PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TS TS) DENGAN MEMBUAT MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN
i
PENGARUH PENERAPAN METODE
PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TS-TS)
DENGAN MEMBUAT MIND MAPPING TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN
Skripsi
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia
oleh Idha Zuly Astutik
4301411008
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
(2)
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi yang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
Semarang, Juli 2015
Idha Zuly Astutik 4301411008
(3)
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi pada :
Hari :
Tanggal :
Semarang,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dra. Saptorini, M.Pi Drs. Ersanghono Kusumo, M.S NIP 195109201976032001 NIP 195405101980121002
(4)
iv
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul
Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) dengan membuat Mind Mapping terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
disusun oleh
Idha Zuly Astutik 4301411008
telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal 11 Agustus 2015.
Panitia
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Wiyanto, M.Si Dra. Woro Sumarni, M.Si NIP 196310121988031001 NIP 196507231993032001 Ketua Penguji
Drs. Wisnu Sunarto, M.Si NIP 195207291984031001
Anggota Penguji/ Anggota Penguji/
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Saptorini, M.Pi Drs. Ersanghono Kusumo, M.S NIP 195109201976032001 NIP 195405101980121002
(5)
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Bertahanlah dan berjuanglah sampai sukses! Allah menilai usaha kita, bukan hasilnya. Jangan putus asa karena hasil.
Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat (HR Muslim).
Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba-Nya itu suka menolong saudaranya (HR Muslim).
PERSEMBAHAN
Kedua orang tuaku, Bapak Sugiyono dan Ibu Nursih yang telah memberikan kasih sayang, do’a dan pengorbanannya dalam hidupku
Kedua kakakku Antok dan Adib, ketiga adikku Titik, Rio dan Aurel tercinta yang telah memberikan motivasi dan semangat dalam meraih cita-cita.
Para guru peradaban yang telah memberikan banyak ilmunya
Teman-teman rombel 2 pendidikan kimia 2011 yang aku cintai
Teman-teman BEM KM UNNES 2013 dan 2014 yang aku sayangi.
(6)
vi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) dengan membuat Mind Mapping terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan”. Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan Studi S1 untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan Kimia. Atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan, maka penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.
3. Ketua Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.
4. Dra. Saptorini, M.Pi, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, petunjuk dan saran yang sangat bermanfaat selama penyusunan skripsi ini,
5. Drs. Ersanghono Kusumo, M.S, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, petunjuk dan saran yang sangat bermanfaat selama penyusunan skripsi ini,
6. Drs. Wisnu Sunarto, M.Si sebagai dosen penguji yang telah memberi banyak masukan untuk kesempurnaan skripsi ini,
7. Kepala SMA Negeri 10 Semarang yang telah memberikan ijin penelitian. 8. Puji Ningrum, S.Pd guru mata pelajaran kimia SMA Negeri 10 Semarang
yang telah banyak membantu terlaksananya penelitian, 9. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap, semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca pada khususnya dan perkembangan pendidikan Indonesia pada umumnya.
Semarang, Juli 2015
(7)
vii
ABSTRAK
Astutik, Idha, Zuly. 2015. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) Dengan Membuat Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar
Siswa Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan. Skripsi, Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Dra. Saptorini, M.Pi dan Pembimbing Pendamping Drs. Ersanghono Kusumo, M.S.
Kata Kunci : Pengaruh, Mind Mapping, Two Stay Two Stray (TS-TS).
Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit karena mempelajari konsep-konsep dan hitungan matematis. Diperlukan metode yang tepat agar siswa menganggap mata pelajaran kimia merupakan pelajaran yang mudah dipahami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) dengan membuat mind mapping terhadap hasil belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 10 Semarang. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling, diperoleh sampel penelitian yaitu kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen diberi metode Two Stay Two Stray (TS-TS) dengan membuat mind mapping dan kelas XI IPA 4 sebagai kelas kontrol diberi metode konvensional. Metode pengumpulan data yang digunakan antara lain metode dokumentasi, observasi, tes dan angket. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata nilai
post-test kelas eksperimen dan kontrol sebesar 85,73 dan 76,49. Hasil uji perbedaan rata-rata menunjukan bahwa rata-rata nilai pos-test kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Analisis pengaruh terhadap hasil belajar siswa diperoleh koefisien korelasi biserial (rb) sebesar 0,62 dengan koefisien determinasi (KD) sebesar 37,89 %. Hasil deskriptif hasil belajar ranah afektif dan psikomotorik menunjukkan bahwa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Simpulan dari penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) dengan membuat mind mapping berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan sebesar 37,89 %.
(8)
viii
ABSTRACT
Astutik, Idha, Zuly. 2015. The Effect of Application of Learning Method Two Stay Two Stray (TS-TS) To Make Mind Mapping for Learning Outcomes In the Matter solubility and solubility product. Skripsi, Department of Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, State University of Semarang. Main supervisor Dra. Saptorini M.Pi and Assistant Supervisor Drs. Ersanghono Kusumo M.S.
Keywords: Effect, Mind Mapping, Two Stay Two Stray (TS-TS).
Chemistry is one of the subjects that are considered difficult by the student because of the concept and mathematical calculation in the chemistry learning. Required appropriate methods in order to change this mind so that chemistry is easy to be understood. This study aims to determine the influence of the learning method Two Stay Two Stray (TS-TS) by making mind mapping towards the student learning outcomes in solubility and solubility product issue. The population in this study were all students of class XI IPA SMA Negeri 10 Semarang. Samples were taken with a cluster random sampling technique, obtained is class XI IPA 1 as the experimental class were given method Two Stay Two Stray (TS-TS) by making mind mapping and class XI IPA 4 as the control class were given conventional leraning. The methods of data colecting are used are used of documentation, observation, tests and questionnaires. Based on the research results obtained by the average value of the posttest in the experimental and control class found that result are 85,73 and 76,49. The result of the average difference shows that the average value of the posttest in the experimental class are better than in the control class. The analysis of the effect on student learning outcomes resulting biserial correlation (rb) of 0,62 with a coefficient of determination (KD) of 37.89 %. The learning outcomes descriptive result of affective and psychomotor aspect shows that in the experimental class better than in the control class. The conclusions from this research is the application of learning methods Two Stay Two Stray (TS-TS) to by making mind mapping has a positive effect on the student learning outcomes in solubility and solubility product issue of 37.88 %.
(9)
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………... PERSETUJUAN PEMBIMBING………... ii iii HALAMAN PENGESAHAN………. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN……….. v
PRAKATA……….………. vi
ABSTRAK……….………. vii
DAFTAR ISI………... ix
DAFTAR TABEL……….………….. xi
DAFTAR GAMBAR……….………. xii
DAFTAR LAMPIRAN……….……….. xiii
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………... 1
1.2 Rumusan Masalah………... 4
1.3 Pembatasan Masalah………... 5
1.4 Tujuan Penelitian……….. 1.5 Manfaat Penelitian……….... 1.6 Penegasan Istilah... 5 5 6 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar, Hasil Belajar, Metode Pembelajaran, Materi ....………. 9
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan... 21 2.3 Kerangka Berfikir………...
2.4 Hipotesis...
22 25 3. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian……….. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 3.3 Populasi dan Sampel...
26 26 27
(10)
x
3.4 Variabel Penelitian... 3.5 Instrumen Penelitian... 3.6 Metode Pengumpul Data... 3.7 Teknik Analisis Data...
28 28 29 29 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian... ... 43
4.2 Pembahasan... ... 57
5 PENUTUP 5.1 Simpulan... ... 68
5.2 Saran... ... 68
DAFTAR PUSTAKA... 67
(11)
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa...………. 3
3.1 Desain Penelitian………... 26
3.2 Jumlah Kelas dan Siswa Kelas XI IPA...………. 27
3.3 Kriteria Daya Pembeda Soal...………... 31
3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal...………... 31
3.5 Kriteria Soal Uji Coba...……… ... 32
3.6 Pedoman Koefisien Korelasi...………... 39
3.7 Kriteria Rata-Rata Skor Ranah Afektif...………. 40
3.8 Kriteria Rata-Rata Skor Ranah Psikomotorik...……….. 40
3.9 Kriteria Rata-Rata Skor Tiap Aspek Afektif dan Psikomotorik... 41
3.10 Kriteria Angket Tanggapan Siswa...……… 41
3.11 Kriteria Rata-Rata Skor Tiap Aspek Tanggapan Siswa...…….... 42
4.1 4.2 4.3 Data Awal Populasi...…….………... Hasil Uji Normalitas Data Awal..………...….………... Hasil Analisis Validitas Soal... 43 44 45 4.4 Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal………... 46
4.5 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal... 46
4.6 Data Nilai Posttest... 47 4.7
4.8
Hasil Uji Normalitas Data Nilai Posttest...………...
Hasil Uji Kesamaan Dua Varian...………...
47 48 4.9
4.10 4.11
Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata...………... Hasil Ketuntasan Belajar... ……...………... Rata-rata Nilai RanahAfektif...
49 49 51 4.12
4.13
Rata-rata Nilai Ranah Psikomotorik...……….
Hasil Angket Tanggapan Siswa...………....
53 55
(12)
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berfikir………... 24
4.1 Perbandingan Rata-Rata Skor Tiap Aspek Afektif... 52
4.2 Perbandingan Rata-Rata Skor Tiap AspekPsikomotorik... 53
(13)
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Nilai UAS 3 Tahun Terakhir ………... 73
2. Daftar Nama Siswa... 74
3. Daftar Kelompok TS-TS... 75
4. Silabus………... 76
5. RPP Kelas Eksperimen...………... 78
6 RPP Kelas Kontrol...………... 97
7. Kisi-Kisi Soal Uji Coba...………... 114
8. Soal Uji Coba………... 118
9. Analisis Soal Uji Coba………...………... 129
10. Perhitungan Validitas Soal Uji Coba…...………... 134
11. 12. Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba ………... Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Uji Coba ………... 137 138 13. Perhitungan Reliabilitas Soal Uji Coba …... 140
14. Daftar Nilai UAS Siswa ………... 141
15. Uji Normalitas Data Tahap Awal……... 142
16. Uji Homogenitas...………... 146
17. Soal Posttest…………..………….………...……..…... 147
18. 19. Daftar Nilai Posttest…………....………... Uji Normalitas Tahap Akhir...………...……...….. 152 153 20. Uji Kesamaan Dua Varian...…...….………... 155 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.
Uji Perbedaan Rata-Rata... Hasil Ketuntasan Hasil Belajar...…...….………... Uji Pengaruh Antar Variabel dan Koefisien Determinasi... Pedoman Penilaian Ranah Afektif... Reliabilitas Ranah Afektif……..………...………….... Analisis Nilai Ranah Afektif Kelas Eksperimen dan Kontrol... Pedoman Penilaian Ranah Psikomotorik...
156 157 158 159 161 162 164
(14)
xiv 28.
29.
Reliabilitas Ranah Psikomotorik...…….... Analisis Nilai Ranah Psikomotorik Kelas Eksperimen dan Kontrol...
166 167 30.
31. 32. 33. 34.
Lembar Angket Tanggapan Siswa...…...….……… Reliabilitas Angket Tanggapan Siswa...…...….……….. Analisis Angket Tanggapan Siswa...…...….…………... Skema TS-TS...…...….………...…... Dokumentasi...…...….………...
169 170 171 172 173
(15)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan sistematis yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi siswa agar mempunyai sifat dan sikap yang sesuai dengan cita-cita pendidikan (Munib, 2010: 34). Pendidikan memberikan kecakapan hidup agar siswa dapat memainkan perannya dimasa sekarang dan akan datang. Pendidikan dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan pengajaran, bimbingan dan latihan di sekolah maupun di luar sekolah. Pendidikan dapat mengembangkan kemampuan, ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia seperti yang diharapkan. Banyak perhatian khusus diarahkan kepada perkembangan dan kemajuan pendidikan guna meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan.
Secara keseluruhan inti dari proses pendidikan adalah proses pembelajaran. Keefektifan dari proses pembelajaran harus diperhatikan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran dapat efektif apabila input pembelajaran berfungsi dengan baik, yaitu siswa, guru, kurikulum, metode, dan fasilitas pendukung proses pembelajaran. Keefektifan proses pembelajaran dapat dilihat dari aktivitas siswa dan guru yang dapat mempengaruhi hasil belajar sisw
(16)
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku atau sikap yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar (Rifa’i & Anni, 2011: 85). Hasil belajar merupakan ukuran keberhasilan siswa yang dinyatakan dalam bentuk nilai tes maupun non tes. Nilai tes dapat diperoleh dari tes ulangan harian, ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester. Nilai non tes diambil dari keaktifan siswa saat pembelajaran, tugas terstruktur, pengamatan kinerja dan sikap. Penilaian berdasarkan tes mempunyai standar kelulusan yang telah ditetapkan yang disebut dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM). Apabila perolehan nilai siswa sama dengan atau diatas KKM, maka siswa tersebut dinyatakan tuntas dalam belajar.
Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit karena mempelajari konsep-konsep dan hitungan matematis. Penggunaan metode dan model pembelajaran yang kurang cocok dengan materi bahan ajar akan mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran kimia. Pemilihan metode dan model mengajar tentunya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, hasil belajar yang rendah merupakan salah satu indikasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 10 Semarang. Hal ini dapat dilihat dari data rata-rata nilai hasil belajar siswa materi kelarutan dan hasil kali kelarutan sebagai berikut:
(17)
Tabel 1.1 Rata-Rata Nilai Hasil Belajar Siswa pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan SMA Negeri 10 Semarang
Kelas Rata-Rata Nilai
2011/2012 2012/2013 2013/2014
XI IPA 1 67,92 70,34 72,12
XI IPA 2 78,21 69,95 69,78
XI IPA 3 66,36 77,15 70,24
XI IPA 4 70,54 72,56 71,62
KKM 75 77 77
Sumber : dokumentasi SMA N 10 Semarang
Data di atas menunjukkan masih banyaknya siswa yang hasil belajarnya masih rendah. Dengan demikian penguasaan materi oleh siswa belum maksimal.
Penguasaaan materi yang belum maksimal dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu dari siswa itu sendiri dan faktor eksternal yaitu dari lingkungan, sarana prasarana sekolah, suasana belajar, metode pembelajaran dan guru. Adanya hasil belajar yang rendah dapat dipengaruhi dari metode pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi. Pada kegiatan pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah, sehingga siswa cenderung pasif dan kurang berminat saat mengikuti pembelajaran. Selain menggunakan metode ceramah guru juga menggunakan diskusi. Namun, saat diskusi berlangsung terlihat siswa masih pasif dan takut untuk mengemukakan pendapatnya, kerjasama dan tanggung jawab antar kelompok dalam mengerjakan tugas diskusi masih kurang. Maka dari itu perlu diterapkan metode pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dan berani mengemukakan pendapatnya, dapat mendorong siswa untuk bekerjasama dan bertanggung jawab, serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Metode Two Stay Two Stray (TS-TS) merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerjasama, bertanggung jawab,
(18)
saling membantu memecahkan masalah dan saling mendorong untuk berprestasi. Pada saat pembelajaran dibantu dengan pembuatan mind mapping sehingga siswa lebih mudah dalam mengingat dan memahami konsep dan meteri yang diajarkan. Hasil penelitian Yusuf (2012: 8), metode Two Stay Two Stray (TS-TS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Metode Two Stay Two Stray (TS-TS) membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar (Surianto, 2014: 207). Penelitian Imaduddin & Utomo (2012: 63), menunjukkan metode mind mapping
sangat efektif dalam meningkatkan prestasi belajar fisika.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) dengan Membuat Mind Mapping terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan”.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah : 1. Adakah pengaruh metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS)
dengan membuat mind mapping terhadap hasil belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan?
2. Berapa besar pengaruh metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) dengan membuat mind mapping terhadap hasil belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan?
(19)
1.3
PEMBATASAN MASALAH
Penelitian ini membatasi masalah sebagai berikut :
1. Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah kelarutan dan hasil kali kelarutan
2. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) dengan membuat mind mapping untuk kelas eksperimen dan menggunakan metode konvensional untuk kelas kontrol. 3. Objek penelitian hanya dibatasi pada siswa kelas XI IPA semester genap
tahun ajaran 2014/2015 SMA Negeri 10 Semarang
1.4
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian yang dilaksanakan ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh metode Two Stay Two Stray (TS-TS) dengan membuat mind mapping terhadap hasil belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan
2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) dengan membuat mind mapping terhadap hasil belajar siswa pada kelarutan dan hasil kali kelarutan
1.5
MANFAAT PENELITIAN
Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
(20)
1.5.1 Bagi Siswa
1. Sebagai sarana bertukar pikiran dan berdiskusi tentang materi yang sedang dipelajari, sehingga timbul sikap aktif dan kritis dengan teman sebaya
2. Menumbuhkan semangat kerjasama antar siswa karena keberhasilan individu merupakan tanggung jawab kelompok
3. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran 4. Siswa lebih termotivasi dalam belajar 1.5.2 Bagi Guru
Memberikan alternatif metode pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih aktif dalam belajar.
1.5.3 Bagi Sekolah
Memberikan masukan bagi sekolah agar lebih memperhatikan metode pengajaran yang lebih variatif sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam belajar dan hasil belajarnya mencapai kriteria ketuntasan minimal, sehingga tujuan pendidikan mencerdaskan bangsa dapat tercapai.
1.5.4 Bagi Peneliti
Memperoleh pengetahuan variasi model pembelajaran yang dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas sehingga dapat meminimalkan masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran.
1.6
PENEGASAN ISTILAH
Agar memperoleh pengertian yang sama tentang istilah dalam penelitian ini dan tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda dari pembaca maka adanya
(21)
penegasan istilah dalam penelitian ini. Penegasan istilah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1.6.1 Pengaruh
Berdasarkan software Kamus Besar Bahasa Indonesa (KBBI) offline, pengaruh merupakan daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. Dalam penelitian ini pengaruh mengandung arti bahwa penerapan metode pembelajaran Two Stay
Two Stray (TS-TS) dengan membuat mind mapping yang diperbandingkan
terhadap pembelajaran melalui metode konvensional akan berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.
1.6.2 Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS)
Menurut Lie (2004: 61), Metode Two Stay Two Stary (TS-TS)merupakan metode pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada anggota kelompok yang berdiskusi untuk membagi hasil dan informasi kepada kelompok lain. Saat diskusi siswa diharapkan lebih aktif, baik sebagai penerima tamu yang menyampaikan hasil diskusi maupun sebagai tamu yang bertanya informasi kepada kelompok lain. Pada metode Two Stay Two Stary (TS-TS)siswa diajarkan keterampilan–keterampilan khusus agar dapat bekerjasama dengan baik didalam kelompok, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman dengan baik, dan berdiskusi.
1.6.3 Mind Mapping
Mind mapping atau peta pikiran adalah suatu teknik yang memanfaatkan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya
(22)
untuk membentuk kesan (DePorter & Hernacki, 2008: 153). Pembutan mind mapping bertujuan untuk membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu ingatan dengan mudah sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi.
1.6.4 Two Stay Two Stray (TS-TS) dengan Membuat Mind Mapping
Metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) dengan membuat mind mapping merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerjasama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, mendorong siswa untuk bertanya dan menjawab dan saling mendorong untuk berprestasi. Pada akhir proses diskusi dan pembagian informasi siswa membuat mind mapping untuk mempermudah dalam memahami konsep dari materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
1.6.5 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami aktivitas belajar (Rifa’i & Anni, 2011: 85). Pada penelitian ini hasil belajar yang dimaksud adalah nilai kognitif, afektif dan psikomotorik siswa setelah penelitian dilaksanakan.
(23)
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
LANDASAN TEORI
2.1.1 Belajar
Belajar merupakan perubahan perilaku seseorang yang terjadi sebagai akibat dari interaksi individu dengan lingkungannya. Belajar mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Segala sesuatu yang dipelajari oleh seseorang dapat dilihat dari pola-pola perubahan perilakunya. Peranan penting belajar meliputi perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan bahkan persepsi orang (Rifai & Anni, 2011: 82-84).
Menurut Hamdani (2011: 71), belajar merupakan tindakan dan perilaku seseorang yang kompleks. Seseorang adalah sebagai penentu terjadi atau tidaknya proses belajar, karena belajar hanya dialami oleh dirinya sendiri. Menurut Gage, sebagaimana dikutip oleh Dahar (1996: 11), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan menurut Dahar (1996: 12), bahwa belajar dihasilkan dari pengalaman dengan lingkungan, dimana terjadi hubungan-hubungan antara stimulus dan respons. Belajar ialah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2).
(24)
10
Berdasarkan pengertian uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan perilaku seseorang akibat proses pengalaman yang telah dilakukannya. Perubahan perilaku merupakan tanda bahwa seseorang telah mengalami belajar. Perubahan perilaku tersebut sebagai perbandingan antara perilaku sebelum dan sesudah mengalami belajar. Belajar membuat seseorang yang belum tahu menjadi tahu.
Dalam belajar terdapat berbagai unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Beberapa unsur dalam belajar adalah:
1. Peserta didik
Peserta didik dapat diartikan sebagai peserta didik, warga belajar dan peserta pelatihan yang sedang melakukan kegiatan. Dalam proses belajar, rangsangan (stimulus) yang diterima oleh peserta didik diorganisir di dalam syaraf, dan beberapa rangsangan yang di simpan di dalam memori. Kemudian memori tersebut diterjemahkan ke dalam tindakan yang dapat diamati seperti gerakan syaraf atau otot dalam merespon stimulus.
2. Rangsangan (stimulus)
Rangsangan (stimulus) adalah peristiwa yang merangsang penginderaan peserta didik.
3. Memori
Memori yang ada pada peserta didik berisi berbagai kemampuan yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dihasilkan dari kegiatan belajar sebelumnya.
(25)
4. Respon
Respon adalah tindakan yang diaktualisasikan memori. Respon dalam peserta didik diamati pada akhir proses belajar yang disebut perubahan perilaku.
Keempat unsur belajar tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. Kegiatan belajar akan terjadi pada diri peserta didik apabila terdapat interaksi antara stimulus dengan isi memori, sehingga perilakunya berubah dari waktu sebelum ke setelah adanya stimulus tersebut. Apabila terjadi perubahan perilaku, maka perubahan perilaku tersebut itu menjadikan indikator bahwa peserta didik telah melakukan kegiatan belajar (Rifa’i & Anni, 2011: 82-84).
2.1.2 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku atau sikap yang diperoleh seseorang setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari. Oleh karena itu apabila seseorang mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah penguasaan konsep (Rifa’i & Anni, 2011: 85).
Menurut Fuad (2012: 14), hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf, maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan sikap yang diperoleh seseorang setelah mengalami kegiatan pembelajaran sebagai hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar.
(26)
Menurut Bloom, sebagaimana dikutip oleh Rifa’i & Anni (2011: 86-89), menyampaikan tiga taksonomi yang disebut ranah belajar yaitu:
1. Ranah Kognitif: berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup (1) pengetahuan
(knowlegde), (2) pemahaman (comprehension), (3) penerapan
(application), (4) analisis (analysis), (5) sintesis (synthesis), dan (6) penilaian (evaluation).
2. Ranah Afektif: berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori afektif tujuannya mencerminkan hirarkhi yang berentangan dari keinginan untuk menerima sampai dengan pembentukan pola hidup. Kategori tujuan peserta didikan afektif adalah (1) penerimaan (receiving), (2) penanggapan (responding), (3) penilaian (valuing), (4) pengorganisasian (organization), dan (5) pembentukan pola hidup (organization by a have value complex).
3. Ranah Psikomotorik: berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan psikomotorik dan syaraf, manipulasi objek dan koordinasi syaraf. Kategori ranah psikomotorik meliputi (1) persepsi (perception), kesiapan (set), (2) gerakan terbimbing (guided response), (3) gerakan terbiasa (mechanism), (4) gerakan kompleks (complex overt response), penyesuaian (adaptation), dan (5) kreativitas (originality).
2.1.3 Metode Two Stay Two Stray (TS-TS)
Metode pembelajaran Two Stay Two Stary (TS-TS) merupakan metode pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kerja sama siswa dalam
(27)
kelompok (Yusuf, 2012: 2). Menurut Lie (2004: 61), metode pembelajaran Two Stay Two Stary (TS-TS) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat memberikan kesempatan kepada anggota kelompok yang berdiskusi untuk membagi hasil dan informasi kepada kelompok lain.
Menurut Kagan (2012: 1138), model pembelajaran kooperatif Two Stay
Two Stary (TS-TS) adalah dua orang siswa tinggal dan dua orang siswa bertamu
ke kelompok lain. Ini berfungsi sebagai pertukaran informasi dan hasil yang telah didapatkan untuk didiskusikan secara bersama. Metode pembelajaran Two Stay
Two Stray (TS-TS) dapat menuntut siswa untuk aktif mempelajari sebuah konsep
melalui aktivitas pemecahan masalah, mengungkapkan ide, melakukan diskusi serta presentasi dalam sebuah kelompok. Setiap anggota kelompok memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-masing, sehingga dalam kegiatan belajar pada masing-masing kelompok tidak ada siswa yang pasif dan tidak berkontribusi (Asna et.al., 2014: 124). Menurut Huda (2014: 207), metode pembelajaran Two
Stay Two Stray (TS-TS) merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan
agar siswa dapat saling bekerjasama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan mendorong satu sama lain untuk berprestasi.
Adapun langkah langkah metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) menurut Lie (2004: 61), sebagai berikut:
1. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.
2. Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain.
(28)
3. Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. 2.1.4 Mind Mapping
Mind mapping atau peta pikiran adalah suatu teknik yang memanfaatkan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan (DePorter & Hernacki, 2008: 153). Sedangkan menurut Buzan (2014: 5), mind mapping merupakan grafis representasi data atau pikiran.
Mind mapping seperti diagram, sehingga cenderung untuk mengingat diagram lebih mudah daripada mengingat panjang teks. Mind mapping juga merupakan metode mencatat kreatif yang memudahkan kita untuk mengingat banyak informasi.
Menurut Windura, sebagaimana dikutip oleh Imaduddin & Utomo (2012: 66), mind mapping adalah suatu teknis grafis yang dapat menyelaraskan proses belajar dengan cara kerja alami otak. Mind mapping melibatkan otak kanan sehingga proses pembuatannya menyenangkan. Mind mapping merupakan cara paling efektif dan efisien untuk memasukkan, menyimpan, dan mengeluarkan data dari otak kita.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mind mapping
(29)
menghasilkan ide-ide. Ide-ide yang dihasilkan akan dituangkan dalam bentuk peta pemikiran memungkinkan peserta didik lebih mudah mengingat materi.
Alamsyah (2009: 36), menyebutkan beberapa manfaat dari penggunaan
mind mapping, antara lain:
1. Dapat melihat gambaran secara menyeluruh dengan jelas
2. Dapat melihat detail tanpa kehilangan benang merahnya antar topik 3. Terdapat pengelompok informasi
4. Menarik perhatian mata dan tidak membosankan 5. Memudahkan berkonsentrasi
6. Proses pembuatannya menyenangkan karena melibatkan warna, gambar-gambar dan lain-lain
7. Mudah mengingatnya karena ada penanda-penanda visualnya 2.1.5 Tinjauan Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Kelarutan zat dalam air sangat beragam. Ada zat yang mudah larut dan ada pula zat yang sukar larut. Misalnya, zat yang memiliki kelarutan lebih besar dari 0,02 mol L-1 dianggap mudah larut, sedangkan yang lebih kecil dari nilai itu dianggap sukar larut. Pada umumnya kelarutan bertambah dengan kenaikan suhu, hal ini berlaku untuk zat padat. Kelarutan dari berbagai jenis zat juga dipengaruhi pH larutan.
1. Kelarutan
Kelarutan (solubility) adalah jumlah maksimum suatu zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut/larutan pada suhu tertentu. Satuan kelarutan
(30)
umumnya dinyatakan dalam gram L-1 atau mol L-1. Kelarutan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1) Jenis Pelarut
Terdapat dua jenis pelarut, yaitu; polar dan non-polar. Pelarut polar mempunyai kutub muatan, misalnya air (kutub H+ dan OH-). Sedangkan pelarut non-polar tidak mempunyai kutub muatan, misalnya benzena, minyak, dan eter. Senyawa polar mudah larut dalam pelarut polar, demikian pula senyawa non-polar lebih mudah larut dalam pelarut non-polar.
2) Suhu
Kelarutan zat padat dalam air akan semakin tinggi jika suhunya dinaikkan. Adanya panas mengakibatkan makin renggangnya jarak antarmolekul zat padat tersebut. Merengganggnya jarak antarmolekul pada molekul-molekul zat padat menjadikan kekuatan gaya antarmolekul menjadi lemah seningga mudah terlepas oleh adanya pengaruh gaya tarik molekul-molekul air. Berbeda dengan zat padat, kenaikan suhu akan menyebabkan kelarutasn gas dalam air berkurang. Hal ini disebabkan suhu yang meningkat mengakibatkan gas yang terlarut di dalam air akan terlepas meninggalkan air.
(Purba, 2006: 138) 2. Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
Pada suatu larutan elektrolit, zat-zat yang terlarut akan terionisasi dan menghasilkan kation dan anion. Elektrolit sukar larut, ion-ion terlarutnya berada dalam larutan jenuh dan membentuk kesetimbangan heterogen dengan padatannya. Tetapan kesetimbangan yang baru disebut tetapan hasil kali
(31)
kelarutan. Tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) dinyatakan sebagai hasil kali ion-ion (satuan Molar) dalam larutan jenuhnya, dengan masing-masing konsentrasi berpangkatkan bilangan koefisiennya. Secara umum persamaan keseimbangan larutan garam AxBy dengan kelarutan s adalah :
AxBy(s) x Ay+(aq) + y Bx-(aq) Ksp AxBy = [ Ay+ ]x [ Bx+ ]y
Contoh
(1) AgI(s) Ag+(aq) + I-(aq) …… Ksp Agr = [Ag+ ] [I-] (2) PbCl2(s) Pb2+(aq) + 2 Cl-(aq)…. Ksp PbCl2 = [Pb2+ ] [Cl-]2 3. Hubungan Kelarutan (s) dengan Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
Kelarutan zat-zat yang sukar larut dapat ditentukan berdasarkan harga Ksp zat tersebut. Demikian pula harga Ksp dapat ditentukan jika konsentrasi ion-ion zat terlarut diketahui.
Pada larutan jenuh senyawa ion AxBy, jumlah zat di dalam larutan sama dengan harga kelarutannya dalam satuan mol Lˉ1. Senyawa yang terlarut akan mengalami ionisasi dalam sistem kesetimbangan.
Jika kelarutan PbCl2 = s mol Lˉ1, maka di dalam larutan terdapat s mol Lˉ1 Pb2+ dan 2s mol Lˉ1 Cl-seperti proses berikut :
PbCl2(s) Pb2+(aq) + 2 Cl-(aq) Kelarutan s s 2s
y x x y x
y y
xB (s) xA (aq) yB (aq) Ksp [A ] [B ]
(32)
Maka : Ksp PbCl2 = [Pb2+] [Cl- ]2 = (s) (2s)2 = 4 s3
Contoh lain : AgBr(s) Ag+(aq) + Br-(aq) Kelarutan s s s
Ksp AgBr = [Ag+ ]([Br-] = (s) (s)
= s2 Maka :
Secara umum :
AxBy (s) x Ay+(aq) + y Bx-(aq) Kelarutan s x.s y.s Maka : Ksp AxBy = [Ay+ ]x [Bx- ]y
= (x.s) (y.s)y = xx . yy s(x+y)
x dan y adalah koefisien dari ion-ion. 4. Pengaruh Ion Senama dalam Kelarutan
Pengaruh penambahan ion senama mengakibatkan kelarutan zat akan berkurang. Makin besar jumlah ion senama, makin kecil kelarutan senyawa tersebut. Kelarutan CaC2O4 dalam air = 4,8.10-5 mol L-1, sedangkan kelarutan
3 4 ,s Ksp sehingga Ksp s y x y x
y
x
Ksp
s
)
(
)
(
(33)
CaC2O4 dalam CaCl2 0,15 M = 1,5.10-8 mol L-1. Kelarutan CaC2O4 dalam CaCl2 lebih kecil dibandingkan kelarutannya dalam air, sebab di dalam larutan terdapat ion Ca2+ yang berasal dari CaCl2. Reaksi yang terjadi pada larutan CaCl2 adalah:
CaC2O4(s) Ca2+(aq) + C2O42-(aq) CaCl2(aq) Ca2+(aq) + 2Cl-(aq)
Berdasarkan azas Le Chatelier, jika konsentrasi zat pada kesetimbangan diubah maka akan terjadi pergeseran kesetimbangan. Dalam hal ini adanya ion Ca2+ dari CaCl2 akan menyebabkan pergeseran kesetimbangan ke kiri atau ke arah CaC2O4(s), maka kelarutan CaC2O4 berkurang. Adanya ion Cl– tidak mempengaruhi berarti hanya ion yang sama saja yang mempengaruhi.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa ion senama akan memperkecil kelarutan. Akan tetapi, sebagaimana halnya kesetimbangan pada umumnya, ion senama tidak mempengaruhi harga tetapan hasil kali kelarutan selama suhu tidak berubah. 5. Hubungan Kelarutan dengan pH
Kelarutan senyawa elektrolit dapat diperbesar atau diperkecil dengan mengatur pH. Tingkat keasaman larutan (pH) dapat mempengaruhi kelarutan berbagai jenis zat. Suatu basa umumnya lebih larut dalam larutan yang bersifat asam, sebaliknya lebih sukar larut dalam larutan yang bersifat basa. Garam-garam yang berasal dari asam lemah akan lebih mudah larut dalam larutan yang bersifat asam kuat.
Kelarutan suatu zat dapat ditentukan dari harga Ksp zat tersebut. Sebaliknya, harga Ksp suatu zat dapat diperoleh dari kelarutan zat tersebut. Jika kelarutan suatu zat diketahui, maka sususna konsentrasi ion-ion zat tersebut dalam larutan
(34)
jenuhnya dapat ditentukan. Berarti, dengan mengetahui harga Ksp dari suatu zat, susunan konsentrasi ion-ion zat tersebut dalam larutan jenuhnya dapat ditentukan. Dengan demikian, pH larutan jenuhnya dapat ditentukan. Demikian juga sebaliknya, dengan mengetahui pH larutan jenuh suatu zat maka harga Ksp zat tersebut dapat ditentukan.
6. Reaksi Pengendapan
Ksp dapat digunakan sebagai tolak ukur memprediksi pengendapan zat dalam
larutan. Percampuran dua jenis larutan elektrolit ada yang dapat membentuk endapan dan ada juga yang tidak membentuk endapan, tergantung pada konsentrasi ion-ion dipangkatkan koefisiennya. Hal ini bisa dilakukan dengan cara membandingan Kspdengan Qc (hasil kali konsentrasi awal ion-ion dalam larutan).
Dalam proses yang kemungkinan membentuk endapan AxBy, dapat terjadi
tiga kemungkinan, yaitu :
a. Jika Qc AxBy > Ksp AxBy, percampuran menghasilkan endapan (larutan
lewat jenuh)
b. Jika Qc AxBy = Ksp AxBy, percampuran belum menghasilkan endapan
(larutan tepat jenuh atau akan mulai mengendap)
c. Jika Qc AxBy < Ksp AxBy, percampuran belum menghasilkan endapan
(larutan belum jenuh)
(35)
2.2
KAJIAN HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
Pada penelitian Asna et al., (2014: 129-140), menunjukkan bahwa metode
Two Stay Two Stray (TS-TS) menggunakan media LKS dilengkapi molymod, efektif terhadap prestasi belajar siswa. Prestasi siswa pada ranah kognitif dan ranah afektif untuk kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Penelitian Surianto & Nurkamto (2014: 2008), menyimpulkan bahwa Metode Two Stay Two Stray (TS-TS) membuat siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar dan pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Yusuf (2012: 11), penerapan pembelajaran kooperatif model TS-TS terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sedangkan untuk penerapan model TS-TS pada kompetensi dasar membangun komitmen bagi dirinya dan orang lain hasil angket yang menyatakan bahwa siswa senang dengan model pembelajaran TS-TS terutama ketika bekerja sama dalam kelompok yang bervariasi karena dapat memupuk rasa saling menyayangi, pernyataan ini mendapatkan respon paling tinggi dari siswa. Terlihat ketika penerapan belajar berkelompok, siswa tampak lebih berminat mengikuti kegiatan belajar saat berdiskusi dengan temannya sendiri.
Penelitian Imaduddin dan Utomo (2012: 63), menunjukkan metode mind mapping sangat efektif dalam meningkatkan prestasi belajar fisika. Tee T.K. et.al
(2014: 30), menyimpulkan bahwa mind mapping membantu siswa mengingat informasi, membantu siswa untuk meningkatkan pemikiran inovatif dan kreatif. Selain itu mind mapping efektif untuk menciptakan lingkungan belajar dimana siswa merasa berkeinginan untuk belajar. Penelitian Adodo (2013: 170), mind
(36)
mapping membantu untuk meningkatkan kinerja siswa dalam mengajar Basic Science and Technology (BST) dan harus digunakan di dalam kelas sebagai pendekatan yang lebih baik untuk mengajar.
2.3
KERANGKA BERPIKIR
Proses pada pembelajaran kimia siswa dituntut untuk memahami konsep, materi dan penerapannya dalam soal-soal yang guru berikan. Jika siswa dapat memahami konsep dan materi yang guru ajarkan maka hasil belajar yang diperoleh akan baik. Namun, kenyataannya hasil belajar yang diperoleh siswa masih rendah dan di bawah kriteria ketuntasan minimal. Hal ini disebabkan oleh kurangnya penggunaan variasi metode pembelajaran dalam penyampaian materi. Metode yang digunakan cenderung bersifat konvensional. Selain itu siswa cenderung belum berani bertanya dan mengemukakan pendapatnya.
Pembelajaran kimia mengggunakan metode Two Stay Two Stray (TS-TS) dengan membuat mind mapping merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerjasama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, saling mendorong untuk berani bertanya dan mengemukakan pendapat sehingga mendorong untuk berprestasi. Pada saat pembelajaran dibantu dengan pembuatan mind mapping. Hal ini bertujuan agar siswa lebih mudah mengingat dan memahami konsep dan materi. Konsep dan materi yang baru saja siswa peroleh langsung dibuat catatan berbentuk mind mapping sesuai kreativitas mereka masing-masing sehingga siswa lebih mudah dalam mengingat dan memahami rumus, konsep maupun materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Berdasarkan pemaparan diatas akan dilakukan penelitian
(37)
dengan menggunakan metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) dengan membuat mind mapping pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Kerangka berpikir disajikan pada Gambar 2.1.
(38)
Pembelajaran kimia di SMA Negeri 10 Semarang
Pembelajaran menggunakan metode
ceramah dan diskusi
Pembelajaran berpusat pada guru, kerjasama siswa rendah,
kurang berani bertanya
Mata pelajaran kimia dianggap sulit dan rumit
oleh sebagian siswa
Minat siswa dalam belajar rendah, sehingga hasil belajar
kimia rendah
Dilakukan penelitian
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran berpusat pada
siswa Pembelajaran menggunakan
metode Two Stay Two Stray
(TS-TS) dengan membuat
mind mapping
Pembelajaran menggunakan metode konvensional
Hasil belajar Hasil belajar
Dibandingkan
Ada pengaruh positif penggunaan metode Two Stay Two Stray (TS-TS) dengan membuat mind mapping
(39)
2.4
HIPOTESIS
Dalam penelitian ini peneliti merumuskan hipotesis bahwa:
Penerapan metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) dengan membuat mind mapping berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
(40)
26
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1
DESAIN PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif, dengan desain true experimental design berpola posttest-only control design
Berikut tabel desain penelitiannya:
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelas Perlakuan Keadaan Akhir
Eksperimen X T1
Kontrol Y T1
Keterangan:
X = Pembelajaran kimia menggunakan metode Two Stay Two Stray (TS-TS) dengan membuat mind mapping
Y = Pembelajaran kimia menggunakan metode konvensional T1 = Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi posttest
(Sugiyono, 2010: 113)
3.2
TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
3.2.1 Tempat Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian adalah SMA Negeri 10 Semarang dengan alamat di Jalan Padi Raya Nomer 16 Semarang.
(41)
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian di SMA Negeri 10 Semarang dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2014/2015.
3.3
POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian yang dilakukan adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 10 Semarang yang terdiri dari 4 kelas yaitu XI IPA 1 sampai XI IPA 4. Jumlah siswa kelas XI IPA antara lain sebagai berikut:
Tabel 3.2 Jumlah Kelas dan Siswa Kelas XI IPA
No Kelas Jumlah siswa
1 XI IPA 1 38 siswa
2 XI IPA 2 36 siswa
3 XI IPA 3 38 siswa
4 XI IPA 4 37 siswa
3.3.2 Sampel
Teknik sampel yang digunakan adalah teknik cluster random sampling. Sampel penelitian ini tidak menggunakan seluruh siswa kelas XI, tetapi hanya menggunakan sebagian siswa saja. Sebelum dilakukan pengambilan sampel, dipastikan bahwa seluruh populasi berdistribusi normal dan homogen. Setelah populasi diketahui berdistribusi normal dan homogen, diambil dua kelas sebagai sampel. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu XI IPA 1 dan satu kelas sebagai kelas kontrol yaitu XI IPA 4.
(42)
3.4
VARIABEL PENELITIAN
Variabel penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Sugiyono, 2012: 3). Variabel yang digunakan adalah sebagai berikut :
3.4.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian adalah metode pembelajaran. Pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) dengan membuat mind mapping pada kelas eksperimen dan pembelajaram konvensional pada kelas kontrol.
3.4.2 Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian adalah hasil belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan kelas XI.
3.4.3 Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian adalah kurikulum, materi, guru, bahan ajar, dan jumlah jam pelajaran yang sama.
3.5
INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 1. Lembar pengamatan ranah afektif
2. Lembar pengamatan ranah psikomotorik 3. Tes hasil belajar kognitif
(43)
3.6
METODE PENGUMPUL DATA
3.6.1. Metode ObservasiMetode observasi yang dilakukan mengenai pendataan gambaran umum lokasi penelitian dan kondisi pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar.
3.6.2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai daftar nama-nama siswa yang akan menjadi sampel dan responden dalam uji coba instrumen penelitian, dan daftar nilai ujian akhir semester gasal mata pelajaran kimia kelas XI IPA Negeri 10 semarang tahun ajaran 2014/2015.
3.6.3. Metode Tes
Metode tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yaitu melalui pelaksanaan posttest baik untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3.6.4. Metode Angket
Metode angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa tentang penerapan metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) dengan membuat
mind mapping.
3.7
TEKNIK ANALISIS DATA
3.7.1 Analisis Instrumen Penelitian
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi (1) validitas, (2) daya pembeda, (3) tingkat kesukaran, dan (4) reliabilitas.
(44)
3.7.1.1Validitas butir
Validitas butir dapat dihitung menggunakan rumus korelasi product moment yaitu sebagai berikut:
= ∑ − ∑ ∑
∑ 2− ∑ 2 ∑ 2− 2 Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara variabel dan variabel N = jumlah siswa
X = skor butir soal (item) Y = skor total butir soal
Kriteria untuk melihat valid atau tidaknya dibandingkan dengan harga r pada tabel product moment dengan taraf signifikan 5%, suatu butir dikatakan valid jika harga rxy > rtabel (Arikunto, 2013: 87). Hasil analisis validitas butir soal disajikan pada Tabel 4.3
3.7.1.2Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan siswa yang tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan. Untuk mengetahui besar kecilnya angka indeks diskriminasi item (daya beda) dapat digunakan rumus sebagai berikut :
= −
Keterangan :
DB = daya pembeda soal
BA = banyaknya siswa kelas atas yang menjawab benar BB = banyaknya siswa kelas bawah yang menjawab benar JA = banyaknya siswa pada kelas atas
(45)
Klasifikasi daya pembeda disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 3.3 Kriteria Daya Pembeda Soal
Interval Kriteria
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik
(Arikunto, 2013: 228) Hasil analisis daya beda butir soal disajikan pada Tabel 4.4
3.7.1.3Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Untuk mengetahui tingkat kesukaran dari suatu soal dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
=
Keterangan :
IK = indeks kesukaran
B = banyak siswa yang menjawab soal dengan benar Js = jumlah seluruh siswa peserta tes
Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal
Interval Kriteria
IK = 0,00 Sangat sukar
0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar 0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang 0,70 < IK < 1,00 Mudah
IK = 1,00 Sangat mudah
(Arikunto, 2013: 223) Hasil analisis indeks kesukaran butir soal disajikan pada Tabel 4.5
3.7.1.4Reliabilitas
Reliabilitas merupakan suatu ketetapan hasil tes. Instrumen dapat dikatakan reliabel apabila instrumen dengan ajeg memberikan data yang sesuai
(46)
dengan kenyataan (Arikunto, 2013: 100). Reliabilitas soal bentuk obyektif dihitung menggunakan rumus Kuder Richardson, yaitu KR-21.
11
=
−
1
(1
−
−
�
2)
Keterangan :
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan M = mean atau rerata skor
k = jumlah butir soal St2
=
varian skor totalSetelah r11yang dihasilkan dikonsultasikan dengan aturan penetapan reliabel yang disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.5 Kriteria Soal Uji Coba
Interval Kriteria
r ≤ 0,20 Sangat rendah
0,20 < r ≤ 0,40 Rendah 0,40 < r ≤ 0,70 Sedang 0,70 < r ≤ 0,90 Tinggi 0,90 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi
(Arikunto, 2013: 117) Hasil reliabilitas soal diperoleh harga r11 = 0,81. Nilai tersebut berada pada
interval 0,70 < r ≤ 0,90 yaitu dalam kategori tinggi. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13.
3.7.1.5Analisis Lembar Observasi
3.7.1.5.1Validitas lembar observasi
Instrumen lembar observasi meliputi lembar observasi penilaian afektif dan psikomotorik. Isi dari instrumen penilaian disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensinya. Validitas instrumen penilaian lembar observasi dilakukan oleh ahli yaitu dosen dan guru.
(47)
3.7.1.5.2Reliabilitas lembar observasi
Untuk mencari reliabilitas lembar observasi, digunakan rumus inter ratersreliability yaitu :
r11 =
Vp−Ve Vp +K−1 Ve Keterangan :
11 = reliabilitas instrumen Vp = varian person
Ve = varian error K = jumlah observer
Instrumen lembar observasi reliabel apabila r11 ≥ 0,7 (Mardapi, 2012: 88 – 89). Berdasarkan perhitungan reliabilitas lembar observasi afektif yang di muat pada Lampiran 25 diperoleh harga r11 = 0,89. Sedangkan reliabilitas lembar observasi psikomotorik pada Lampiran 28 diperoleh harga 0,70. Karena r11 ≥ 0,7 maka instrumen lembar observasi tersebut reliabel.
3.7.1.6Analisis Lembar Angket
3.7.1.6.1Validitas Lembar Angket
Lembar angket diuji validitas isi dengan menggunakan expert validity
yaitu validitas yang disesuaikan dengan kondisi siswa dan dikonsultasikan dan disetujui oleh ahli yaitu dosen dan guru.
(48)
3.7.1.6.2Reliabilitas Angket
Reliabilitas angket dapat dihitung menggunakan rumus α-Cronbach
yaitu:
11 = −
1 1−
Σ 2 2
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyak butir pertanyaan atau butir soal ∑Sb2 = jumlah varian skor butir
St2 = varian total
Instrumen angket tanggapan siswa dikatakan reliabel jika r11 ≥ 0,7 (Arikunto, 2013: 122). Berdasarkan hasil perhitungan yang di maut pada Lampiran 31 diperoleh harga r11 = 0,89. Karena r11 ≥ 0,7 maka instrumen lembar angket tersebut reliabel.
3.7.2 Analisis Data Awal
Analisis data tahap awal untuk mengetahui keadaan awal populasi. Pada analisis tahap awal digunakan uji normalitas dan uji homogenitas.
3.7.2.1Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji untuk mengetahui apakah data yang diperoleh terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini dengan rumus
(49)
2= ( − ) 2
=1
Keterangan :
x2 = chi kuadrat
Oi = frekuensi hasil pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan k = jumlah kelas interval Hipotesis yang diuji:
Ho : sebaran data populasi tidak berbeda dengan sebaran data normal Ha : sebaran data populasi berbeda dengan sebaran data normal
Nilai x2hitung yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan x2tabel dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan (dk) = k – 3. H0 diterima jika x2 hitung <
x2tabel, maka data berdistribusi normal atau sebaran data populasi tidak berbeda dengan sebaran data normal (Sudjana, 2005: 273).
3.7.2.2Uji Homogenitas
Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi berada pada homogenitas yang sama atau tidak. Uji Homogenitas dengan menggunakan uji Bartlett, dengan rumus :
2 = 10 { − ∑ log 2
Dengan 2 = ∑( −1) 2
∑( −1) = ( �
2) ∑( −1) Keterangan :
x2 = besar homogenitas
si2 = varian masing-masing kelas s = varian gabungan
ni = jumlah siswa dalam kelas B = koefisien Bartlett
(50)
Harga x2hitung yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan harga x2tabel dengan taraf signifikan = 5% dan derajat kebebasan (dk)= k-1.
Hipotesis yang diuji:
H0 : populasi memiliki varian yang tidak berbeda (homogen) Ha : populasi memiliki varian yang berbeda (tidak homogen)
Ho diterima jika nilai x2hitung<x2(1-α)(k-1). x2(1-α)(k-1) diperoleh dari distribusi chi kuadrat dengan peluang (1- α) dan derajat kebebasan (dk) k-1 (Sudjana, 2005: 263).
3.7.3 Analisis Data Akhir
Analisis data tahap akhir untuk menguji kedua kelas setelah mendapat perlakuan yang berbeda kemudian diberikan posttest yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.
3.7.3.1Uji Normalitas
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini dengan rumus Chi-kuadrat.
2= ( − )
2
=1
Keterangan:
x2 = chi kuadrat
Oi = frekuensi hasil pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan k = jumlah kelas interval
(51)
Hipotesis yang diuji:
H0 : sebaran data kelas eksperimen maupun kelas kontrol tidak berbeda dengan sebaran data normal
Ha : sebaran data kelas eksperimen maupun kelas kontrol berbeda dengan sebaran data normal
Nilai x2hitung yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan x2tabel dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan (dk)= k–3. H0 diterima jika x2hitung < x2tabel, maka data berdistribusi normal atau sebaran data populasi tidak berbeda dengan sebaran data normal (Sudjana, 2005: 273).
3.7.3.2Uji Kesamaan Dua Varian
Uji kesamaan dua varian untuk mengetahui kesamaan varian dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Hipotesis yang diajukan yaitu:
H0 : varian kedua kelas sampel tidak berbeda Ha : varian kedua kelas sampel berbeda Rumus yang digunakan sebagai berikut:
=
Kriteria H0 diterima, jika Fhitung < Ftabel, maka dapat dikatakan kedua kelas memiliki varian yang sama sehingga diuji dengan uji t. Jika Fhitung > Ftabel, maka dapat dikatakan kedua kelas memiliki varian yang berbeda sehingga diuji dengan uji t’ (Sudjana, 2005:250).
(52)
3.7.3.3Uji Perbedaan Rata-Rata
Uji hipotesis dilakukan dengan statistik satu pihak, yaitu uji rata-rata pihak kanan. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.
Berdasarkan uji kesamaan dua varian :
1. Jika dua kelas mempunyai varian tidak berbeda (S12 = S22) digunakan rumus
t. 2 1 1 1 2 1 n n s x x t
dengan 2 = 1−1 12+( 2−1 22 1+ 2−2
2. Jika dua kelas mempunyai varian yang berbeda (S12 ≠ S22) digunakan Rumus t’.
′ ℎ �=
2 1 x
x
�12 1
+ �22 2
Keterangan:
1
x = rata-rata nilai kelas eksperimen
2
x = rata-rata nilai kelas kontrol
2 1
s = varian data kelas eksperimen
2 2
s = varian data kelas kontrol
s2 = varian gabungan
n1 = jumlah siswa kelas eksperimen n2 = jumlah siswa kelas kontrol
(Sudjana, 2005: 238)
3.7.3.4Ketuntasan Belajar
Uji ketuntasan belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Keberhasilan kelas dapat dilihat dari sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut
(53)
telah mencapai KKM (Mulyasa, 2007: 254). Nilai KKM untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 77.
Rumus yang digunakan sebagai berikut:
% = ℎ � ≥77
ℎ 100%
3.7.3.5Uji Pengaruh antar Variabel
Rumus yang digunakan untuk pengaruh analisis antar variabel adalah:
= 1
x − x2 .
.�
Keterangan :
rb = koefisien biserial
1
x = rata-rata nilai hasil belajar kelas eksperimen
2
x = rata-rata nilai hasil belajar kelas kontrol
p = proporsi pengamatan pada kelas eksperimen = 1
1+ 2
q = proporsi pengamatan pada kelas kontrol = 1-p
u = tinggi ordinat luasan pada kurva normal yang luasnya = p Sy = simpangan baku untuk semua nilai dari kedua kelas Tingkat hubungan antar variabel dapat dilihat pada Tabel 3.6 Tabel 3.6 Pedoman Koefisien Korelasi Biserial Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat
(Sugiyono, 2010 : 216)
3.7.3.6Penentuan Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi adalah koefisisen yang menyatakan berapa persen (%) besarnya pengaruh metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) (Soeprodjo, 2014: 106)
(54)
dengan membuat mind mapping terhadap hasil belajar. Rumusnya secara umum adalah:
KD = rb2 x 100% Keterangan :
KD = koefisien determinasi
rb = indeks determinasi yang diperoleh dari harga rb koefisien biserial.
3.7.3.7Analisis Data Hasil Belajar Ranah Afektif dan Psikomotorik
Analisis data hasil belajar ranah afektif dan psikomotorik bertujuan untuk mengetahui nilai afektif dan psikomotorik siswa baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
Hasil pengamatan dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dianalisis secara deskriptif dengan rumus sebagai berikut:
= ℎ x 100 Kriteria hasil pengamatan siswa yaitu:
Tabel 3.7 Kriteria Rata-Rata Skor Afektif Siswa
Rentang Kriteria
23 – 28 18 - 22 13 - 17 7 – 12
Sangat baik Baik Cukup Kurang
Tabel 3.8 Kriteria Rata-Rata Skor Psikomotorik Siswa
Rentang Kriteria
17 – 20 13 - 16
9 - 12 5 - 8
Sangat baik Baik Cukup Kurang
(55)
Tiap aspek dari afektif dan psikomotorik siswa baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol dianalisis untuk mengetahui rata-rata tiap aspek dalam satu kelas. Rumus yang digunakan adalah:
Rata-rata tiap aspek = ℎ
ℎ
Skor rata-rata tiap aspek dalam penilaian afektif dan psikomotorik dapat dilihat pada Tabel 3.9
Tabel 3.9 Kriteria Rata-Rata Skor Tiap Aspek Afektif dan Psikomotorik
Rata-Rata Kriteria
3,28 – 4,00 2,52 – 3,27 1,76 – 2,51 1,00 - 1,75
Sangat baik Baik Cukup Kurang
(Sugiyono, 2010: 137)
3.7.3.8Analisis Data Angket
Angket yang digunakan untuk mengukur tanggapan siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) dengan membuat mind mapping. Analisis data angket menggunakan skala
Likert, dengan pilihan tanggapan TS (Tidak Setuju), KS (Kurang Setuju), S (setuju) dan SS (sangat setuju). Dengan skor untuk TS = 1, KS = 2, S = 3, dan SS = 4. Kriteria hasil angket tanggapan siswa sebagai berikut:
Tabel 3.10 Kriteria Lembar Angket Tanggapan Siswa
Rentang Kriteria
43 – 52 33 - 42 23 - 32 13 – 22
Sangat baik Baik Cukup Kurang
(56)
Tiap aspek dari angket tanggapan siswa baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol dianalisis untuk mengetahui rata-rata tiap aspek dalam satu kelas. Rumus yang digunakan adalah:
Rata-rata tiap aspek = ℎ
ℎ
Skor rata-rata tiap aspek dalam penilaian angket tanggapan siswa dapat dilihat pada Tabel 3.11
Tabel 3.11 Kriteria Rata-Rata Skor Tiap Aspek Angket Tanggapan Siswa
Rata-Rata Kriteria
3,28 – 4,00 2,52 – 3,27 1,76 – 2,51 1,00 - 1,75
Sangat baik Baik Cukup Kurang
(57)
43
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan pengumpulan data dan penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 10 Semarang dilakukan analisis data untuk mengetahui hasil penelitian. Analisis data yang dilakukan yaitu analisis data awal dan analisis data akhir. Hal tersebut akan menghasilkan simpulan apakah hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima.
4.1.1 Hasil Analisis Data Tahap Awal
Hasil analisis data tahap awal digunakan untuk mengetahui keadaan awal populasi. Data yang digunakan untuk analisis tahap awal diambil dari nilai Ulangan Semester Gasal Kimia kelas XI IPA pada tahun ajaran 2014/2015. Pada analisis tahap awal digunakan uji normalitas dan uji homogenitas.
Tabel 4.1 Data Awal Populasi
Kelas N Rata-rata SD Skor
Tertinggi
Skor Terendah
XI IPA 1 38 79,11 9,46 95 51
XI IPA 2 36 75,17 12,41 95 45
XI IPA 3 XI IPA 4
38 37
75,11 80,73
12,88 8,81
95 96
50 62
(Sumber: Administrasi kesiswaan SMA Negeri 10 Semarang tahun pelajaran 2014/2015).
(58)
4.1.1.1Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh terdistribusi normal atau tidak, dan untuk menentukan uji selanjutnya memakai uji statistik parametrik atau non parametrik. Jika data berdistribusi normal maka perhitungan selanjutnya menggunakan uji parametrik, sedangkan apabila data tidak berdistribusi normal maka perhitungan menggunakan uji non parametrik. Uji normalitas menggunakan uji chi-kuadrat.
Kriteria pengujiannya jika x2 hitung < x2tabel , maka data berdistribusi normal (sebaran data populasi tidak berbeda dengan sebaran data normal). Hasil perhitungan uji normalitas data tahap awal dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Awal No. Kelas χ2hitung χ2tabel Kriteria
1 XI IPA 1 3,88 7,81 Berdistribusi normal 2 XI IPA 2 4,11 7,81 Berdistribusi normal 3
4
XI IPA 3 XI IPA 4
6,03 6,08
7,81 7,81
Berdistribusi normal Berdistribusi normal (Sumber: olah data hasil penelitian)
Berdasarkan hasil analisis tersebut dipeoleh x2 hitung untuk tiap kelas kurang dari x2tabel dengan dk dan α masing-masing sebesar 5% yaitu 7,81, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua kelas berdistribusi normal atau sebaran data populasi tidak berbeda dengan sebaran data normal, uji statistika yang digunakan selanjutnya adalah uji statistik parametrik. Perhitungan uji normalitas data tahap awal terdapat pada Lampiran 15.
4.1.1.2Hasil Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi berada dalam homogenitas yang sama atau tidak, dan untuk mengetahui bagaimana cara
(59)
pengambilan sampel dari populasi yang dapat dilakukan secara cluster random sampling atau tidak. Uji homogenitas menggunakan uji Bartlett. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh x2hitung dan x2tabel sebesar 7,76 dan 7,81 dengan dk dan α sebsar 3 dan 5%, sehingga diperoleh x2hitung < x2tabel. Hal tersebut menunjukkan bahwa populasi memiliki varian yang tidak berbeda, sehingga pengambilan sampel dapat dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Perhitungan uji homogenitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16.
4.1.1.3Hasil Uji Coba Soal
4.1.1.3.1 Validitas Butir
Berdasarkan data hasil uji coba soal, diperoleh data untuk validitas soal seperti pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Analisis Validitas Uji Coba Soal
Kriteria Nomor Soal Uji Coba
Valid 1, 2, 5, 7, 9, 14, 15, 18, 21,22, 23, 25, 27, 29, 31, 33, 34, 35, 37, 38, 40, 42, 43, 44, 45, 47, 49, 50
Tidak Valid 3, 4, 6, 8, 10, 11, 12, 13, 16, 17, 19, 20, 24, 26, 28, 30, 32, 36, 39, 41, 46, 48
Perhitungan untuk validitas soal uji coba selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 10.
4.1.1.3.2 Daya Pembeda
Berdasarkan data hasil uji coba soal, diperoleh data untuk daya pembeda soal seperti pada Tabel 4.4.
(60)
Tabel 4.4 Hasil analisis daya beda butir soal
Interval Kriteria
Jelek 1, 4, 6, 8, 10, 12, 13,14, 16, 17, 18, 19, 20, 26, 28, 30, 36, 39, 40, 41, 45, 46, 48
Cukup 2, 3, 5, 9, 11, 15, 21, 22, 27, 29, 31, 32, 33, 35, 37, 42, 44, 47, 49, 50
Baik 7, 23, 24, 34, 38, 43
Sangat baik 25
Perhitungan untuk daya pembeda soal uji coba selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 11.
4.1.1.3.3 Tingkat Kesukaran
Berdasarkan data hasil uji coba soal, diperoleh data untuk tingkat kesukaran soal seperti pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil analisis indeks kesukaran butir soal Interval Kriteria
Sangat sukar -
Sukar 3, 11, 21, 29, 30, 31, 42, 44
Sedang 2, 5, 7, 9, 17, 19, 23, 25, 26, 27, 28, 34, 38, 39, 40, 41, 49
Mudah 1, 4, 6, 8, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 20, 22, 24, 32, 33, 35, 36, 37, 43, 45, 46, 47, 48, 50 Sangat mudah -
Perhitungan untuk validitas soal uji coba selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 12.
4.1.1.3.4 Reliabilitas
Hasil reliabilitas soal diperoleh harga r11 sebesar 0,81. Nilai tersebut berada pada interval 0,70 < r ≤ 0,90 yaitu dalam kategori tinggi. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13.
(61)
4.1.2 Hasil Analisis Data Tahap Akhir
Analisis data tahap akhir bertujuan untuk menjawab hipotesis yang telah diajukan. Data yang digunakan adalah data hasil belajar siswa, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Uji yang dilakukan adalah uji normalitas, uji kesamaan dua varian, uji perbedaan rata-rata, uji ketuntasan belajar, uji pengaruh antar variabel, penentuan koefisien determinasi, analisis nilai ranah afektif, psikomotorik dan angket. Hasil analisis nilai posttest yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.6 Data Nilai Posttest
Kelas N
Rata-rata SD
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Eksperimen 37 85,73 10,31 100 56
Kontrol 37 76,49 8,42 88 56
4.1.2.1Hasil Uji Normalitas
Hasil uji normalitas data nilai posttest dapat dilihat pada Tabel 4.7 Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data Nilai Posttest
Kelas ��hitung DK ��tabel Kriteria
Eksperimen 6,99 3 7,81 Berdistribusi Normal
Kontrol 6,81 3 7,81 Berdistribusi Normal
Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh hasil x2 hitung kurang dari untuk setiap data x2tabel maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal (sebaran data populasi tidak berbeda dengan sebaran data normal), oleh karena itu analisis selanjutnya menggunakan uji statistik parametrik. Perhitungan uji normalitas data tahap akhir terdapat pada Lampiran 19.
(62)
4.1.2.2Hasil Uji Kesamaan Dua Varian
Uji kesamaan dua varian digunakan untuk mengetahui kesamaan varian dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil analisis perhitungan uji kesamaan dua varian data posttest data dilihat pada Tabel 4.8
Tabel 4.8 Hasil Uji Kesamaan Dua Varian Data Nilai Posttest
Kelas N Varian Fhitung Ftabel Kriteria
Eksperimen 37 106,26
1,497 1,940 Varian tidak berbeda
Kontrol 37 70,98
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa data posttest pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol mempunyai varian yang sama pada taraf signifikasi 5% dan diperoleh Fhitung sebesar 1,497 kurang dari Ftabel 1,940. Perhitungan uji kesamaan dua varian terdapat pada Lampiran 20.
4.1.2.3Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata
Uji perbedaan rata-rata menggunakan satu pihak kanan, uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah rata-rata nilai siswa kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Berdasarkan uji kesamaan dua varian menunjukkan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varian yang tidak berbeda sehingga menggunakan rumus t.
(63)
Tabel 4.9 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Satu Pihak Kanan
Kelas N
Rata-Rata
DK thitung ttabel Kriteria
Eksperimen 37 85,73
72 4,22 1,99
Rata-rata nilai kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol
Kontrol 37 76,49
Pada perhitungan uji perbedaan rata-rata satu pihak kanan diperoleh thitung lebih dari ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 21.
4.1.2.4Ketuntasan Belajar
Perhitungan ketuntasan belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Persentase ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 4.10
Tabel 4.10 Hasil Ketuntasan Belajar
Kelas N
Rata-Rata Siswa Tuntas Siswa tidak tuntas
Persentase Kriteria
Eksperimen 37 85,73 32 5
20
86% 46%
Tuntas Tidak Tuntas
Kontrol 37 76,49 17
Berdasarkan perhitungan tersebut, kelompok eksperimen sudah mencapai ketuntasan belajar karena persentase keberhasilan kelas sebesar 86%, lebih dari 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas. Sedangkan pada kelas kontrol persentase keberhasilan kelas sebesar 46% yang berarti kelas belum mencapai ketuntasan belajar. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22.
(64)
4.1.2.5Hasil Uji Pengaruh Antar Variabel
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) dengan membuat mind mapping. Variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Untuk menentukan besarnya pengaruh metode pembelajaran TS-TS dengan membuat
mind mapping terhadap hasil belajar digunakan koefisien korelasi biserial.
Berdasarkan data diperoleh besarnya x1 = 85,73; x2= 76,49; Sy = 10,44; p = 0,50; q = 0,50 dan u = 0.3988, sehingga dari hasil perhitungan diperoleh besarnya koefisien korelasi biserial sebesar 0,62 dengan dikategorikan kuat. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23.
4.1.2.6Hasil Penentuan Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi adalah koefisisen yang menyatakan berapa persen (%) besarnya pengaruh metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) dengan membuat mind mapping terhadap hasil belajar.
Berdasarkan perhitungan diperoleh besarnya koefisien korelasi biserial hasil belajar (rb) sebesar 0,62, sehingga besarnya koefisien determinasi (KD) adalah 37,89 %. Jadi, besarnya pengaruh penerapan metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) dengan membuat mind mapping terhadap hasil belajar materi kelarutan dan hasil kali kelarutan adalah sebesar 37, 89 %.
(65)
4.1.3 Hasil Analisis Deskriptif Hasil Belajar Ranah Afektif, Ranah Psikomotorik dan Angket
4.1.3.1Hasil Analisis Deskriptif Hasil Belajar Ranah Afektif
Penilaian dilakukan dengan menilai afektif (sikap) siswa selama kegiatan belajar mengajar di kelas. Berdasarkan data dari observasi yang dilakukan selama pembelajaran dengan menggunakan instrumen berupa lembar observasi ranah afektif, diperoleh hasil rata-rata skor ranah afektif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol serta kategorinya yang tersaji pada Tabel 4.11
Tabel 4.11 Rata-Rata Nilai Ranah Afektif pada Kelas Eksperimen dan Kontrol
No Aspek
Kelas eksperimen Kelas kontrol Nilai
rerata
Kriteria Nilai rerata
Kriteria 1 Kehadiran di kelas 4 Sangat baik 4 Sangat baik 2 a. Kedisiplinan waktu 3,89 Sangat baik 3,84 Sangat baik
3 Kerjasama 3,51 Sangat baik 3,11 Baik
4 Tanggung jawab 3,32 Sangat baik 3,22 Baik
5 Perhatian mengikuti pelajaran
3,13 Baik 3,11 Baik
6 7
Keaktifan bertanya dan menjawab pertanyaan Menghargai pendapat orang lain 3,13 3,08 Baik Baik 3,00 3,05 Baik Baik
Berdasarkan pada Tabel 4.11 dapat disimpulkan bahwa dari tujuh aspek, skor rata-rata tiap aspek ranah afektif kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Perbandingan skor rata-rata tiap aspek ranah afektif antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tersaji dalam Gambar 4.1
(66)
Gambar 4.1 Perbandingan Rata-Rata skor tiap Aspek Ranah Afektif
Hasil perhitungan jumlah skor kelas juga menunjukkan bahwa jumlah skor ranah afektif siswa kelas eksperimen (24,08) lebih baik daripada kelas kontrol (23,32). Kedua kelas tersebut dinyatakan tuntas dengan kriteria sangat tinggi. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 26.
4.1.3.2Hasil Analisis Deskriptif Hasil Belajar Ranah Psikomotorik
Penilaian dilakukan dengan menilai psikomotorik (keterampilan) siswa selama kegiatan praktikum di laboratorium. Berdasarkan data dari observasi yang dilakukan selama pembelajaran dengan menggunakan instrumen berupa lembar observasi psikomotorik, diperoleh hasil rata-rata skor tiap aspek ranah psikomotorik siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol serta kategorinya yang tersaji pada Tabel 4.12
0 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 6 7
rata
-r
ata
sko
r
aspek
Perbandingan Rata-Rata Skor tiap Aspek
Ranah Afektif
kelas eksperimen kelas kontrol
(1)
Lampiran 32. Analisis Lembar Angket Tanggapan Siswa
Analisis Lembar Angket Tanggapan Siswa terhadap Metode Pembelajaran
Responden Skor tiap pernyataan Jumlah Skor(%) kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42 80,77 Baik
2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 75 Baik
3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 37 71,15 Baik
4 3 3 2 2 3 2 3 4 1 3 2 2 1 31 59,62 cukup
5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 75 Baik
6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 75 Baik
7 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 46 88,46 Sangat Baik
8 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 42 80,77 Baik
9 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 41 78,85 Baik
10 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 46 88,46 Sangat Baik
11 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 36 69,23 Baik
12 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 41 78,85 Baik
13 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 43 82,69 Sangat Baik
14 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 35 67,31 Baik
15 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 40 76,92 Baik
16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 37 71,15 Baik
17 3 4 3 3 2 2 3 4 4 3 4 4 4 43 82,69 Sangat Baik
18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 40 76,92 Baik
19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 75 Baik
20 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 36 69,23 Baik
21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 75 Baik
22 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 42 80,77 Baik
23 4 4 2 3 3 4 2 3 3 3 4 4 4 43 82,69 Sangat Baik
24 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 49 94,23 Sangat Baik
25 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 40 76,92 Baik
26 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 45 86,54 Sangat Baik
27 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 50 96,15 Sangat Baik
28 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 44 84,62 Sangat Baik
29 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 45 86,54 Sangat Baik
30 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 75 Baik
31 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 75 Baik
32 3 4 4 3 4 4 4 3 4 2 4 4 4 47 90,38 Sangat Baik
33 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 50 96,15 Sangat Baik
34 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 44 84,62 Sangat Baik
35 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52 100 Sangat Baik
36 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 38 73,08 Baik
37 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 37 71,15 Baik
Jumlah 120 120 120 115 114 113 120 120 117 113 119 119 125 1535 Rerata 3,243 3,2 3,24 3,108 3,1 3,054 3,24 3,24 3,16 3,054 3,22 3,216 3,378
Kriteria Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Sangat Baik
∑x 120 120 120 115 114 113 120 120 117 113 119 119 125
∑x² 396 398 400 371 360 355 398 396 381 355 397 397 437
(2)
(3)
Lampiran 34. Dokumentasi
Kelas Eksperimen
Suasana posttest
Suasana praktikum
Suasana pembelajaran
(4)
Kelas Kontrol
Suasana pembelajaran
(5)
(6)