30
kedekatan pada kecenderungan ideologis. Kelima, minimal connected winning coalition, dimana dasar berpijak teori ini adalah bahwa partai-partai berkoalisi
karena masing-masing memiliki kedekatan dalam orientasi kebijakannya.
20
Hubungan teori di atas dengan perumusan masalah adalah bahwa koalisi yang terjadi dalam sebuah pertarungan politik adalah election pemilihan sangat
menentukan arah pengambilan keputusan dalam proses rekrutmen politik mulai dari penjaringan sampai penetapannya yang dilakukan. Ini dikarenakan dalam
koalisi terdapat lebih dari satu elemen kepentingan yang bermain. Oleh karena itu diperlukan kesepatakan bersama dalam menentukan langkah - langkah untuk
mencapai tujuan bersama.
1.6.3 Hubungan Legislatif dan Eksekutif
Hubungan antara Pemerintah Daerah dan DPRD merupakan hubungan kerja yang kedudukannya setara. Kedudukan yang setara bermakna bahwa di
antara lembaga pemerintahan daerah itu memiliki kedudukan yang sama dan sejajar, artinya tidak saling membawahi. Hal ini tercermin dalam membuat
kebijakan daerah berupa Peraturan Daerah. Hubungan kemitraan bermakna bahwa antara Pemerintah Daerah dan DPRD adalah sama-sama mitra sekerja dalam
membuat kebijakan daerah untuk melaksanakan otonomi daerah sesuai dengan fungsi masing-masing sehingga di antara kedua lembaga itu membangun suatu
hubungan kerja yang sifatnya saling mendukung bukan merupakan lawan ataupun
20
http:theindonesianinstitute.comindex.php20080915264Koalisi -untuk-Pemerintahan-yang-
kuat.html, diakses pada 28Desember 2015 pukul 20.00 WIB. Lihat juga pada Bambang Cipto, Partai, Kekuasaan, dan Militerisme, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000, hal. 23
Universitas Sumatera Utara
31
pesaing satu sama lain dalam melaksanakan fungsi masing-masing. Segala aktivitas yang dilaksanakan oleh eksekutif berdasarkan pada desain pembangunan
dan alokasi pembiayaan yang memerlukan persetujuan DPRD. Legitimasi undang-undang memberikan tugas dan wewenang kepada kedua lembaga ini
Pemerintah Daerah dan DPRD ditentukan dalam Undang-Undang Pemerintahan Daerah.
Tugas dan kewenang kepala daerah secara normatif diatur dalam perundang-undangan yang diperuntukkan untuk itu. Pelaksanaan tugas dan
wewenang demikian berada pada porsi strategis dan berdampak luas bagi masyarakat karena tugas dan tanggung jawab kepala daerah bersentuhan dengan
hak-hak yang semestinya harus diberikan kepada masyarakat melalui pembangunan berbagai sektor di daerah. Sebagaimana ditentukan dalam Pasal 65
ayat 1 Undang-Undang Pemerintahan Daerah, seorang kepala daerah mempunyai tugas yakni ; 1 memimpin pelaksanaan urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan dan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD, 2 memelihara
ketenteraman dan ketertiban masyarakat, 3 menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan rancangan Perda tentang RPJMD kepada DPRD untuk
dibahas bersama DPRD, 4 menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD, rancangan Perda tentang perubahan APBD, dan rancangan Perda tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD untuk dibahas bersama, 5 mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk
kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
Universitas Sumatera Utara
32
undangan, 6 mengusulkan pengangkatan wakil kepala daerah, dan melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Wewenang kepala daerah ditentukan dalam Pasal 65 ayat 2 Undang- Undang Pemerintahan Daerah, bahwa dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud pada Pasal 65 ayat 1 Undang-Undang Pemerintahan Daerah, kepala daerah berwenang mengajukan rancangan Perda, menetapkan Perda yang telah
mendapat persetujuan bersama DPRD, menetapkan Peraturan Kepala Daerah dan keputusan kepala daerah, mengambil tindakan tertentu dalam keadaan mendesak
yang sangat dibutuhkan oleh Daerah danatau masyarakat, melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengaturan tugas dan wewenang kepala daerah dalam Undang-Undang Pemerintahan Daerah pada porsi demikian sebagai konsekuensi pada sistim
otonomi seluas-luasnya, nyata dan bertanggung jawab. Otonomi daerah yang berlaku penting dilakukan pengawasan terhadap pelaksana undang-undang dan
peraturan lainnya yaitu kepala daerah. Ketika suatu pembangunan diwujudkan baik karena kebijakan kepala daerah atau sudah ditentukan dalam undang-undang
dinilai masyarakat tidak berpihak pada kepentingan masyarakat itu sendiri, maka reaksi masyarakat selalu berusaha sekuat mungkin melakukan protes terhadap
kebijakan publik itu.
21
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat4 Undang-Undang Pemerintahan Daerah, kedudukan DPRD adalah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
21
Jasper Pasaribu dan Majda El Muhtaf, Ilmu Negara, Medan: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, 2008, hal. 151.
Universitas Sumatera Utara
33
daerah, ”Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah ”. Pasal 1 ayat 4 Undang-Undang Pemerintahan Daerah
tersebut menunjukkan bahwa DPRD memiliki kedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Sehinngga menurut Undang-Undang
terdapat dua lembaga sebagai penyelenggara pemerintahan tetapi di sisi lain memiliki dominasi fungsi, di mana DPRD dominannya sebagai regulator
sedangkan kepala daerah dominannya sebagai pelaksanaa regulasi. Kondisi ini pada praktiknya cenderung berpotensi menimbulkan konflik kepentingan yang
mempersulit posisi anggota DPRD sebagai lembaga pengawasan eksekutif.
22
Tugas dan wewenang DPRD KabupatenKota menurut Undang-Undang Pemerintahan Daerah, ditegaskan dalam Pasal 154 ayat 1 Undang-Undang
Pemerintahan Daerah yakni ; 1 Membentuk Perda KabupatenKota bersama bupatiwali kota, 2 Membahas dan memberikan persetujuan rancangan Perda
mengenai APBD kabupatenkota yang diajukan oleh bupatiwali kota; 3 Melaksanakan
pengawasan terhadap
pelaksanaan Perda
dan APBD
kabupatenkota; 4 Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian bupatiwali kota kepada Menteri melalui gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk
mendapatkan pengesahan pengangkatan dan pemberhentian, 5 Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah Daerah kabupatenkota terhadap
rencana perjanjian international di Daerah, 6 Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
22
Sadu Wasistiono Yonatan Wiyoso, Meningkatkan Kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD, Bandung, Fokusmedia, 2009, hal 43
Universitas Sumatera Utara
34
kabupatenkota, 7 Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupatiwali kota dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kabupatenkota, 8
Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan Daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan Daerah, dan 9
Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan fungsi DPRD KabupatenKota diatur dalam Pasal 149 sd Pasal 153 Undang-Undang Pemerintahan Daerah adalah memiliki fungsi legislasi,
anggaran, dan
pengawasan. Sementara
Hak dan
kewajiban DPRD
KabupatenKota diatur dalam Pasal 159 Undang-Undang Pemerintahan Daerah, Pasal 160 Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Hak anggota DPRD dalam
Pasal 159 ayat 1 Undang-Undang Pemerintahan Daerah adalah memiliki hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat. Hak anggota DPRD dalam
Pasal 160 adalah mengajukan rancangan Perda; mengajukan pertanyaan; menyampaikan usul dan pendapat; memilih dan dipilih; membela diri; imunitas;
protokoler; dan hak keuangan dan administratif. Dalam Pasal 154 ayat 1 huruf h Undang-Undang Pemerintahan Daerah,
diatur bahwa DPRD KabupatenKota mempunyai tugas dan wewenang meminta LKPJ
kepala daerah
dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah
KabupatenKota. Dalam hal meminta LKPJ dari kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah bukan suatu kewajiban DPRD melainkan
menjadi tugas dan wewenangnya selaku wakil rakyat. Artinya walaupun bukan kewajiban bagi DPRD tetapi DPRD tetap wajib meminta LKPJ pemerintah daerah
Universitas Sumatera Utara
35
sebagai wujud representasi rakyat karena hal itu sudah menjadi tugas dan wewenangnya. Dalam posisi DPRD sebagai representasi rakyat secara bersamaan
juga sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah, memiliki peran untuk membuat kebijakan berupa pengaturan dalam bentuk peraturan daerah atau yang
disebut dengan fungsi legislasi atau fungsi pengaturan, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.
23
Prinsip yang paling penting dalam hubungan kerja antara pemerintah daerah dan DPRD adalah saling berkoordinasi. Artinya segala kebijakan atas
pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang dilakukan oleh kepala daerah baik mengenai kebijakan daerah, penyusunan APBD, kebijakan strategis
kepegawaian, kebijakan strategis pengelolaan barang, LKPJ, kebijakan pengawasan pelaksanaan peraturan perundang-undangan, anggaran alokasi uang
daerah, tata ruang, dan lain-lain harus dibicarakan bersama antara kepala daerah dan DPRD.
24
1.6.4 Keuangan Daerah