22
BAB II GAMBARAN UMUM KEDAI KOPI
2.1. Sejarah Kedai Kopi
Kedai kopi pertama di dunia yang tercatat diketahui muncul pada 1475. Kedai kopi ini bernama Kiva Han dan berada di Kota Konstantinopel sekarang
Istanbul Turki. Kedai kopi ini diketahui menjadi coffee shop pertama yang buka dan melayani pengunjungnya dengan kopi khas Turki. Pada masa itu, kopi adalah
unsur penting dalam kebudayaan Turki. Sangkin pentingnya bahkan ada hukum yang mengatakan jika seorang suami tidak memberikan pasokan kopi yang cukup
untuk istrinya, maka istrinya berhak menceraikan sang suami. Kopi di Turki ini disajikan kuat, hitam dan tanpa filter. Orang-orang Turki gemar menikmati kopi
mereka dengan memasaknya dengan ibrik
pot ala Turki. Budaya minum kopi seperti ini masih diterapkan di Turki hingga sekarang
http:warungkopishop.blogspot.co.id201302sejarah-coffee-shop.html Ide untuk menambah cita rasa kopi dengan cream dan pemanis, menjadi
trend di Eropa sekitar tahun 1529, setelah kedai kopi pertama didirikan di Eropa. Vienna pernah diinvasi oleh pasukan Turki, yang meninggalkan berkarung-karung
kopi ketika mereka kalah dan kemudian melarikan diri dari kota itu. Franz Georg Kolschitzky mengklaim kopi tersebut sebagai rampasan perang, dan membuka
sebuah kedai kopi. Sebenarnya, dia pernah tinggal di Turki dan satu-satunya orang yang menyadari nilai sesungguhnya dari biji-bijian ini. Dia memperkenalkan ide
untuk menyaring kopi, sebagaimana memperhalus cita rasa minuman kopi dengan susu dan gula. Minuman ini dengan cepat menjadi hit, dan ketika kedai kopi juga
Universitas Sumatera Utara
23
mulai menjual kue-kue manis dan penganan yang lain, popularitasnya meledak. Keberadaan kopi terus menyebar, dengan kedai kopi pertama dibuka di
daratan Britania pada tahun 1652. Meskipun popularitasnya terus bertambah di Eropa, ide membuka kedai kopi sampai di Inggris langsung dari Turki. Pedagang
Inggris yang meniagakan barang-barang Turki termasuk kopi memiliki dua orang pelayan yang kemudian memisahkan diri, untuk masuk ke bisnis mereka
sendiri. Kedai kopi “The Turk’s Head” akhirnya lahir. Di kedai kopi Inggrislah kata “tips” pertama kali digunakan dalam artian
gratifikasi. Sebuah toples dengan tulisan “Guna menjamin servis yang cepat” diletakkan di meja counter. Orang-orang memasukkan koin ke toples itu untuk
dapat dilayani dengan cepat. Orang Inggris menamakan kedai kopi mereka “penny university”
Universitas Duit karena harga kopi yang memang mahal saat itu dan banyaknya bisnis kelas atas didirikan di sini. Pada kenyataannya, sebuah kedai kopi kecil
yang dijalankan oleh Edward Lloyd pada tahun 1668 adalah contoh sejati, sampai sekarang bisnis tersebut masih berjalan sebagai perusahaan insuransi Lloyd’s of
London. Dari Inggris, ide ini terus tersebar di Eropa. Italia di tahun 1654 dan kemudian Paris di tahun 1672, sedangkan Jerman mendirikan kedai kopi pertama
di tahun 1673. Ketika masa kolonialisasi Amerika, kedai kopi secara cepat ikut menyebar.
Aturan kedai kopi di Amerika sama dengan kedai-kedai di Inggris: tempat berkumpulnya komunitas bisnis. The Tontine Line Coffee House 1792 di New
York adalah lokasi asli New York Stock Exchange, karena dari dulu sangat banyak kegiatan bisnis dijalankan di sini.
Universitas Sumatera Utara
24
Sampai saat itu, kedai kopi masih menyajikan kopi seduh tradisional. Kemudian muncullah espresso. Pada tahun 1946, Gaggia menciptakan mesin
membuat espresso komersil yang jauh lebih mudah dan aman digunakan dibandingkan model-model awal. Kedai kopi Gaggia, di Italia, adalah lokasi
pertama yang menggunakan mesin ini dan menawarkan espresso disamping kopi seduh tradisional. Era modern kedai kopi telah dimulai.
Tentu saja, kedai kopi oldies tidak harus dibingungkan dengan kedai kopi yang muncul pada dekade baru-baru ini. Yang sebenarnya adalah restaurant yang
melayani menu makanan berat, disamping kopi. Tim Horton merupakan contoh yang bagus untuk kedai kopi yang populer, yang selain menyajikan berbagai
macam makanan berat, mereka terkenal di berbagai negara untuk kopi mereka yang nikmat. Tapi, ini tidak dapat diklasifikasikan sebagai kedai kopi karena
mereka tidak menyediakan espresso atau minuman lain yang berbahan dasar espresso.
Kita tidak mungkin dapat melupakan apa yang paling terkenal dan memiliki jaringan sangat luas dibanding kedai kopi yang lain, Starbucks. Mereka
membuka counter mereka yang pertama pada 1971 di Seattle dan kini telah membanjiri dunia di 8.000 lokasi. Bagaimanapun, baik kita lebih suka nongkrong
di kedai kopi yang jaringannya tersebar luas seantero dunia atau kedai kopi lokal yang bersahaja; kita telah melangkah melewati sejarah panjang kopi setiap kali
kita mengunjungi kedai kopi untuk secangkir latte.
Sejarah kedai kopi Medan tidak akan lepas dari keberadaan Kedai Kopi Apek di Jl. Hindu Medan. Berdiri sejak 1922 itu, kedai kopi ini tidak banyak
berubah. Masih menggunakan bangunan tua sejak ia berdiri. Begitu juga dengan
Universitas Sumatera Utara
25
sajiannya: kopi robusta Sumatra dipadu dengan roti bakar diolesi srikaya dan telur ayam kampung setengah matang. Semuanya menjadi satu ciri khas dan keunikan
salah satu kedai kopi tertua di Medan ini. http:kopibrik.comkedai-kopi-apek- legenda-kedai-kopi-medan-sejak-1922.
Kedai kopi di Indonesia sebelumnya identik dengan kedai kecil sederhana, dengan menu khas kopi tubruk dengan sajian pendamping roti. Kedai kopi di
Indonesia juga memiliki kekhasan yaitu menjadi tempat kaum lelaki atau bapak- bapak untuk minum-minum, berkumpul, berbincang, dan bersenda gurau. Kedai
kecil sederhana ini menghadirkan beragam cerita dibaliknya. Tidak hanya tentang meminum kopi dan melepas lelah tapi juga tentang interaksi dan berbagi
informasi. Tidak heran jika selalu saja kedai kopi memiliki pengunjung yang setia. Siang yang terik dan malam yang dingin tidak menjadi alasan untuk kedai
kopi ini sepi. Karena didalam kedai akan terasa hangat. Hangat kedai kopi tersebut tergambar dari hangat kopi yang disajikan serta obrolan yang berjalan.
Senda gurau, perkataan tajam yang tidak jarang menuding dengan sangat kritis menjadi pemandangan yang biasa. Kedai kopi selalu menjadi wadah untuk semua
ekspresi, semua bentuk gaya hidup dan semua bentuk topik pembicaraan. Semua dapat dibahas dalam satu meja, walaupun hadir konflik - konflik kecil didalam
perbincangannya. Perkataan tajam yang tersaji di kedai kopi tidak kalah dengan debat - debat
yang terjadi pada wakil rakyat. Tidak jarang tuding menuding itu saling menunjuk, memukul meja tanda tidak setuju dengan ungkapan lawan bicaranya.
Hal ini berjalan alot sampai memaki dan lain sebagainya. Namun debat tajam itu tidak pernah sampai membuat keributan seperti pukul pukulan. Hal ini sama sama
Universitas Sumatera Utara
26
disadari bahwa ini hanya obrolan kedai kopi, obrolan yang pada dasarnya selingan sebagai ekspresi rasa kecewa, senang dan lain sebagainya.
Masyarakat yang menjadikan kedai kopi tradisional ini umumnya adalah masyarakat - masyarakat kebanyakan di Indonesia rata - rata lelaki paruh baya dan
anak muda melengkapi bangku-bangku yang ada di kedai kopi . Dari supir angkot, tukang becak , buruh bangunan, hingga PNS serta tokoh masyarakat dan profesi
yang lainnya membuat kedai kopi tidak akan mati di makan usia. Kegiatan yang mereka lakukan di kedai kopi tersebut biasanya menghabiskan waktu dengan
minum kopi, berbincang-bincang, bermain kartu dan kumpul-kumpul. Hal menarik disini, wanitaibu-ibu jarang terlibat dalam kumpul-kumpul di sini, dan
kedai kopi memang identik dengan tempat “hang out”nya para bapak-bapak dan kaum lelaki.
Padang bulan dengan kompleksitas masyarakat yang tinggal tidak dapat dipisahkan dengan tumbuh kembangnya kedai kopi disetiap sudut daerahnya.
Terdapat puluhan kedai kopi disekitar perumahan yang didirikan, baik itu dipinggir jalan, didepan gang, disudut sempit, dipinggir lapangan, dipinggir
sungai dan lain sebagainya. Keberadaan kedai kopi di padang bulan ini sesuai dengan kebutuhan
masyarakatnya terkhusus kaum lelaki. Kaum lelaki di daerah ini membutuhkan tempat nongkrong, tempat meluapkan masalah dan berbagi dengan yang lainnya.
Bahkan tidak jarang kedai kopi menjadi pengikat komunikasi antara dua tetangga yang jarang saling bertegur sapa.
Kemajemukan etnis dari Jawa , Karo , Toba , Aceh , dan Minang yang ada di padang bulan ini tidak menghambat berkembangnya kedai kopi. Sebaliknya
Universitas Sumatera Utara
27
dengan majemuknya etnis di Padang Bulan justru membuat harmonis dalam kedai kopi, dimana obrolan yang terjadi melewati batasan etnis sehingga terlihat kondisi
yang setara dan tidak ada etnis dominan. Semua duduk bersama semua berbicara dengan topik yang sama meski dengan sudut pandang yang berbeda yang justru
memperlihatkan dinamika dari obrolan di kedai kopi.
Kedai Kopi Apek didirikan oleh orangtua Apek, Thia A Kee dan Khi Lang Kiao dan bertahan hingga hampir seabad, telah membuat kedai kopi ini menjadi
salah satu ikon kota Medan. Kedai kopi ini berlokasi di kawasan Kesawan, kawasan inti kota Medan yang pernah dijuluki sebagai kota Paris Van
Sumatra.Orang - orang yang datang ke sini bukan hanya penikmat kopi sejati yang ingin menikmati cita rasa kopi Sumatra Utara, dari Sidikalang dan Lintongnihuta.
Tapi, juga untuk menikmati sebuah atmosfer kota tua. Kedai kopi ini menjadi tempat alternatif selain Tip Top untuk bernostalgia tentang Medan tempo dulu.
Kalau dibilang kedai kopi paling tua di Medan, mungkin saja. Karena, kedai kopi ini sudah berdiri sejak tahun 1922, sejak jaman kakek saya,” jelas Suyanti, putri
Apek generasi ketiga penerus usaha kedai kopi kopi itu.
Apek, 89 tahun, yang memiliki nama lengkap Thaia Tjo Lie, masih menjaga keaslian kedai kopi yang didirikannya bersama istrinya, Lee King Lien,
83 tahun. Catatan redaksi: Apek sudah meninggal pada tahun 2012, disusul istrinya di tahun yang sama. Bangunan tua berlantai dua itu masih kokoh meski
sudah mengalami renovasi di beberapa sudut, misalnya tempat menyeduh kopi yang sudah menggunakan alas marmer. Namun, kursi-kursi dan beberapa meja
kayu tua masih terawat dan kondisinya masih kuat. Beberapa asesoris di kedai
Universitas Sumatera Utara
28
kopi seluas 4×5 meter itu pun masih terawat baik, termasuk jam dinding tua yang masih tetap berputar.
Tiap bangun pagi, yang pertama dipastikan bapak, jam dinding itu. Apakah masih berputar atau tidak,” ujar Suyanti. Jam dinding klasik manual tanpa
baterai itu memang masih berputar seiring tetap hidupnya Kedai Kopi Apek. Jam itu sudah dipajang di sana sejak kedai kopi itu dibuka pertama kali. Cita rasa kopi
yang disajikan pun masih sama seperti sedia kala. Kopi robusta diseduh dengan air mendidih ke cangkir tanah liat yang tampaknya sudah sangat tua. “Dari dulu
takaran kopi dan rasanya tetap sama,” jelas Suyanti tanpa menjelaskan lebih detail. “Yang penting rasanya tetap dijaga. Mungkin karena itulah orang tetap
betah datang kemari,” sambungnya.
Selain kopi, Kedai Kopi juga menyediakan teh. Yang membedakannya lagi ialah, roti bakar keju dan selai buatan sendiri. Roti ini menjadi sarapan wajib
bagi para pengunjung yang tak ingin makanan berat, seperti mie goreng, kwetiaw dan makanan sejenisnya yang dijual tak jauh dari lokasi Kedai Kopi Apek. Kedai
Apek menjadi sebuah saksi bisu tentang Medan. Seperti dikisahkan Suyanti, yang mendapatkan cerita dari sang ayah, sejak masa pemerintah Belanda, Kedai Apek
telah menjadi tempat di mana warga kota bersosialisasi.
Tak hanya pedagang-pedagang Cina, tapi juga pribumi, jelasnya. Sampai kini, atmosfer serupa masih tetap bisa dirasakan. Orang-orang yang datang ke sini
adalah orang yang dari kota sama. Kedai Kopi Apek merupakan salah satu legenda kopi Medan yang populer itu. Harum kopinya kian merebak kemana-
mana.
Universitas Sumatera Utara
29
Foto 1. Kedai Kopi Apek di Jalan Hindu Medan
Universitas Sumatera Utara
30
2.2. Gambaran Umum Kedai Kopi di Ngumban Surbakti 2.2.1. Jam Kerja dan Pelayanan