Makna dari Pengembangan Kreativitas Hubungan Model Open-Ended Problems dengan Berpikir Kreatif

14 sosial”. Dari definisi ini menunjukkan bahwa produk tidak harus baru, tetapi dapat dilihat dari kombinasinya. Kreativitas dinilai dari produk yang dihasilkan oleh seseorang baik yang bersifat produk baru original maupun hasil dari elaborasi dan penggabungan yang inovatif Yani, 2014, hlm. 83.

c. Pengembangan Kreativitas

1. Makna dari Pengembangan Kreativitas

a Dengan berkreasi orang dapat mengaktualisasikan dirinya karena kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya. b Berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. c Dengan berpikir kreatif akan memberikan kepuasan kepada individu itu sendiri. d Kreativitas dapat memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya karena kesejahteraan masyarakat bergantung pada sumbangan kreatif yang berupa gagasan, dan penemuan baru Munandar, 2012, hlm. 31-32.

2. Tahapan Pengembangan Kreativitas

Tahapan pengembangan kreativitas siswa yang dilakukan adalah dapat melatih siswa untuk hal-hal sebagai berikut: a Merasakan ketidaksesuaian. Guru perlu melatih siswa untuk mencari elemen yang mengganggu keseimbangan dari sebuah kondisi yang belum sesuai dan mengajak mereka untuk menghilangkan bagian yang mengganggu tersebut. b Mengumpulkan. Elemen-elemen yang akan dikembangkan secara kreatif harus dikumpulkan tanpa harus diorganisasikan 15 terlebih dahulu. Hal-hal yang terkait dengan proses mengumpulkan elemen mencakup: 1 Imajinasi 2 Intuisi 3 Pengalaman 4 Pengetahuan 5 Bertanya 6 Berpikir fleksibel 7 Berpikir lancar 8 Berpikir beragam c Modifikasi elemen. Dilakukan setelah siswa memiliki ide-ide yang akan dilakukan. Misalnya, jika ide siswa adalah memasang sebuah elemen baru berupa gambar pada sebuah ruang, modifikasi yang dilakukan adalah memikirkan ukurannya dan gambar yang cocok untuk ruangan tersebut. d Mencari sintesis. Beberapa elemen mungkin merupakan satu kelompok dan dapat disatukan. Siswa perlu berusaha mencari elemen yang dapat dikelompokkan. e Melakukan inkubasi. Tahapan ini merupakan kesempatan istirahat dari upaya mengumpulkan elemen dan mencari sintesis yang dilakukan untuk menghindari kejenuhan dan meningkatkan produktivitas. f Inspirasi menemukan hal baru. Pada tahap ini istirahat yang cukup dibutuhkan setelah melakukan upaya mengombinaksikan elemen-elemen menjadi sebuah karya kreatif. g Melakukan verifikasi. Perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui kelayakan karya yang telah diciptakan Sani, 2014, hlm. 18-21. 16 3 Mengembangkan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran Upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk membuat peserta didik berperilaku kreatif menurut Sani 2014, hlm. 25 adalah sebagai berikut: a Memberikan tugas yang tidak hanya memiliki satu jawaban benar. b Menoleransi jawaban yang nyeleneh. c Menekankan pada proses bukan hasil saja. d Membuat siswa berani untuk mencoba, menentukan sendiri informasi yang kurang jelaslengkap, dan memiliki interpretasi sendiri terkait pengetahuankejadian. e Memberikan keseimbangan antara kegiatan terstruktur dan spontanekspresif.

d. Pola Perkembangan Kreativitas

Davis melihat tiga penggunaan utama tes kreativitas, yaitu “untuk mengidentifikasi siswa berbakat kreatif untuk program anak berbakat, untuk tujuan penelitian , dan untuk tujuan konseling”. 1 Identifikasi Anak Berbakat Kreatif Tes kreativitas paling sering digunakan untuk mengidentifikasi siswa berbakat kreatif untuk program anak berbakat. 2 Penelitian Penelitian dapat membantu dalam memahami konsep kreativitas, orang-orang kreatif, dan membantu dalam memahami perkembangan kreativitas. 3 Konseling Tes kreativitas dapat membantu konselor, guru, orang tua, dan siswa sendiri untuk mengenali dan memahami bakat kreatif siswa yang terpendam. Hal ini memungkinkan bagi guru untuk dapat merancang kegiatan yang menantang bagi siswa kreatif Munandar, 2012, hlm. 57-58. 17

e. Karakteristik Tingkat Kemapuan Berpikir Kreatif

Karakteristik dari tingkat kemampuan berpikir kreatif ditunjukkan pada Tabel 2.1. Tabel tersebut berisi perbedaan kemunculan aspek berpikir kreatif pada tiap tingkatan. Tabel 2.1 Karakteristik Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Tingkatan Kemampuan Karakteristik Tingkat 4 Sangat Kreatif Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan lebih dari satu solusi dan dapat mengembangkan cara lain untuk menyelesaikannya. Salah satu solusi memenuhi aspek originality kebaruan. Beberapa masalah yang dibangun memenuhi aspek originality, flexibility, dan fluency. Tingkat 3 Kreatif Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan lebih dari satu solusi, tetapi tidak bisa mengembangkan cara lain untuk menyelesaikannya. Satu solusi memenuhi aspek originality. Pada tingkat ini juga siswa dapat mengembangkan cara lain untuk memecahkan permasalahan flexibility, namun tidak memiliki cara yang berbeda dari yang lain originality Tingkat 2 Cukup Kreatif Siswa dapat memecahkan permasalahan dengan satu solusi yang sifatnya berbeda dari yang lain originality namun tidak memenuhi aspek fluency dan flexibility atau siswa dapat menyelesaikan permasalahan dengan mengembangkan solusinya flexibility namun bukan hal yang baru dan bukan pula jawaban lancar. 18 Tingkatan Kemampuan Karakteristik Tingkat 1 Kurang Kreatif Siswa dapat menyelesaikan permasalahan dengan lebih dari satu solusi fluency tetapi tidak dapat mengembangkan solusinya dan tidak memenuhi aspek kebaruan. Tingkat 0 Tidak Kreatif Siswa tidak dapat menyelesaikan permasalahan dengan lebih dari satu solusi dan tidak dapat mengembangkan cara lain untuk menyelesaikannya. Dia juga tidak bisa menimbulkan solusi baru. Siswono, 2011, hlm. 551.

3. Model Open Ended Problems

a. Pengertian Model Open-Ended Problems

Open-Ended Problems adalah masalah- masalah yang dirumuskan memiliki banyak jawaban benar. Pembelajaran dimulai dengan menampilkan permasalahan. Kemudian dilanjutkan dengan menyediakan banyak jawaban benar terhadap masalah yang diberikan berdasarkan pengalaman dalam menemukan sesuatu yang baru. Hal ini dapat diselesaikan dengan mengkombinasikan pengetahuan siswa, keterampilan, atau cara berpikir yang telah dipelajari sebelumnya Becker Shimada, 1997, hlm. 1. Pembelajaran dengan menggunakan masalah terbuka adalah pembelajaran yang menampilkan suatu permasalahan yang memiliki berbagai cara pemecahan flexibility dan beragam solusi fluency. Orisinalitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi- interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi dapat tumbuh dan 19 terlatih melalui pembelajaran ini karena siswa dituntut untuk mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban terhadap pemecahan masalah yang diajukan. Oleh karena itu, model pembelajaran ini lebih mengutamakan proses daripada produk yang akan membentuk pola pikir keterpaduan, keterbukaan, dan ragam berpikir Shoimin, 2014, hlm. 109. Masalah open-ended adalah permasalahan yang dibentuk sedemikian agar memiliki kemungkinan variasi jawaban benar baik dari aspek cara maupun hasil yang didapatkan Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007, hlm. 180. Pertanyaan open-ended dapat digunakan untuk menilai apakah siswa sudah benar-benar menguasai konsep. Pertanyaan open-ended memberikan tantangan pada siswa untuk menunjukkan kedalaman pemahaman dari materi yang telah didapatkan. Pertanyaan open-ended yang baik adalah sebagai berikut: 1 Menampilkan konteks kehidupan nyata yang relevan 2 Harus memiliki lebih dari satu jawaban 3 Siswa seharusnya dapat menjawab pertanyaan dalam waktu 5 menit 4 Jawaban yang diberikan siswa lebih dari mengingat fakta Education Scotland, 2012, hlm. 5 Adapun tipe masalah open-ended yang dapat diberikan antara lain: 1 Menemukan hubungan. Soal ini diberikan agar siswa dapat menemukan beberapa aturan atau hubungan 2 Mengklasifikasi. Siswa diminta mengklasifikasikan berdasarkan karakteristik yang berbeda dari suatu objek tertentu 20 3 Pengukuran. Siswa diminta untuk menentukan ukuran-ukuran numerik dari suatu kejadian Becker Shimada, 1997, hlm. 27.

b. Mengembangkan Rencana Pembelajaran dalam Open-Ended

Problems Untuk mengembangkan rencana pembelajaran yang baik, guru harus mempertimbangkan hal berikut: 1 Daftar respon siswa yang diharapkan terhadap masalah Siswa diharapkan untuk menanggapi masalah terbuka dengan cara yang berbeda. Kemampuan siswa untuk mengekspresikan ide-ide atau pemkiran mereka mungkin terbatas. Penting bahwa guru membuat daftar respon siswa, meskipun respon mungkin direduksi menjadi proporsi umum yang lebih sedikit. 2 Membuat tujuan menggunakan masalah yang jelas Guru harus memahami peran masalah dalam RPP secara keseluruhan. Masalah dapat diperlakukan sebagai topik independen, sebagai pengantar konsep baru, atau sebagai ringkasan belajar siswa. 3 Merancang metode pengajuan masalah sehingga siswa dapat dengan mudah memahami makna dalam masalah atau hal yang diharapkan dari siswa Masalah harus diungkapkan agar siswa dapat dengan mudah memahami dan mencari pendekatan untuk menyelesaikannya. Guru harus memperhatikan cara masalah tersebut diajukan untuk menghindari kebingungan siswa. 4 Membuat masalah semenarik mungkin Masalah harus konkret dan akrab bagi siswa, juga harus mencakup aspek yang membangkitkan rasa ingin tahu mereka. 21 5 Memungkinkan cukup waktu untuk menjelajahi masalah sepenuhnya Guru perlu memberikan waktu yang cukup untuk siswa mengeksplorasi masalah. Guru dapat menggunakan dua periode untuk satu masalah terbuka. Pada periode pertama para siswa dapat bekerja secara individu maupun kelompok untuk memecahkan masalah. Kemudian pada periode kedua, seluruh kelas membahas pendekatan dan solusi untuk memecahkan masalah Becker Shimada, 1997, hlm. 32-33.

c. Langkah-langkah Model Open-Ended Problems

1 Persiapan Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran RPP dan pertanyaan open-ended. 2 Pelaksanaan: a Pendahuluan b Kegiatan inti yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan langkah sebagai berikut: 1 Siswa membentuk kelompok. 2 Siswa mendapatkan pertanyaan open-ended. 3 Setiap perwakilan kelompok mengemukakan pendapat. 4 Siswa menganalisis jawaban yang telah dikemukakan dan menentukan jawaban-jawaban yang benar dan efektif. 5 Kegiatan akhir yaitu siswa membuat kesimpulan. c Evaluasi Siswa mendapatkan tugas perorangan atau ulangan harian yang berisi pertanyaan open-ended Shoimin, 2014, hlm. 111. 22

d. Gagasan tentang Pengajaran Masalah

Guru harus mempertimbangkan hal-hal berikut ketika mengajarkan masalah: 1 Pengajuan masalah Dalam membantu siswa memahami maksud dari suatu masalah, berikut merupakan pendekatan yang efektif: a Mendorong siswa untuk fokus pada persoalan yang sama dengan menampilkan masalah pada proyektor. b Menambahkan lebih banyak data untuk generalisasi, misalnya dengan menunjukkan data konkret. c Memberikan contoh yang tidak membatasi cara siswa berpikir tentang masalah. d Memanfaatkan penggunaan materi yang konkret sebagai model. 2 Mengorganisir pengajaran Gaya mengajar seperti mengajar biasa terdiri dari kombinasi antara dua hal yaitu kerja individu dan diskusi seluruh kelas. Karena yang dicari bukan solusi tunggal, diharapkan sudut pandang yang belum terjadi pada siswa akan muncul pada tahap pembelajaran dengan diskusi kelas. 3 Merekam tanggapan siswa Penting untuk memiliki catatan tertulis dari tanggapan siswa. lembar kerja siswa mungkin cara yang nyaman bagi siswa untuk mencatat informasi. Dengan dikumpulkannya lembar kerja siswa setelah pembelajaran, guru dapat menggunakannya dalam mengevaluasi pembelajaran. Aktivitas pada tahap ini sangat penting untuk pengembangan lebih lanjut. Guru harus mencoba untuk mengidentifikasi para siswa yang tidak mengerti masalah dan memberikan lebih banyak contoh atau saran untuk merangsang mereka untuk berpikir dengan cara yang relevan tentang masalah ini. 23 4 Meringkas materi yang telah dipelajari siswa Siswa harus didorong untuk mengkonfirmasi pekerjaan mereka. Bahkan ketika beberapa pekerjaan mereka tidak lengkap ataupun salah, guru harus menanggapi mereka dengan cara yang positif. Ketika kontribusi siswa dalam meringkas terlalu banyak, guru harus berkonsentrasi pada satu poin dan membuat kesimpulannya Becker Shimada, 1997, hlm. 33- 34.

e. Kriteria Evaluasi dalam Open-Ended Problems

Karena ada kemungkinan akan terjadi berbagai tanggapan atau reaksi siswa terhadap suatu masalah terbuka, maka kemungkinan akan sulit bagi guru untuk mengevaluasi siswa tersebut. Oleh karena itu guru menggunakan metode untuk mengevaluasi aktivitas siswa. Sebelumnya, guru menyiapkan tabel berisi tanggapan yang diharapkan dari siswa yang diklasifikasikan dan disusun. Kemudian respon siswa diperiksa dan dimasukkan ke dalam sel kosong sesuai tabel, yang selanjutnya dievaluasi sesuai dengan kriteria berikut: a Fluency: berapa banyak solusi yang dapat dihasilkan setiap siswa? b Flexibility: berapa banyak ide-ide berbeda yang ditemukan oleh siswa? c Originality: sampai pada tingkat mana gagasan siswa dapat dikatakan baru? Becker Shimada, 1997, hlm. 34-35. 24

f. Keuntungan dan Kerugian dari Model Open-Ended Problems

1 Keuntungan a Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan mengemukakan ide lebih sering. b Siswa memiliki banyak kesempatan untuk membuat pemahaman menggunakan pengetahuan dan keterampilan matematisnya. c Bahkan siswa yang prestasinya kurang dapat merespon masalah dalam beberapa cara yang signifikan. d Pada hakekatnya siswa termotivasi untuk memberikan bukti- bukti. e Siswa memiliki banyak pengalaman dalam menemukan dan menerima persetujuan dari siswa lainnya 2 Kerugian a Sulit untuk membuat atau menyiapkan situasi masalah. b Sulit bagi guru untuk mengajukan masalah dengan berhasil. Terkadang siswa memiliki kesulitan dalam memahami bagaimana merespon dan memberikan jawaban. c Beberapa siswa dengan kemampuan yang lebih tinggi mungkin mengalami kecemasan tentang jawaban mereka. d Siswa dapat merasakan ketidakpuasan dalam pembelajaran karena kesulitan dalam merangkum secara jelas. Becker Shimada, 1997, hlm. 23-24

4. Hubungan Model Open-Ended Problems dengan Berpikir Kreatif

Tugas open-ended adalah kegiatan dalam pembelajaran yang memiliki banyak jawaban tepat atau hasil yang bergantung pada kreativitas siswa Conklin, 2012, hlm. 258. Kreativitas atau berpikir kreatif menurut Munandar 1992, hlm. 48 adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya terdapat pada kuantitas, ketepagunaan, dan 25 keragaman jawaban. Masalah yang diformulasikan untuk menghasilkan banyak jawaban benar disebut masalah open-ended Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007, hlm. 180. Berdasarkan pendapat para ahli mengenai pengertian open-ended serta berpikir kreatif, dapat ditemukan hubungan antara masalah open-ended dengan kemampuan berpikir kreatif, yaitu maslaah open-ended merupakan bagian dari berpikir kreatif. Berpikir kreatif menurut Tes Berpikir Kreatif Torrance meliputi tiga aspek yaitu fluency kelancaran, flexibility keluwesan, dan originality kebaruan. Perkembangan berpikir lancar fluency didorong melalui penggunaan masalah terbuka open-ended problems yang dinyatakan dengan cara yang memungkinkan untuk menghasilkan banyak jawaban khusus dan banyak solusi yang benar Silver, 1997, hlm. 77. Penggunaan masalah yang memungkinkan siswa untuk menghasilkan banyak solusi ini terkait dengan perkembangan representasional siswa dan keluwesan dalam berpikir flexibility Silver, 1997, hlm. 78. Dalam hubungannya dengan aspek originality adalah bahwa pembelajaran open-ended problems ini melatih dan menumbukan orisinalitas ide originality, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan dan sosialisasi Shoimin, 2014, hlm. 109.

5. Elektrokimia