1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 diberikan kekuasaan bagi
tiap – tiap daerah untuk menjalankan pemerintahan di daerahnya masing – masing
yang tentunya harus sesuai dengan pedoman penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdapat di dalam Undang
– Undang tersebut. Kekuasaan yang diberikan kepada masing
– masing daerah tentunya memberikan kekuasaan lebih kepada legislatif dalam hal ini DPRD serta eksekutif dalam hal ini
BupatiWalikota dalam menjalankan roda pemerintahan di daerahnya tersebut.
1
Dengan adanya dua lembaga yang memegang kekuasaan besar di daerah tentunya diperlukan adanya sinergitas antar kedua lembaga tersebut agar roda
pemerintahan di daerah dapat berjalan dengan baik. Kemitraan yang timbul diantara kedua lembaga tersebut hendaknya memberikan manfaat yang baik bagi
masyarakat sebagai objek dari setiap kebijakan yang dihasilkan oleh kedua lembaga tersebut. Hubungan kemitraan bermakna bahwa antara BupatiWalikota
dan DPRD adalah sama-sama mitra sekerja dalam membuat kebijakan daerah untuk melaksanakan otonomi daerah sesuai dengan fungsi masing-masing
sehingga di antara kedua lembaga itu membangun suatu hubungan kerja yang sifatnya saling mendukung bukan merupakan lawan ataupun pesaing satu sama
lain dalam melaksanakan fungsi masing - masing. Segala aktivitas yang dilaksanakan oleh eksekutif berdasarkan pada desain pembangunan dan alokasi
1
Sumber Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Universitas Sumatera Utara
2
pembiayaan yang memerlukan persetujuan DPRD. Dalam pelaksanaannya, DPRD melakukan pengawasan, agar tidak terjadi penyimpangan dalam penggunaan
anggaran pembangunan yang telah disepakati. DPRD sebagai lembaga yang melakukan pengawasan terhadap setiap
kegiatan ataupun kebijakan yang dihasilkan oleh lembaga eksekutif diharapkan mampu aktif menjalankan hal tersebut dan menjalankannya sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Instrumen pertanggung jawaban Kepala Daerah dalam hal ini Bupati atau Walikota kepada DPRD dimaksudkan sebagi upaya dalam rangka
pemberdayaan DPRD. Namun, dalam praktiknya tidak jarang menjadi salah satu sumber potensi dari terjadinya konflik antara Bupati atau Walikota dan DPRD.
Bahkan, merupakan sarana bagi sebagian besar daripada anggota DPRD untuk menjatuhkan Kepala Daerah.
Dalam bentuk yang lain, hubungan antara kedua organ atau lembaga daerah ini tidak hanya berpotensi menimbulkan konflik, tetapi juga dapat
berbentuk kolusi yang diwarnai dengan money politic. Bidang-bidang kegiatan yang berpeluang untuk terjadinya money politic, yaitu dalam proses pemilihan
kepala daerah, penyusunan RAPBD, penyusunan keuangan DPRD, penyusunan Raperda, pengawasan oleh DPRD, pertanggung jawaban Kepala Daerah,
pengangkatan Sekretaris Daerah. Selama ini, masih sering ditemukan adanya persepsi yang berbeda antara
pihak eksekutif dan legislatif di daerah. Hal ini dikhawatirkan dapat menimbulkan disharmonisasi yang bermuara pada konflik antar kedua pihak tersebut. Dalam hal
penyusunan Peraturan Daerah yang mayoritas diinisiasi oleh pihak Pemerintah
Universitas Sumatera Utara
3
Daerah tidak sesuai dengan keinginan DPRD. Penentuan alokasi anggaran pun sering menghadapi kendala, baik dalam hal proses, indikator maupun besarannya.
Terlebih jika melihat pada mekanisme pengawasan yang jamak dikeluhkan oleh pihak eksekutif, karena tidak adanya kesamaan pada fase perencanaan. Berbagai
permasalahan yang timbul tersebut lebih disebabkan oleh belum terbangunnya tata hubunganmekanisme yang terstruktur dalam pelaksanaan tugas dan
wewenang antara Pemerintah Daerah dan DPRD. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD merupakan rencana
kerja Pemerintah Daerah yang diperhitungkan dalam bentuk uang dengan memperkirakan penerima dan pengeluaran uang dalam periode tertentu yaitu satu
tahun anggaran. Untuk mencapai belanja daerah yang mampu membiayai pemerintah danpembangunan dearah memerlukan suatu pengawasan dalam
pelaksanaan anggaran. Penyelenggaraan pemerintah daerah diperlukan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD yang mampu membiayai penyelenggaraan
pemerintah daerah diperlukan perencanaan yang matang dalam penyusunannya. Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD yang telah disusun
oleh pemerintah daerah dibahas dan ditetapkan oleh DPRD menjadi peraturan daerah, dan peraturan daerah yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah berada di
bawah pengawasan DPRD. Sesuai dengan Undang
– Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 65 yakni Pemerintah Daerah bersama DPRD
bersama – sama menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD,
Universitas Sumatera Utara
4
pada point tersebut diharapkan timbulnya kesamaan pandangan dalam proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD merupakan rencana kerja Pemerintah Daerah yang diperhitungkan dalam uang dengan memperkirakan
penerima dan pengeluaran uang dalam periode tertentu yaitu satu tahun anggaran. Untuk mencapai belanja daerah yang mampu membiayai pemerintah dan
pembangunan dearah memerlukan suatu pengawasan dalam pelaksanaan anggaran.
Penyusunan APBD merupakan salah satu bentuk dari hubungan yang timbul antara Bupati atau Walikota sebagai kepala daerah dan DPRD Kabupaten
atau Kota tersebut ialah eksekutif sebagai pihak yang mengajukan Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah APBD sedangkan legislatif yang bertindak
sebagai pihak yang membahas dan menyetujui Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah APBD yang telah diajukan oleh eksekutif. Anggaran Belanja dan
Pendapatan Daerah APBD tersebut sepenuhnya digunakan demi pembangunan daerah yang bertujuan untuk meningkatkan pembangunan yang ada di suatu
daerah yang tentunya akan memberikan manfaat yang cukup baik bagi masyarakat di daerah tersebut.
Penyelenggaraan pemerintah daerah diperlukan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD yang mampu membiayai penyelenggaraan pemerintah
daerah diperlukan perencanaan yang matang dalam penyusunannya. Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD yang telah disusun oleh
pemerintah daerah dibahas dan ditetapkan oleh DPRD menjadi peraturan daerah,
Universitas Sumatera Utara
5
dan peraturan daerah yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah berada di bawah pengawasan DPRD. Undang-Undang RI No.12 Tahun 2008 tentang Pemerintah
Daerah. Hubungan kerja eksekutif dan Legislatif yaitu: DPRD dan Kepala Daerah bersama-sama membahas dan menetapkan peraturan daerah Perda, DPRD dan
Kepala Daerah bersama-sama membahas dan menyetujui rancangan peraturan daerah perda tentang APBD, DPRD memberikan pendapat dan pertimbangan
kepada Kepala Daerah terhadap rencana perjanjian di Daerah.
2
Penyusunan APBD merupakan salah satu bentuk dari hubungan yang timbul antara Bupati atau Walikota sebagai kepala daerah dan DPRD Kabupaten
atau Kota tersebut ialah eksekutif sebagai pihak yang mengajukan Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah APBD sedangkan legislatif yang bertindak
sebagai pihak yang membahas dan menyetujui Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah APBD yang telah diajukan oleh eksekutif. Anggaran Belanja dan
Pendapatan Daerah APBD tersebut sepenuhnya digunakan demi pembangunan daerah yang bertujuan untuk meningkatkan pembangunan yang ada di suatu
daerah yang tentunya akan memberikan manfaat yang cukup baik bagi masyarakat di daerah tersebut.
Kabupaten Labuhanbatu sebagai salah satu daerah otonom di Sumatera Utara yang baru di mekarkan atau dibagi menjadi tiga Kabupaten yakni
Kabupaten Labuhanbatu Utara, Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Labuhanbatu. Sebagai daerah yang baru di mekarkan tentunya terjadi perubahan
di Kabupaten Labuhanbatu terutama terkait kondisi sosial politik di daerah
2
Sumber Undang- Undang No. 12 Tahun 2008..
Universitas Sumatera Utara
6
tersebut. Kabupaten Labuhanbatu yang beribukota di Kota Rantau Prapat merupakan daerah perkebunan penghasil kelapa sawit dan karet. Kedua komoditas
tersebut menjadi penunjang perekonomian di Kabupaten Labuhanbatu, masyarakat yang berdomisili di Kabupaten Labuhanbatu menggantungkan roda
perekonomiannya dari dua komoditas hasil perkebunan tersebut. Sebagai suatu daerah otonom yang baru melakukan pemekaran wilayah
tentunya tak luput dari masalah dalam tubuh pemerintahan daerah, entah itu masalah yang muncul dari internal pemerintah daerah ataupun masalah yang
timbul dari eksternal pemerintah daerah. Permasalahan yang timbul umumnya berasal dari eksekutif dan legislatif yang ada di Kabupaten Labuhanbatu. Salah
satu contoh permasalahan yang timbul dari interaksi antara eksekutif dan legislatif yakni, permasalahan terkait penyusunan Rancangan Perubahan Anggaran Belanja
dan Pendapatan Daerah R-PAPBD tahun 2015 yang menghambat terbentuknya Peraturan Daerah Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah APBD tahun 2015.
3
Terhambatnya pembentukan Peraturan Daerah Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah APBD tahun 2015 disebabkan Bupati sebagai pihak
eksekutif dan DPRD sebagai pihak legislatif sama – sama mempertahankan
pendapat dalam membahas Rancangan Perubahan Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah R-PAPBD tahun 2015. Permasalahan yang timbul ini
memberikan dampak kepada masyarakat sebagai objek dari kebijakan yang dihasilkan pemerintah daerah. Kinerja dari Bupati dan DPRD mendapat sorotan
dari masyarakat terkait permasalah yang timbul tersebut.
3
http:suarasumut.comarsipperda-apbd-t-a-2015-terancam-tak-terbentuk
Universitas Sumatera Utara
7
1.2 Perumusan Masalah