengan mengetikan alamat sistem pada

browser yang berupa

http://localhost/sipersib-web-app/ maka akan tampil halaman utama sebagai halaman pembuka. Karena ini baru terinstall di komputer atau PC stand-alone maka servernya localhost.

Tampilan dasar website ini terbagi menjadi tiga bagian, isi web pada bagian tengah dengan menu utama diatasnya, header web dan footer yang terletak di bagian atas dan bawah tidak akan berubah pada setiap layar atau halaman web.

Pada web sipersib ini terdapat 5 (lima) menu dan masing-masing submenu yang terletak dibawah header web, antara lain:

Menu Utama atau menu Halaman Utama, Pada menu ini pengguna dapat memilih fungsi apa yang akan dilakukan pada aplikasi ini :

Gambar 2. Menu Utama (Halaman Utama)

Menu GIS Industri, berfungsi untuk menampilkan data spasial dalam bentuk *.bmp yang dapat di download serta terdapat fungsi ”lihat peta online” dimana pengguna dapat melihat secara langsung keadaan peta –peta spasial sebaran industri dan pencemaran SO2 serta NO2.

Gambar 3. Menu GIS Industri – download peta

Gambar 4. Menu GIS Industri – Sebaran Industri


(2)

Gambar 5. Menu GIS Industri – Pencemaran Udara

Gambar 6. Menu GIS Industri – Pencemaran Udara Terhadap Emisi

Menu Industri Jakarta, ini berfungsi untuk mengetahui data-data industri, pencemaran, cerobong, dan administrasi. Pengguna dapat melakukan pencarian terhadap data-data yang dikehendaki.

Gambar 7. Menu Industri Jakarta Menu Pengetahuan, berfungsi untuk menampilkan informasi terhadap pengetahuan tentang industri serta pencemaran udara.

Gambar 8. Menu Peta

Menu Website Terkait, berfungsi untuk menampilkan informasi website yang terkait dengan Badan Pengelola Lingkungan Hidup DKI Jakarta.

Gambar 9. Menu Website Terkait

Menu Buku Tamu, berfungsi pengguna dapat menyampaikan saran serta kritik terhadap aplikasi sipersib ini dan hal-hal lain yang terkait.


(3)

Login, berfungsi untuk proses masuk ke dalam menu utama untuk Administrator dan user industri.

Gambar 11. Menu Login

3.2 Testing

Hasil Pengujian (testing) dari sistem ini hampir seluruhnya dapat berjalan dengan baik. Berikut tabel hasil pengujian sistem.

Tabel 2. Hasil Pengujian Sistem No. Rancangan Input /

Output

Hasil yang diharapkan 1. Membuka

Program

Masuk ke dalam Menu Utama 2. Klik Menu Home

→ index Menampilkan Menu Utama 3 Klik Menu Gis

Industri

Menampilkan peta dengan fungsi-fungsinya. Klik Menu Gis

Industri → download

Mendownload file peta (*jpeg) 3. Klik Menu Home

→ Industri Jakarta Menampilkan data-data yang ada pada Industri Jakarta. 4. Klik Menu

Industri Jakarta - Administrasi → Cari Menampilkan hasil pencarian data administrasi berdasarkan kata kunci yang dimasukkan. 5. Klik Menu

Industri Jakarta – Industri → Cari

Menampilkan hasil pencarian data industri berdasarkan kata kunci yang dimasukkan. 6 Klik Menu

Industri Jakarta – cerobong → Cari

Menampilkan hasil pencarian data cerobong berdasarkan kata kunci yang dimasukkan. Klik Menu

Industri Jakarta – pencemaran →

Menampilkan hasil pencarian data pencemaran

Cari berdasarkan kata

kunci yang dimasukkan. 7. Klik Menu

Pengetahuan

Menampilkan informasi pengetahuan. 8. Klik Menu

Website Terkait

Menampilkan informasi website yang terkait dengan industri dan BPLH. 9. Klik Menu Buku

Tamu → simpan Menambahkan dan menampilkan buku tamu.

10. Membuka Program Administrator

Masuk ke dalam menu utama administrator dan login admin. 11. Klik Menu Buku

Tamu

Menampilkan daftar buku tamu dan menu hapus.

12. Klik Menu Buku

Tamu → Hapus Menghapus buku tamu. 15. Klik Menu

Industri Jakarta → Administrasi → Input

Menambah data administrasi yang baru.

16. Klik Menu

Industri Jakarta → administrasi → Edit

Mengubah data administrasi yang dipilih.

17. Klik Menu Menu Industri Jakarta → administrasi → Hapus

Menghapus data industri yang dipilih.

15. Klik Menu

Industri Jakarta → cerobong → Input

Menambah data cerobong yang baru. 16. Klik Menu

Industri Jakarta → cerobong → Edit

Mengubah data cerobong yang dipilih. 17. Klik Menu Menu

Industri Jakarta → cerobong → Hapus

Menghapus data cerobong yang dipilih. 15. Klik Menu

Industri Jakarta → industri→ Input

Menambah data industri yang baru. 16. Klik Menu

Industri Jakarta → industri → Edit

Mengubah data industri yang dipilih. 17. Klik Menu Menu

Industri Jakarta → industri → Hapus

Menghapus data industri yang dipilih. 15. Klik Menu

Industri Jakarta → pencemaran→ Input

Menambah data pencemaran yang baru.


(4)

16. Klik Menu Industri Jakarta → pencemaran → Edit

Mengubah data pencemaran yang dipilih.

17. Klik Menu Menu Industri Jakarta → pencemaran → Hapus

Menghapus data pencemaran yang dipilih.

15. Klik Menu Industri Jakarta → laporan → lihat

Melihat data pencemaran pada laporan

16. Klik Menu Industri Jakarta → laporan → cetak

Mencetak data laporan dalam bentuk excel.

17. Membuka Program User Industri

Masuk ke dalam menu utama 18. Klik Register User Melakukan

pendaftaran anggota industri khusus. 19. Klik Login User

Industri

Masuk kedalam login user khusus industri. 20. Klik Profil Melihat dan

mengubah profile user dari industri. 21. Klik Upload Data Melihat dan

menambah data yang akan di upload.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan data yang telah di olah menunjukkan bahwa sebaran lokasi industri yang berada dalam pengawasan BPLH banyak terdapat di daerah Jakarta Timur dan Jakarta Utara. Hal ini sesuai dengan rencana pembangunan kawasan industri yang menyebutkan bahwa wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Timur sebagai salah satu kawasan Industri. 2. Dengan adanya SIPERSIB ini maka

penyampaian informasi akan data-data industri dan pencemaran disajikan dalam bentuk tampilan peta interaktif dan tabel disertai dengan modul tambah data ( upload ), cari ( searching ) serta tampil ( view ) yang lebih baik dan mudah dimengerti sehingga informasi akan industri - industri yang berada di bawah pengawasan BPLH dapat di informasikan dengan baik, sesuai dengan pengujian black box yang dapat dilihat pada tabel 2 pengujian metode Black

Box. Dan dengan sistem informasi spasial ini, BPLH dengan mudah dan efektif dalam mengatur data-data industri dan pencemaran baku emisi dari setiap laporan industri, dapat dilihat pada tabel 1 berdasarkan hasil pengujian metode white box.

3. Sistem informasi spasial ini berdasarkan data - data industri dan pencemaran baku emisi SO2 dan NO2 tahun 2009 - 2010, dan dalam pembuatan website penulis menggunakan tools berupa adobe dreamweaver 8 sebagai text editor, Arcview 3.3 sebagai pengolahan peta, ALOV map V0.57 sebagai Webgis, PHP sebagai interface berbasis web dan MySQL sebagai database sistem.

4. Sistem informasi spasial ini memberikan informasi tentang industri berdasarkan tiga layer peta, yaitu sebaran industri, pencemaran udara serta pencemaran udara terhadap emisi.

5. Aplikasi ini dibuat dengan berbasiskan web stand-alone sehingga memudahkan pihak BPLH dalam mengakses dan mendapatkan informasi data - data industri dan pencemaran yang di miliki oleh BPLH serta memudahkan pihak BPLH dalam mengelola data-data industri dan pencemaran.

REFERENSI

[1] Aziz. Muhammad & Pujiono. Slamet, Sistem Informasi Geografis Berbasis Desktop dan Web, Penerbit Gaya Media Yogyakarta, 2006

[2] Arham, Zainul. Modul Kuliah Sistem Informasi Geografis, Jakarta,2008. [3] B. Barus & U.S. Wiradisastra, Sistem

Informasi Geografi, Jurusan Tanah, 1996.

[4] Fathansyah. Ir, Basis Data, Informatika Bandung, 2007

[5] Kadir, Abdul. Dasar Perancangan dan Implementasi Database Relational, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2009. [6] Kendall, Kendall, Analisis dan

Perancangan Edisi Ke Lima, Penerbit Andi Yogyakarta, 2010.

[7] Keputusan Gubernur. DKI Jakarta No.670 Tahun 2000 tentang Standar Baku Mutu Emisi.

[8] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.13 Pasal 1 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.


(5)

[9] Prahasta, Eddy. 2009. SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS : Konsep-Konsep Dasar (Perspektif Geodesi dan Geomatika), Bandung: Informatika Bandung.

[10] Prahasta, Eddy. 2005. Sistem Informasi Geografis : Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografi. Informatika:Bandung


(6)