Teori Koalisi Kerangka Teori

27 Dukungan dari pimpinan sangat mempengaruhi pelaksanaan program dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Wujud dari dukungan pimpinan ini adalah Menempatkan kebijakan menjadi prioritas program, penempatan pelaksana dengan orang-orang yang mendukung program, memperhatikan keseimbangan daerah, agama, suku, jenis kelamin dan karakteristik demografi yang lain. Disamping itu penyediaan dana yang cukup guna memberikan insentif bagi para pelaksana program agar mereka mendukung dan bekerja secara total dalam melaksanakan kebijakanprogram. iv. Struktur Birokrasi bereaucratic structure Membahas badan pelaksana suatu kebijakan, tidak dapat dilepaskan dari struktur birokrasi. Struktur birokrasi adalah karakteristik, norma-norma, dan pola- pola hubungan yang terjadi berulang-ulang dalam badan-badan eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial maupun nyata dengan apa yang mereka miliki dalam menjalankan kebijakan.

1.6.2 Teori Koalisi

Teori koalisi telah lama berkembang di negara - negara Eropa khususnya dan negara-negara dengan sistem parlementer pada umumnya. Dalam sistem pemerintahan presidensil yang multipartai, kaolisi adalah suatu keniscayaan untuk membentuk pemerintahan yang kuat. Hakikat koalisi sendiri adalah membentuk pemerintahan yang kuat strong government, mandiri autonomous, dan tahan lama durable. 18 Hingga detik ini, koalisi antara partai politik tidak ada yang 18 Bambang Cipto, Partai, Kekuasaan dan Militerisme, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000, hal. 22 Universitas Sumatera Utara 28 ideal, tidak ada satu pun koalisi yan digalang para elit yang menghasilkan paduan yang kuat, mandiri, dan tahan lama. Namun seringkali koalisi yang dibangun membingungkan. Kompleksnya kekuatan politik, aktor dan ideologi menjadi faktor yang menyulitkan. Secara teoritis, koalisi partai hanya akan berjalin bila dibangun di atas landasan pemikiran yang realistis dan layak. 19 Menurut studi Huang Wang, seorang peneliti dari New York University, yang menyatakan bahwa di dalam setiap masyarakat kerap terdapat berbagai kerjasama dalam suatu pengelompokan yang tepat proper subset dari aktor-aktor – baik berupa kelompok-kelompok sosial melalui organisasi atau individu- individu untuk bertarung menghadapi aktor-aktor lainnya jika terdapat tiga aktor atau lebih. Pengelompokan aktor-aktor itu bisa disebut dengan koalisi. Melihat dari hasil penelitian Huang Wang, besar kemungkinan rencana munculnya wacana koalisi antarorganisasi dimulai dari ide-ide dari individu yang ada elit-elit kedua organisasi yang ada. Varian koalisi di Indonesia memang tidak terbangun berdasarkan landasan yang kuat. Dalam teori, koalisi partai politik hanya akan berjalan jika dibangun dengan pemikiran yang realistis dan rasional yang dapat dilakukan kedua pihak. Koalisi tidak sekadar dimaknai sebagai pertemanan akan tetapi harus dibangun dengan sasaran yang jelas. Teori koalisi tidak terlepas dari adanya kepentingan elit dibelakangnya. Kepentingan elit yang bermain dalam menemukan arah koalisi ini menyebabkan terkadang tidak dapat dijabarkan di tingkatan bawah konstituen. 19 Winarno, Ibid, Hal 27. Universitas Sumatera Utara 29 Menurut William Riker dalam bukunya The Theory of Political Coalition, koalisi partai politik dimaknai sebagai, “....three-or-more-person game, the mainactivity of the players is to select not only strategies, but patners. Patners once they become such, then select a strategy ”. Pada saat rekanan partner ini bergabung, danbekerjasama hanya dengan sejumlah aktor lain, dan bertarung mengadapi aktor-aktor lainnya di luar mereka, setiap koalisi pada dasarnya mencari pengaruh langsung di antara aktor-aktor tanpa adanya mediasi yang berbentuk material oleh karenanya bersifat politis. didasarkan pada tujuan-tujuan yang bersifat material misalnya uang melainkan tujuan-tujuan yang bersifat politis. Koalisi permanen ini memang tidak bisa dibentuk dengan sembarangan. Mengacu pada teori Arend Lijphart, setidaknya terdapat empat teori koalisi yang bisa diterapkan di Indonesia, Pertama, minimal winning coalition dimana prinsip dasarnya adalah maksimalisasi kekuasaan. Dengan cara sebanyak mungkin memperoleh kursi di kabinet dan mengabaikan partai yang tidak perlu untuk diajak berkoalisi. Kedua, minimum size coalition, dimana partai dengan suara terbanyak akan mencari partaiyang lebih kecil untuk sekadar mencapai suara mayoritas. Ketiga, bargaining proposition, yakni koalisi dengan jumlah partai paling sedikit untuk memudahkan proses negosiasi. Dasar dari teori ini adalah memudahkan proses tawar-menawar dan negosiasi karena anggota atau rekanan koalisi hanya sedikit. Keempat, minimal rangecoalition, dimana dasar dari koalisi ini adalah kedekatan pada kecenderunganideologis untuk memudahkan partai- partai dalam berkoalisi dan membentuk kabinet. Dasar dari teori ini adalah Universitas Sumatera Utara 30 kedekatan pada kecenderungan ideologis. Kelima, minimal connected winning coalition, dimana dasar berpijak teori ini adalah bahwa partai-partai berkoalisi karena masing-masing memiliki kedekatan dalam orientasi kebijakannya. 20 Hubungan teori di atas dengan perumusan masalah adalah bahwa koalisi yang terjadi dalam sebuah pertarungan politik adalah election pemilihan sangat menentukan arah pengambilan keputusan dalam proses rekrutmen politik mulai dari penjaringan sampai penetapannya yang dilakukan. Ini dikarenakan dalam koalisi terdapat lebih dari satu elemen kepentingan yang bermain. Oleh karena itu diperlukan kesepatakan bersama dalam menentukan langkah - langkah untuk mencapai tujuan bersama.

1.6.3 Hubungan Legislatif dan Eksekutif