31
ketepatan dan kesesuaian adalah: dalam persoalan ketepatan kata, kita bertanya apakah pilihan kata yang dipakai sudah setepat-tepatnya,
sehingga tidak akan menimbulkan interpretasi yang berlainan antara pembicara dan pendengar, atau antara penulis dan pembaca.
Sedangkan dalam persoalan kecocokan atatu kesesuaian kata, kita mempersoalkan apakah pilihan kata dan gaya bahasa yang
dipergunakan tidak merusak suasana atau menyimpang perasaan orang yang hadir.
34
b. Persyaratan Kesesuaian Pilihan Kata
Sesuai dengan berkembangnya zaman, maka bahasapun ikut pula berkembang. Perubahan bahasa menjadi suatu masalah yang akan
terjadi di semua bahasa yang ada di dunia. Di antaranya disebabkan karena penyerapan teknologi baruyangbelum dimiliki, tingkat kontak
dengan bangsa-bansa lan di dunia, kekayaan budaya asli yang dimiliki penutur bahasanya dan lain-lain.
Beberapa hal yang perlu diketahui setiap penulis atau pembicara dalam menyesuaikan pilihan kata, di
antaranya adalah: 1
Menghindarkan bahasa atau unsur substandard dalam suatu situasi yang formal.
2 Menggunakan kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja.
Dalam situasi yang umum, sebaiknyapenulis mempergunakan kata- kata popular.
34
Ibid, h. 103
32
3 Menghindarkan penggunaan jargon dalam tulisan untuk pembaca
umum. Istilah jargon memiliki beberapa pengertian, di antaranya
kata-kata teknis yang digunakan secara terbatas dalam bidang ilmu, profesi, atatu kelompok tertentu. Kata-kata ini seringkali
merupakan kata sandikode rahasia untuk kalangan tertentu dokter, militer, perkumpulan rahasia. Contohnya: sikon situasi
dan kondisi, prokon pro dan kontra, dan lain-lain.
35
4 Menghindarkan pemakaian kata-kata slang. Pada waktu-waktu
tertentu, banyak terdengar slang, yaitu kata-kata tidak baku yang dibentuk secara khas sebagai cetusan keinginan terhadap sesuatu
yang baru. Kata-kata ini bersifat sementara, bila sudah usang, hilang, atau menjadi kata-kata biasa seperti: asoy, mana tahan,
bahenol, dan sebagainya. Mungkin hanya dikenal di daerah-daerah tertentu saja.
36
5 Tidak mempergunakan kata percakapan.
6 Menghindarkan ungkapan-ungkapan yang sudah usang idiom
yang mati 7
Menjauhkan kata-kata atau bahasa yang artificial.
35
Ida Bagus Putrayasa, Kalmat Efektif Diksi, Struktur, dan Logika, Bandung: Refika Aditama, 2007, cet. Ke-1, h. 16
36
ibid
33
BAB III SEPUTAR
FATH AL-QARIB, DAN BIOGRAFI SINGKAT PENULIS DAN PENERJEMAH
A. Seputar Fath al-Qarib
Kitab Fath al-Qarib ditulis sebagai penjelasan dari isi sebuah kitab yang bernama Taqrib dengan tujuan agar dapat berguna bagi orang yang
mempelajari cabang dari syariat Islam dan ingin mendapatkan wasilah. Sebenarnya sebutan nama kitab ini ada dua macam, yaitu: Taqrib dan
Ghayatul Ikhtisar. Fath al-Qarib adalah syarakh dari kitab Taqrib, sedangkan al-Qaulul Mukhtar adalah syarakh dari kitab Ghayatul Ikhtisar. Kitab ini
merupakan kitab fiqh yang ringkas, dan padat isinya, hukum-hukum Islam lengkap diterangkan di dalamnya yang cukup untuk bekal hidup bagi seorang
muslim, baik mengenai ibadah, muamalat, munakahat, dan lain-lain. Dibandingkan dengan kitab yang lain, seperti kitab Fathul Muin,
Sulamut Taufik, dan lainnya, kitab ini lebih ringkas dalam pembahasan serta tidak bertele-tele dalam mengelompokan suatu kasus. Memang suatu karangan
tidak terlepas dari kekurangan dan kelebihan. Kekurangan kitab ini adalah penjelsannya kurang konkret. Sedangkan kelebihannya adalah isisnya nudah
dimengerti.