Obrolan Seputar Tugas Kuliah

78 Ngopi sendiri memiliki makna dibalik istilahnya. Makna tersebut disepakati bahkan - benar benar dipahami para pengunjung maupun pemilik kedai kopi. Ngopi memiliki makna “ngobrol sambil minum kopi”. Sebuah makna yang sederhana, dimana setiap tegukan kopi harus diselingi dengan obrolan - obrolan yang tentunya tidak kalah hangat dengan kopi yang diminum. Banyak sekali obrolan - obrolan yang terjadi di kedai kopi, tidak hanya itu permainan seperti catur dan dam batu menjadi tambahan yang ada di kedai kopi. Obrolan tersebut coba di klasifikasikan dalam beberapa topik yang paling sering dibahas. Topik - topik tersebut adalah tentang politik, ekonomi, tentang kehidupan pribadi dan olahraga khususnya sepakbola. Topik topik ini dideskripsikan selanjutnya.

4.3. Obrolan Seputar Tugas Kuliah

Setelah selesai menyelesaikan mata kuliah dikampus, biasanya para mahasiswa melanjutkan obrolannya di suaatu tempat. Biasanya para mahasiswa merasakan penat karena suntuk seharian dikampus. Para mahasiswa merasakan makin bodoh atau emang mata kuliahnya jadi semakin susah untuk dicerna di otak, hati, dan usus tapi serius mahasiswa benar-benar kelelahan dan keteteran untuk mengikuti materi perkuliahan semester ini. Dengan tuntutan proposal yang harus selesai semester ini. Efeknya setiap habis mengikuti kuliah suatu mata kuliah tertentu bawaannya badan lemes luar biasa, kepala pusing tujuh ratus keliling, maag kumat, dan gejala-gejala keletihan yang lain. Beruntungnya atau sialnya lagi nih mayoritas para dosen pengajar mata kuliah beneran seperti habis dicharge full tenaganya saat memberikan materi Universitas Sumatera Utara 79 perkuliahan jadi bayangkan saja harus duduk manis full 2 sks 2 jam mendengarkan para dosen berceramah dan mengajar tanpa diberi kesempatan istirahat sejenak. Melihat jadwal kuliah sih sebenarnya jadwal kuliah para mahasiswa malah agak free dibandingkan semester-semester lalu. Para mahasiswa yang kuliah sehari paling banyak 5 mata kuliah dan kadang-kadang cuma 1 matakuliah setelah itu bisa langsung pulang ke ke rumah atau kos masing - masing. Tapi pulang ke rumah pun bawaannya horror karena membawa tugas yang melimpah dari para dosen. Bagi mahasiswa, mata kuliah yang paling berat di antara mata kuliah - mata kuliah yang lain di semester ini adalah mata kuliah Skripsi. Tahu kan? Kalau belum tahu, Skripsi atau Tugas akhir adalah inti dari perkuliahan kita selama bertahun - tahun. Sungguh ini mata kuliah yang totally benar - benar menguras baik tenaga, hati maupun pikiran. Bayangkan saja para mahasiswa dan teman -teman yang lain yang notabenenya masih nge-blank soal masalah skripsi tiba - tiba harus dihadapkan dengan deadline gila yakni harus mengumpulkan calon permasalahan yang akan kita angkat ke dalam skripsi kita nantinya. Dan itu dalam bentuk draft kasar proposalusulan Penelitian yang nantinya akan di periksa oleh dosen yang berwenang. Jadi dalam mata kuliah ini setiap mahasiswa sudah diberikan dua dosen pembimbing. Para mahasiswa bagaikan seorang dungu yang tiba - tiba harus disuruh memilih satu keputusan penting di dalam hidupnya. Tidur berasa tidak tenang, waktu sendirian berasa tidak nyaman karena semua pikiran pasti kembali ke permasalahan Hei...bagaimana nih nasib proposalmu? apa yang mau kamu sorotin nih? memangnya kamu sudah ada ide?? Arghhhhhhh, rasanya pengen Universitas Sumatera Utara 80 nelan planet bumi beserta isi-isinya, pengen makan semua bakso di dunia beserta gerobak dan abang-abangnya. Para mahasiswa pun jadi berasa sok sibuk di kampus, bagaimana tidak? Para mahasiswa harus bolak-balik konsultasi ke beberapa dosen, menunggu dosen pembimbing di depan ruang jurusan, bolak - balik masuk perpustakaan fakultas demi mencari buku referensi, hingga bolak - balik masuk ruang baca skripsi demi mencari pencerahan. Pulang ke rumah? Sama saja Para mahasiswa juga sering- sering buka internet yang kali ini bukan buka facebook dan twitter tapi mencari referensi jurnal - jurnal online, buku online, pendapat tokoh, data - data pendukung lain, dan sebagainya. Itu semua diperparah dengan gempuran tugas dari mata kuliah lain yang seolah tiada hentinya dan tak perduli dengan penderitaan mahasiswa. Intinya sih mahasiswa harus bisa membagi waktu dengan baik serta mengerjakan tugas dengan seefisien dan seefektif mungkin. Tapi bukan begitu tipe mahasiswa, kalau harus menyerah begitu saja. Lagi pula mau tidak mau kalau mahasiswa mau lulus dari kampus nya masing - masing yang super panas, mahasiswa harus bisa menghadapi proposal, skripsi, dan antek - anteknya. Jadi memang cepat atau lambat, permasalahan itulah yang harus dipecahkan oleh mahasiswa hampir semester akhir dan calon mahasiswa semester akhir. Mahasiswa sih nekat aja mengerjakan itu semua dengan modal segala kemampuan yang mereka punya. Entah nanti bagaimana hasilnya yang penting para mahasiswa telah berusaha keras. Mereka percaya yang di Atas tidak akan pernah tidur dan pasti akan membantu mereka kapanpun dan dimanapun. Bukankah di setiap kesusahan pasti akan ada kemudahan. Universitas Sumatera Utara 81 Inilah kisah pertama yang saya temukan. Bingung mau nulis apa. Kalau anak teknik atau jurusan kreatif lainnya: Bingung mau bikin apa. Sebenarnya sudah bagus ketika teman - teman disini sudah terpikir beberapa konsep skripsi yang mau dibuat, hanya saja bingung mau bikin yang mana. Artinya memang konsep sudah ada, hanya saja bagaimana memilah yang terbaik untuk disajikan menjadi skripsi. Yang berbahaya adalah ketika teman – teman mahasiswa belum punya konsep sama sekali. Ketika disini anda belum punya konsep sama sekali, ya patut dipertanyakan sebenarnya selama ini anda ke kelas kuliah ngapain aja? Dari ratusan SKS yang dijalani, masa iya tidak ada ide sama sekali? Lalu parahnya, jaman sekarang adalah jaman yang tinggal browsing internet, kita bisa dapat ribuan bahkan jutaan informasi disitu. Kurang mudah apa. Bahkan saya selama mencari ide untuk skripsi, saya tidak pernah ke perpustakaan karena ilmu -ilmu yang paling up to date ya adanya di internet. Tinggal kita mencocokan dengan kemampuan kita ada dimana. Ada peminatan atau konsentrasi yang kita pilih. Ketika kemampuan kita di desain grafis dan menyukainya, pilihlah topik tersebut. Ketika ada trend masyarakat menjadi viral dan kita bisa bahas sesuai bidang kita, kita tertarik dan menyukainya, pilihlah trend tersebut. Intinya ada di Tertarik dan Menyukainya. Selama tidak mustahil, inilah yang menurut saya menjadi pondasi bagi kita untuk membangun skripsi kita. Tidak peduli bagaimana nanti dosen pembimbing kita mengomentari dan mengkoreksi, minimal memang kita mengerjakannya dengan senang terlebih dulu. Jujur saya dan beberapa mahasiswa lain pasti pernah bertindak SKSS Sistem Kebut Satu Semester. Bagaimana karya yang saya buat, karena situasi dan kondisi ya benar-benar dibuat saat semester akhir. Bahkan hanya beberapa bulan Universitas Sumatera Utara 82 sebelum sidang. Ada baiknya kita nyicil yaitu mulai memikirkan konsep dan mempelajarinya saat yaaa 1-2 semester sebelum mengambil skripsi lah. Itu semua untuk mendapatkan hasil yang tebaik dan bukan asal jadi. Dan selalu yang terfikir adalah kenapa seakan-akan semua seperti formalitas belaka. Ya, formalitas untuk mendapat nilai dan lulus. Yang penting lulus. Yang penting gelar. Memang tujuan kuliah adalah lulus. Tapi bagaimana dengan kualitas diri setelah lulus, sudahkah kita siap? Ini bukan lagi masalah siap kerja. Mahasiswa haarus yakin kalau semua sarjana siap - siap saja untuk kerja, yang membedakan nanti cuma level dan jenis pekerjaannya. Nyatanya dibalik sebuah gelar tersirat tanggung jawab besar bagi yang menyandangnya. Karena dengan gelar akan terkesan lebih terhormat, lebih percaya diri, lebih diharap untuk jadi panutan. Lalu apa jadinya jika gelar ternyata tidak sepadan dengan kemampuan atau dengan kualitas seseorang? Masalahnya disitu. Bagi yang telah mendapat gelar, haruslah membuktikan kualitas seorang sarjana. Sanggup atau tidaknya kita membuktikan akan menjadi sebuah efek domino bagi orang sekitar. Contoh: Ketika ada seorang sarjana dianggap tidak dianggap kompeten oleh orang-orang sekitarnya, maka yang terjadi adalah : 1. perusahaan tidak lagi memperdulikan ijazah dan gelar. 2. Mahasiswa menjadi malas ketika diajar oleh dosen dengan pendidikan tinggi yang kurang kompeten 3. Malu kalau kalah sama anak SMASMK. 4. Akan jadi bahan pembicaraan bagi orang lain seperti: Dia kok gitu? padahal Sarjana Universitas X loh, dan sejenisnya. Banyak mahasiswa akhir yang suka sekali menyalahkan orang lain. Ambilah contoh ketika dosen tidak ada saat kita butuhkan. Atau tulisan kita ditolak pembimbing dan tidak lulus secara standar skripsi, yang dilakukan adalah Universitas Sumatera Utara 83 menyalahkan dosen-dosen. Padahal skripsi adalah saat - saat dimana kita harus merasa menjadi orang paling bodoh sedunia, yang tidak anti kritik, mau belajar dari manapun. Termasuk saat tulisan kita dibilang sampah oleh dosen sekalipun. Dan penting ketika adu argumen dengan dosen adalah jangan mengandalkan ego, melainkan bicara melalui data dan fakta yang ada. Jangan mentang-mentang saya sudah menulis begadang, kesana-kemari mencari literatur, lelah, kita jadi terbawa perasaan. Padahal kita sudah bikin susah-susah tapi dibilang sampah.. kira-kira begitu keluhannya. Namun disinilah seni sebuah skripsi. Saya ingat kata pembimbing saya yang bilang, ikuti saja si penguji maunya apa.. Walaupun dalam hati saya dongkol tapi saya ikuti dan ternyata hasilnya lancar-lancar saja. Menyalahkan orang lain ini tidak cuma menyalahkan dosen. Sering saya jumpai menyalahkan kampus lah, menyalahkan tukang print dan printer lah, menyalahkan tukang fotokopi lah, sampai menyalahkan Jokowi. Tentu beberapa dari kita yang bergulat dengan skripsi pernah melihat teman kita curhat skripsinya di socmed, atau bahkan kita sendiri pernah. Ya seperti sekarang ini lah. Yang biasanya foto selfie, mendadak jadi foto komputer dan microsoft word nya plus caption begadang demi meraih cita perjuangan semangat48 demiToga kejamnyaDunia TurunkanJokowi. Yang biasanya share politik, mendadak cerita nepotisme dosennya. Yang biasa update tentang politik, sekarang update meme tentang skripsi. Yang biasa update path nonton film mulu di path, jadi gak update karena gak sempet nonton film. Intinya semua itu terjadi sesaat hanya ketika skripsi saja. Memang menyenangkan, puas, dan penuh rasa syukur pasti dirasakan banyak mahasiswa ketika lulus dan menyandang gelar sarjana. Yang sedang trend adalah Universitas Sumatera Utara 84 selfie dengan balon bertulisan gelarnya. Tentunya beberapa dari mahasiswa juga pernah merasa bangga, lega dan bersyukur. Namun anehnya beberapa dari mahasiswa tidak overjoyed dengan yang telah mereka dapatkan. Alias mereka merasa sialan, udah lulus aku mau kemana nih? tawaran-tawaran ada, tapi mana yang terbaik? Bagaimana harapan orang tua? Bagaimana harapan ku sendiri? Saat itu beberapa dari mahasiswa merasa takut akan pilihan dan takut akan menghadapi dunia luar, sampai sekarang. Dunia kampus yang kita sudah nyaman harus ditinggalkan. Juga orang-orang yang kita kenal. Kita nantinya harus bertemu orang baru lagi, harus beradaptasi lagi. Kemampuan harus berkembang, MEA di depan mata. Dan kembali lagi, dengan adanya gelar ini maka tanggung jawab semakin besar. Iseng mengikuti job fair di salah satu Universitas ternama, beberapa mahasiswa melihat ribuan orang dengan gelar yang mungkin sama, pengalaman kerja yang mungkin lebih banyak, dari berbagai daerah dan latar belakang kampus yang berbeda, sama-sama memiliki tujuan yaitu mendapatkan pekerjaan idaman di perusahaan idaman. Selama 3 hari job fair, sampai hari terakhirpun para pelamar masih ramai. Belum lagi yang cita-citanya PNS, persaingannya ribuan orang bukan? Setelah melihat kondisi tersebut, beberapa dari mahasiswa berpikir, skripsi, ijazah dan IPK ternyata belum ada apa-apanya. Mereka yang sempat part-time di suatu perusahaan tidak pernah tuh ditanya client kuliah dimana, IPK berapa, judul skripsinya apa. Yang ditanya adalah persoalan teknis yang meereka tidak paham dan tidak ada di bangku kuliah. Sekali lagi dalam hati mereka, “sialan”. Universitas Sumatera Utara 85

4.4. Obrolan Seputar Politik