Analisis Ketepatan Pilihan Kata

40 4. Cukup, 5. Hingga, 6. Mencapai tujuan. 52 Menurut penulis kata ء ا lebih baik diterjemahkan „selesai‟. Seperti pada kalimat: “Sudah selesai masa iddah perempuan dari suami yang mentalaknya”.

3. Penggunaan Kata Abstrak dan Konkret

53 جا ا ا ءا ا ا ش “Arti nusyuz ialah sikap tinggi diri orang perempuanistri tidak bersedia mendatangi mengerjakan kebenaran yang wajib baginya. 54 diri sendiri”.

B. Analisis Ketepatan Pilihan Kata

ا ا ء ا ا أا ف ف “ Nikah itu hukumnya sunah bagi orang yang sudah hajatbutuh kepadanya sebab keinginan nafsunya kuat untuk jimak dan sudah tersedia biayanya, seperti untuk membayar maharmaskawin, dan memberi nafkah apabila sunyi dari perongkosan, maka tidak disunahkan”. 55 Kata ف di atas diterjemahkan „sunyi‟. Dalam kamus al-Ashri berarti „hilang‟. 56 Dalam kamus al- Munawir berarti „kehilangan‟. 57 Kata „sunyi‟ biasanya digunakan untuk mengungkapkan suasana bukan keadaan seseorang. 52 Atabik, h. 777 53 Ibid, h. 49 54 Ibid 55 Ibid, h. 22 56 Atabik, h. 1401 57 Ahmad Warson Munawwir, h. 1066 41 Menurut penulis, kata tersebut lebih tepat diterjemahkan „tidak memiliki‟. Sehingga terjemahannya menjadi sebagai berikut: “ Nikah itu hukumnya sunah untuk orang yang sudah membutuhkan karena hawa nafsunya kuat untuk untuk hubungan seksual dan sudah memiliki biaya seperti untuk membayar mas kawin dan memberi nafkah. Apabila tidak memiliki perongkosan, maka tidak disunahkan”. ا ء ا ا ا أا ف ف “ Nikah itu hukumnya sunah bagi orang yang sudah hajatbutuh kepadanya sebab keinginan nafsunya kuat untuk jimak dan sudah tersedia biayanya, seperti untuk membayar maharmaskawin, dan memberi nafkah apabila sunyi dari perongkosan, maka tidak disunahkan”. Kata اا di atas diterjemahkan „perongkosan‟, dalam kamus al-Ashri berarti „persiapan‟, 58 sedangkan dalam kamus al-Munawwir berarti „persediaan‟,persiapan‟. 59 Menurut penulis kata tersebut lebih tepat diterjemahkan „persiapan‟. Sehingga terjemahannya menjadi: “Nikah itu hukumnya sunah untuk orang yang membutuhkan karena hawa nafsunya kuat untuk berhubungan seksual dan sudah memiliki biaya seperti untuk membayar maskawin dan memberikan nafkah. Apabila tidak memiliki persiapan, maka tidak disunahkan”. 58 Atabik, h. 269 59 Ahmad Warson munawwir, h. 45 42 خأ ط ش ف ص ا Artinya: “Tetapi mushonif meninggalkan 2 syarat lainya”. Terjemahan di atas kurang tepat, yaitu pemilihan kata „mushanif‟, menurut penulis lebih baik diterjemahkan „penulis‟. Karena pembaca yang awam akan lebih mengerti dengan maksud penerjemah. Di bandingkan dengan kata mushanif yang hanya dimengerti oleh beberapa pembaca yang memang mengetahui maksudnya dan faham dengan bahasa arab. Maka terjemahannya menjadi sebagai berikut: “Tetapi penulis meninggalkan 2 syarat lainnya”. غ أ ط أ ف سا أ ا إا Artinya: “Dan menahan diri dari wangi-wangian dalam arti memakainya di badan, pakaian, makanan, atau bercelak yang tidak diharamkan. 60 Kata diterjemahkan bercelak, mwskipun tidak ada masalah dalam penerjemahan di atas, namun menurut penulis lebih baik diterjemahkan memghiasi mata. Maka terjemahannya menjadi sebagai berikut: “Dan menahan diri dari wangi-wangian dalam arti memakainya di badan, pakaian, makanan, atau menghias mata yang tidak diharamkan. 60 Imron Abu Amar, Terjemahan Fat-hul Qarib, Kudus: Menara Kudus,1983, h.87 43 ش ش ا ء ا ا غ ا ش ا اأ 61 “…Kata nikah diucapkan menurut makna bahasanya yaitu kumpul, wati‟ atau jimak, dan akad. Dan diucapkan menurut pengertian syarak, yaitu suatu akad yang mengandung beberapa rukun dan syarat. 62 Menurut Penulis, penerjemahan di atas kurang tepat. Yaitu menerjemahkan kata ش diterjemahkan „menurut syara‟, menurut penulis lebih baik diterjemahkan menurut istilah. Sehingga terjemahannya menjadi sebagai berikut: “…Kata nikah diucapkan menurut makna bahasanya yaitu kumpul, wati‟ atau jimak, dan akad. Dan diucapkan menurut istilah, yaitu suatu akad yang mengandung beberapa rukun dan syarat. ش ا ف ا إ خ “ Untuk melestarikan talak disyaratkan hendaknya sudah mukallaf dan kehendak diri sendiri”. 63 Menurut penulis terjemahan di atas kurang tepat karena penggunaan kata „hendaknya‟, menurut penulis sebaiknya kata tersebut tidak perlu digunakan. Kemudian kata „kehendak‟ sebaiknya diganti dengan kata „keinginan‟ Sehingga terjemahannya menjadi: “Untuk melaksanakan talak disyaratkan sudah mukallaf dan keinginan sendiri”. 61 Ibid, h 22 62 Ibid, h. 22 63 Imron Abu Amar, Terjemahan Fat-hul Qarib, Kudus: Menara Kudus,1983, h. 58 44

C. Analisis Kesesuaian Pilihan Kata