33
BAB III SEPUTAR
FATH AL-QARIB, DAN BIOGRAFI SINGKAT PENULIS DAN PENERJEMAH
A. Seputar Fath al-Qarib
Kitab Fath al-Qarib ditulis sebagai penjelasan dari isi sebuah kitab yang bernama Taqrib dengan tujuan agar dapat berguna bagi orang yang
mempelajari cabang dari syariat Islam dan ingin mendapatkan wasilah. Sebenarnya sebutan nama kitab ini ada dua macam, yaitu: Taqrib dan
Ghayatul Ikhtisar. Fath al-Qarib adalah syarakh dari kitab Taqrib, sedangkan al-Qaulul Mukhtar adalah syarakh dari kitab Ghayatul Ikhtisar. Kitab ini
merupakan kitab fiqh yang ringkas, dan padat isinya, hukum-hukum Islam lengkap diterangkan di dalamnya yang cukup untuk bekal hidup bagi seorang
muslim, baik mengenai ibadah, muamalat, munakahat, dan lain-lain. Dibandingkan dengan kitab yang lain, seperti kitab Fathul Muin,
Sulamut Taufik, dan lainnya, kitab ini lebih ringkas dalam pembahasan serta tidak bertele-tele dalam mengelompokan suatu kasus. Memang suatu karangan
tidak terlepas dari kekurangan dan kelebihan. Kekurangan kitab ini adalah penjelsannya kurang konkret. Sedangkan kelebihannya adalah isisnya nudah
dimengerti.
34
B. Biografi Penulis kitab Taqrib
Pengarang kitab Taqrib bernama Abu Syuza. Nama lengkapnya adalah
Abu Syuja‟ Ahmad bin Husain bin Ahmad al-Ashfihani. beliau lahir pada tahun 433 H jauh sebelum eranya Imam Nawawi maupun Rofi‟i bahkan
sebelum imam Ghozali. Beliau mendapat karunia umur panjang hingga 160 tahun, namun demikian tak satu anggota badanpnun yang mengalami
gangguan. Ketika beliau ditanyai karunia yang demikian beliau menjawab: “Aku selalu berusaha menjaga anggota badanku sejak kecil tidak pernah aku
gunakan dalam kemaksiatan. Karenanya Allah menjaganya pada saat aku memasuki usia senja.”
Pada tahun 447 menjabat sebagai qodhi di kota Ashfihan. Dengan jabatanya beliau menebarkan keadilan dan kebenaran ke seluruh pelosok
negeri hingga dikenal luas. Kesibukan dan tugasnya sebagai Qodhi tidak melupakan semangat taqorrub dan ibadahnya pada Allah SWT. Setiap hari
sebelum keluar dari rumah beliau melakukan sholat dan membaca Alqur‟an. Begitupun dalam melaksanakan tugas dengan teguh berpegang pada
kebenaran tanpa khawatir akan celaan dan cercaan orang, tiada mengenal kompromi ketika harus menegakkan kebenaran sekalipun itu harus dibayar
dengan mahal dan taruhan jabatan. Keteguhan hati beliau dalam membela kebenaran didukung oleh
kelapangan sisi ekonomi. Tentang kekayaan beliau ini ada riwayat yang menyebutkan bahwa beliau memiliki sepuluh orang karyawan yang husus
mendapat tugas untuk membagikan zakat dan shodaqohnya pada para
35
mustahiqqin, dimana masing-masing membagikan seribu dua puluh lima dinar. Orang-orang sholeh dan para cendikia mendapat prioritas sehingga
mereka merasakan betul kemurahan Abi S yuja‟.
Kekayaannya yang demikian tidak menjadikanya lalai dan hanyut dalam kenikmatan. Dan di akhir usianya, ia memilih hidup dalam kezuhudan
melepaskan diri dari urusan dunia dan mengabdikan diri semata-mata karena Allah. Seluruh hartanya dilepaskan, lalu ia pergi ke Madinah. Di Kota Nabi
ini, kendati pernah menjabat sebagai menteri, Abu Syuja tak malu melakukan kebiasaan orang-orang kecil. Ia menyapu dan menghamparkan tikar serta
menyalakan lampu Masjid Nabawi. Kegiatan ini rutin dilakukannya setiap hari. Tugas ini dilakukannya, setelah salah seorang petugas Masjid Nabawi
meninggal dunia. Rutinitasnya ini ia lakukan sampai ajal menjemputnya pada 593 Hijriah.
37
C. Biografi Penulis Kitab Fath al-Qarib