Komunikasi antara Legislatif dan Eksekutif

75 BAB III HUBUNGAN LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF KABUPATEN LABUHANBATU DALAM PEMBENTUKAN APBD 2015

3.1 Komunikasi antara Legislatif dan Eksekutif

Perkembangan dan perubahan lingkungan dalam kehidupan politik telah mewarnai sikap hubungan antar badan legislatif dan eksekutif dimasa lalu terhadap suatu asumsi bahwa keberadaan lembaga DPRD hanyalah sebatas sebagai bagian dari pemerintah daerah. Hal ini menimbulkan wacana bahwa eksistensi lembaga DPRD pada masa itu sebagai badan yang bersifat penunjang terhadap eksistensi Kepala Daerah. Pembatasan kekuasaan dan kemwenangan pemerintah baik di tingkat pusat dan daerah kemudian mendorong upaya memberikan kewenangan yang lebih besar terhadap lembaga legislatif, sebagai wahana untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan pancasila. Hal ini ditujukan untuk menghindari adanya pemusatan kekuasaan dan keweanangan pada lembaga eksekutif yang pada akhirnya menimbulkan dampak terjadinya sistem pemerintahan yang korup, dan penuh dengan KKN. Begitupun berkaitan dengan proses dan tahapan dalam penyusunan Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah, turut diwarnai dengan hubungan yang tercipta antara eksekutif dan legislatif. Karena sebagaimana diatur oleh undang- undang, dalam proses penyusunan APBD kedua pihak tersebut berperan dan menunjukkan kesepakatan maupun kerjasama untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Penyusun APBD merupakan pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan penyusunan APBD, baik dari kalangan eksekutif maupun legislatif. Universitas Sumatera Utara 76 Penyusun APBD dari kedua pihak tersebut dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok , yakni Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD, Tim Anggaran Pemerintah Daerah TAPD, dan Badan Anggaran Banggar. SKPD dan TAPD berasal dari pihak eksekutif sedang Banggar merupakan bagian dari legislatif. Pihak yang berperan dan terlibat langsung dalam penyusunan APBD dapat berpengaruh terhadap penyusunan APBD. Pemerintahan daerah dapat berjalan baik dan efektif serta dapat menjalankan sistem pemerintahan yang baik apabila ditunjang oleh kondusifitas politik dan keamanan serta ketertiban yang baik. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang selanjutnya diperbahurui ke Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 menegaskan bahwa dalam proses pembuatan peraturan daerah, DPRD dan Pemerintah daerah tidak saling mendominasi. Meskipun demikian DPRD masih belum sepenuhnya mampu mengimbangi Pemerintah Daerah terutama karena alasan internal anggota DPRD seperti tingkat pendidikan dan pengalaman, faktor lain yang mempengaruhi hubungan eksekutif dan legislatif dalam membuat peraturan daerah adalah komunikasi dan kepentingan politik. Oleh karena hal tersebut, Bupati selaku Kepala Daerah seyogianya menyadari hal ini, karena itu pola komunikasi terutama Bupati selaku Kepala Daerah dengan institusi perwakilan masyarakat sebagaimana tercermin dalam lembaga DPRD harus berjalan baik dan efektif, sehingga berbagai kepentingan dapat terumuskan dalam kebijakan yang ditentukan oleh Bupati bersama DPRD berjalan seimbang. Adanya hubungan komunikasi diharapkan akan mampu menciptakan perda yang dapat mengakomodasi berbagai aspirasi dan kepentingan Universitas Sumatera Utara 77 masyarakat. Hubungan komunikasi yang sinergis dan selaras dapat mendorong penyusunan APBD yang efektif dan efisien. Namun, bila sebaliknya hubungan antara eksekutif dan legislatif tidak berjalan dengan baik dapat berpengaruh buruk pada penyusunan APBD. 37 Sehubungan dengan mekanisme penyusunan dan penetapan APBD 2015, TAPD Kabupaten Labuhanbatu telah menyelesaikan RKA-SKPD Labuhanbatu dan telah mendapatkan persetujuan pengguna anggaran pada tanggal 14 Oktober tahun 2014. Kaitannya dengan proses penyusunan APBD Labuhanbatu tahun 2015, pedoman regulasi tentang mekanismenya telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu, Sekretaris Tim Anggaran Pemerintah Daerah TAPD Kabupaten Labuhanbatu, Aswad Siregar, S.E., M.A.P., menjelaskan : “...arahan dari pak Bupati sudah langsung kita tindaklanjuti sejak Juli kita sudah ancang-ancang sosialisasikan ke SKPD untuk menyusun RKA karna kan KUA re: Kebijakan Umum Anggaran dan PPAS re: Prioritas Plafon Anggaran Sementara kita sudah disampaikan sekretariat juga ke pak Bupati. Darisitulah rencananya nanti kita bahas di DPRD, masuk pembahasan di banggar....” 38 Arah komunikasi di lingkungan internal Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu yang berperan sebagai lembaga eksekutif, telah berjalan efektif berdasarkan pedoman mekanisme perundang-undangan. Sementara dikaji lebih lanjut, konteks komunikasi organisasi yang diterapkan pada fase ini adalah 37 Wangi, Chitra Ariesta Pandan dan Irwan Taufiq Ritonga. 2010. Identifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya keterlambatan dalam penyusunan APBD. 38 Wawancara dengan Sekretaris Tim Anggaran Pemerintah Daerah TPAD Kabupaten Labuhanbatu, Aswad Siregar, S.E., M.A.P. di Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Labuhanbatu tanggal 9 Juni 2016 pukul 13.00 Universitas Sumatera Utara 78 komunikasi formal sebagai suatu sistem karena organisasi terdiri dari beberapa bagianunit yang merupakan subsistem dalam organisasi, yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi dalam mewujudkan tujuan organisasi. Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, Nota Dinas, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi,dll. Berdasarkan keterangan Aswad Siregar, pada prinsipnya sebelum APBD disampaikan dan ditesetujui melalui mekanisme paripurna, terlebih dahulu dikonsultasikan dan dibahas struktur batang tubuhnya oleh TAPD bersama dengan Badan Anggaran Banggar DPRD. Pada bagian tersebut kemudian komunikasi antar lembaga legislatif dan eksekutif dilakukan dalam kontek politik. Lembaga legislatif atau parlemen sebagai lembaga politik formal dalam supra struktur politik memiliki fungsi komunikasi politik. Komunikasi politik merupakan proses dimana informasi politik yang relevan diteruskan dari satu bagian sistem politik kepada bagian lainnya dan di antara sistem-sistem sosial dengan sistem-sistem politik. 39 Hal ini kemudian memposisikan bahwa legislatif parlemen tidak harus diartikan sebagai badan pembuat undang-undang law - 39 Michael Rush Dan Phillip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta; Rajawali Press, 2002, Hal, 24. Universitas Sumatera Utara 79 making body semata-mata tetapi juga sebagai media komunikasi antara rakyat dan pemerintah. 40 Dalam proses pembentukan Perda APBD tahun 2015, peran dan tugas Badan Anggaran Banggar DPRD Kabupaten Labuhanbatu sangat penting dan krusial, karena Badan Anggaran merupakan alat kelengkapan DPRD yang membahas pada tingkat akhir sebelum Perda ini disetujuai atau ditetapkan oleh DPRD dalam rapat Paripurna dan kemudian dimintai persetujuan kepada Gubernur dalam bentuk evaluasi terhadap perda yang telah disetujui oleh DPRD. Terkait Pembahasan pembentukan Perda APBD tahun 2015, disatu momentum proses perencanaan APBD Kabupaten Labuhanbatu tahun anggaran 2015 harus ditunda sementara pembahasannya di tingkat DPRD Kabupaten disebabkan oleh belum terbentuknya struktur baru dan alat kelengkapan DPRD Labuhanbatu tahun anggaran 2015. Hal ini diperkuat oleh wawancara dengan Anggota Badan Anggaran DPRD Labuhanbatu 2014-2019, Fraksi Partai Golkar Trully Simanjuntak, SMIP., menjelaskan: “...sebenarnya prosesnya ini re: APBD 2015 jadi terlambat akibat pembahasan APBD Perubahan 2014. Anggota Dewan kita baru dilantik, komposisi dan dan kepanitiaannya baru, setelah masa sidang pertama pelantikan tadi, bergegaslah anggota DPRD untuk segera kerja. Kebetulan APBD tahun 2014 belum dievaluasi, perlulah kami memandang keadaan realita sekarang untuk disesuaikan dengan APBD 2014. Lagipula anggota DPRD yang baru setelah pelantikan ini banyak yang membawa aspirasi masyarakat di dapilnya supaya ada perbaikan, nah mungkin itu 40 Bambang Cipto, Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Era Pemerintahan Modern Industrial, Jakarta; Rajawali Press, 1995, Hal 10. Universitas Sumatera Utara 80 belum difasilitasi di APBD 2014, itulah yang kita evaluasi dan sesuaikan...” 41 Pemerintah Daerah Kabupaten mengalami kendala teknis tentang mekanisme dan jadwal pembentukan Perda APBD 2015 yang disebabkan berakhirnya masa bakti dan pergantian formasi Legislatif DPRD Kabupaten Labuhanbatu. Namun dalam prosesnya, TAPD Kabupaten Labuhanbatu sama sekali belum melakukan pembahasan terkait APBD 2015 dengan Badan Anggaran DPRD periode sebelumnya, sehingga tidak ada keputusan penundaan pembahasan. Pembahasan mengenai penyusunan APBD 2015 kemudian diagendakan untuk dimulai setelah DPRD Labuhanbatu mengevaluasi perubahan struktur APBD 2014. Namun mengingat tenggang waktu yang semakin singkat pasca pelantikan anggota DPRD yang baru, TAPD Labuhanbatu melakukan diskusi intensif dengan Banggar DPRD yang baru dibentuk agar proses pembentukan APBD 2015 tidak mengalami keterlambatan. Aswad Siregar menambahkan ; “... sudah kita bahas dengan pimpinan DPRD dan banggar yang baru agar posesnya dipercepat, namun terkendala jadwal pelantikan. Kami tidak bisa mendesak agenda rapat internal DPRD karena itu merupakan urusn internal, tapi pada akhirnya kita bersepakat kalau pembahasan ini adalah tanggung jawab bersama...” 42 Prinsip yang paling penting dalam hubungan kerja antara pemerintah daerah dan DPRD adalah saling berkoordinasi. Artinya segala kebijakan atas 41 Wawancara dengan Anggota Badan Anggaran DPRD Kabupaten Labuhanbatu, Trully Simanjuntak, S.MIP, di Sekretariat Fraksi Partai Golkar Labuhanbatu tanggal 10 Juni 2016 pukul 09.30 42 Wawancara dengan Sekretaris Tim Anggaran Pemerintah Daerah TPAD Kabupaten Labuhanbatu, Aswad Siregar, S.E., M.A.P. di Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Labuhanbatu tanggal 9 Juni 2016 pukul 13.00 Universitas Sumatera Utara 81 pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang dilakukan oleh kepala daerah baik mengenai kebijakan daerah harus dikomunikasikan bersama DPRD. 43 Trully Simanjuntak menjelaskan hal ini bahwa ketika berada di lembaga DPRD sebagai lembaga politik berarti tidak ada bawahan tidak ada atasan, kemudian sistem yang berlaku adalah kolektif kolegial yang artinya segala macam keputusan harus dibicarakan secara totalitas oleh seluruh anggota. Menurut Trully penundaan pembahasan APBD 2015 adalah hasil kesepakatan anggota dewan yang memprioritaskan evaluasi perubahan dari APBD 2014. Anggota DPRD selaku badan legislatif mempunyai kewajiban dan fungsi untuk melakukan legislasi, membahas anggaran serta melakukan pengawasan. Dalam Undang-undang Pemerintahan Daerah prinsip check and balances tetap menguat pada porsi utama. 44 Sementara lembaga eksekutif mempunyai kewajiban dan fungsi untuk menjalankan segala peraturan yang telah disahkan bersama namun badan eksekutif tetap diawasi oleh anggota DPRD. Pada akhirnya setelah dilakukan proses komunikasi antara TAPD dan lembaga legislatif, disepakati bahwa APBD Labuhanbatu tahun 2015 dibahas setelah perubahan APBD 2014 diselesaikan dan dipertanggungjawabkan. Badan Anggaran DPRD bersama Tim Anggaran Pemerintah daerah TAPD akhirnya mengadakan rapat koordinasi pada tanggal 24 Januari 2015 45 untuk membahas Raperda APBD tahun anggaran 2015. Kecenderungan komunikasi antara legislatif 43 ibid., hal. 46. 44 Sadu Wasistiono Yonatan Wiyoso, Meningkatkan Kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD, Bandung, Fokusmedia, 2009, hal 40 45 http:harian.analisadaily.comsumutnewsbupati-labuhanbatu-sampaikan-nota-keuangan-r-pbd- 201510157420150124 Universitas Sumatera Utara 82 dan eksekutif terkait pembahasan APBD 2015 dapat dinilai cukup dinamis. Perbedaan pandangan antara anggota DPRD dan pemerintah kabupaten adalah hal yang biasa terjadi apalagi dalam lembaga politik segala perbedaan konsep pemikiran merupakan hal yang wajar. Namun ketika perbedaan ini membawa permasalahan tentunya merupakan hal yang kurang baik pula, karena segala keputusan harus tetap disahkan agar pemerintahan berjalan secara normatif. Arah dan tujuan komunikasi antar dua lembaga yang saling berkaitan ini pada dasarnya adalah betujuan untuk mendorong agar APBD Labuhanbatu tahun 2015 segera disahkan, jalan tengah oleh kedua pihak melalui forum diskusi telah bersepakat untuk menjalankan agenda pembahasan ini berdasarkan skala prioritas. 3.2 Interaksi Kepentingan Legislatif dan Eksekutif dalam Penyusunan APBD Labuhanbatu tahun 2015 Salah satu peran DPRD menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah fungsi penganggaran daerah. Dalam fungsi penganggaran, DPRD memiliki kewenangan untuk menyetujui atau menolak dan menetapkan RAPBD yang diajukan oleh pihak eksekutif menjadi APBD. Fungsi ini juga menempatkan anggota DPRD untuk selalu terlibat dalam siklus tahunan penganggaran daerah. Diawali dari proses pembahasan Kebijakan Umum APBD KUA, pembahasan rancangan APBD yang diajukan oleh kepala daerah, sampai pelaksanaan dan pertanggungjawaban Perda tentang APBD. Seiring proses pelaksanaan APBD, anggota DPRD juga berwenang melakukan pengawasan kinerja pemerintah daerah di dalam mendayagunakan sumberdaya APBD. Universitas Sumatera Utara 83 Dari perspektif politik, orientasi dasar dari peranan DPRD dalam penganggaran daerah saat ini berhadapan dengan isu-isu krusial pemerintahan daerah, diantaranya berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan, peningkatan aksesibilitas dan kualitas pelayanan dasar di bidang pendidikan dan kesehatan, serta pemberantasan korupsi dan reformasi birokrasi. Dalam situasi demikian, anggota DPRD selalu dituntut untuk mampu mencari upaya perbaikan pemerintahan daerah dari sisi pengelolaan keuangan daerah. Berkaitan halnya dalam proses penyusunan APBD Labuhanbatu tahun 2015, struktur tata kelola perencanaannya telah diatur oleh Undang-undang untuk disusun dengan melibatkan lembaga legiaslatif dan eksekutif daerah. Maka dapat disimpulkan bahwa sukses atau tidaknya proses penyusunan APBD Labuhanbatu tidak terlepas dari kerjasama antara DPRD dan Pemkab Labuhanbatu. Di dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah terdapat kepentingan yang masuk melalui eksekutif dan legislatif. Secara umum kepentingan dapat didefinisikan sebagai suatu tuntutan yang perlu diperhatikan dan diperjuangkan oleh suatu kelompok tertentu dalam suatu sistem sosial. Kepentingan ada yang berbeda ada pula yang sama. Bila dihubungkan dengan konteks penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah maka kepentingan tersebut diperjuangkan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Kepentingan tersebut diwujudkan dalam bentuk program-program, kegiatan-kegiatan dan yang paling utama adalah dalam proses penganggaran. Universitas Sumatera Utara 84 Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu dalam posisinya sebagai pemegang kuasa penggunaan anggaran memiliki kepentingan yang spesifik agar rancangan APBD tahun 2015 dapat diselesaikan secepatnya. Setelah dilakukan evaluasi terhadap postur APBD 2014, TAPD Labuhanbatu segera mengkoordinasikan percepatan proses APBD 2015. TAPD eksekutif membawa usulan setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah dan kepentingan masyarakat yang masuk melalui mekanisme Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah untuk dibahas bersama dengan Badan Anggaran Legislatif. Rapat kerja pembahasan RAPBD di DPRD Labuhanbatu dilakukan dalam beberapa tahap yang melibatkan Badan Anggaran DPRD bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah dan seluruh Kepala SKPD dengan agenda penyampaian Draft Rancangan APBD Kabupaten Labuhanbatu Tahun Anggaran 2015 dari Pemerintah Kabupaten kepada DPRD untuk selanjunya dibahas dan ditetapkan. Berdasarkan informasi narasumber, Trully Simanujuntak menyampaikan bahwa setelah rapat kerja dengan TAPD, dilanjutkan rapat internal Badan Anggaran DPRD dengan agenda membahas pertanyaan dan saran Badan Anggaran terhadap draft rancangan APBD Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015.Sekretaris Tim Anggaran Pemerintah Daerah TAPD Kabupaten Labuhanbatu, Aswad Siregar, S.E., M.A.P., mengkonfirmasi hal tersebut: “...sudah cukup efektif prosesnya, banggar memahami keadaan kalau kita harus berlomba dengan waktu supaya pengesahan APBD cepat diselesaikan. Rapat kerja kita dengan banggar, Universitas Sumatera Utara 85 dievaluasi postur APBD yang kita ajukan, tidak terlalu membutuhkan waktu lama....” 46 APBD terdiri dari anggaran pendapatan dan pembiayaan, pendapatan terdiri atas Pendapatan Asli Daerah PAD, yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan penerimaan lain-lain. Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum DAU dan Dana Alokasi Khusus, kemudian pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana darurat. Keterangan yang disampaikan Aswad Siregar sebagai Sekretaris TAPD Kabupaten Labuhanbatu mengisyaratkan bahwa kerjasama yang terjalin antara Badan Anggaran DPRD dengan Pemerintah Kabupaten sebagai pengusul anggaran dilakukan cupup efektif dan tidak membutuhkan banyak waktu dalam pengimplementasiannya. Berdasarkan keterangan tersebut dijelaskan bahwa ada evaluasi mengenai postur APBD Labuhanbatu tahun 2015, secara ringkas perbandingan rancangan APBD yang diajukan Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu dengan rancangan APBD yang disetujui oleh DPRD dapat dijabarkan pada tabel 3.1 : 46 Wawancara dengan Sekretaris Tim Anggaran Pemerintah Daerah TPAD Kabupaten Labuhanbatu, Aswad Siregar, S.E., M.A.P. di Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Labuhanbatu tanggal 9 Juni 2016 pukul 13.00 Universitas Sumatera Utara 86 Tabel 3.1 : Perbandingan RAPBD Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015 Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015 No. Keterangan Diajukan oleh Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Disetujui oleh DPRD Labuhanbatu 1. a. Pendapatan Daerah Rp. 1.050.104.470.027 Rp. 1.050.104.470.027 2. b. Belanja Daerah Rp. 1.119.580.640.321 Rp. 1.121.966.245.591 Defisit Rp. 69.476.170.294 Rp. 71.861.775.564 3. c. Penerimaan Pembiayaan Rp. 69.765.815.294 Rp. 72.151.420.564 Pengeluaran Pembiayaan Rp. 289.645.000 Rp. 289.645.000 Pembiayaan Netto Rp. 69.476.170.294 Rp. 71.861.775.564 Sumber : Ranperda APBD Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015 Memperhatikan rangkaian proses perencanaan sampai dengan penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, akan dapat dilihat bahwa kontestasi antar pihak dalam perumusan kebijakan, akan lebih banyak terjadi pada saat pembahasan komponen belanja, terutama pada belanja langsung. Hal ini sangat wajar karena dalam belanja langsung terdapat porsi anggaran untuk menjalankan program dan kegiatan dalam mendukung visi dan misi pemerintah daerah. Selain itu di dalam program dan kegiatan yang akan didanai tersebut terdapat komponen- komponen kepentingan berbagai pihak yang harus diakomodir. Sementara pembahasan komponen pendapatan dan komponen pembiayaan akan menjadi hal yang kurang menarik untuk dibahas terlalu mendalam, karena dianggap Universitas Sumatera Utara 87 merupakan tugas-tugas normatif dari pihak ekskutif. Kepentingan yang dimajukan atau yang diperjuangkan dalam pembahasan APBD pada akhirnya adalah hasil kesepakatan bersama atau komitmen antara TAPD bersama Badan anggaran legislatif. Komitmen diperoleh setelah ada pembahasan di internal Badan anggaran yang tentunya ada negosiasi di dalamnya karena adanya perbedaan misi atau kepentingan yang dibawa setiap anggota Badan anggaran. Para anggota legislatif yang berkonsentrasi dalam perumusan anggaran memiliki kecenderungan lebih merepresentasikan daerah pemilihannya dalam menyuarakan aspirasi konstituennya, terutama pada sektor infrastruktur, pendidikan dan kesehatan. Bagi anggota legislatif, bila mampu memperjuangkan lokasi pelaksanaan kegiatan di wilayah pemilihannya, maka anggota legislatif tersebut akan merasa telah memenuhi aspirasi konstituen yang memilihnya. Sementara itu ekskutif dalam hal ini kepala daerah hanya mengikuti alur kontestasi yang terjadi diantara politisi tersebut, karena kepentingannya terhadap wilayah yang menghantarkannya pada kursi kekuasaan kepala daerah tetap terakomodir. 3.3 Penanggulangan Keterlambatan Pengesahan APBD 2015 antara Legislatif dan Eksekutif Kabupaten Labuhanbatu. APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 satu tahun anggaran yang terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. APBD idealnya berorientasi menjadi pedoman bagi pemerintah daerah Universitas Sumatera Utara 88 dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. Fungsi ini menjadikan APBD penting karena kegiatan pemerintah daerah tidak dapat dilaksanakan jika tidak direncanakan dan dicantumkan dalam APBD. Penetapan APBD harus dilakukan tepat waktu agar program kegiatan dan pembangunan yang direncanakan terealisasi pada tahun anggaran sehingga pemberian pelayanan publik terhadap masyarakat dapat berjalan dengan lancar. Pedoman Teknis tentang penetapan APBD tahun anggaran 2015 diatur dalam Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 37 Tahun 2014 tentang pedoman penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun anggaran 2015, bahwa penetapan APBD 2015 paling lambat tanggal 31 Desember 2014. Batas waktu penetapan APBD tersebut seharusnya menjadi acuan bagi daerah dalam proses penyusunan APBD. Namun yang terjadi adalah masih ada daerah yang menetapkan APBD melampaui dari batas waktu yang telah ditetapkan. Keterlambatan ini dapat mengakibatkan keterlambatan penyampaian data APBD. Sanksi atas keterlambatan tersebut adalah berupa penundaan penyaluran dana perimbangan, dan atas keterlambatan tersebut dapat menghilangkan kesempatan bagi daerah untuk memperoleh dana insentif daerah sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005. 47 Keterlambatan penetapan APBD ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya kurang harmonisnya hubungan eksekutif dan legislatif, pengaruh dari karakteristik yang dimiliki oleh eksekutif dan legislatif sebagai penyusun APBD 47 http:keuda.kemendagri.go.idartikeldetail21-kelola-keuangan-daerah-dengan-tepat Universitas Sumatera Utara 89 serta faktor komitmen yang belum memadai. 48 Menganggapi asumsi tersebut, Aswad Siregar menjelaskan : “...sebelum dibahas, kita sudah prediksi kalau pengesahannya akan terlambat, sebab masih banyak agenda DPRD untuk pelantikan pimpinan dan komisi. Bukan karena tidak harmonis, karena tahun politik berubah formasi anggota Dewan karenanya harus ditunggu sebab tidak mungkin disahkan sendiri oleh bupati tanpa persetujuan DPRD. Kita sudah sepakat kalau pimpinan menjamin supaya prosesnya dipercepat...” 49 Diketahui berdasarkan observasi dan data yang dihimpun peneliti dilapangan, pengesahan APBD 2015 Kabupaten Labuhanbatu mengalami keterlambatan 2 dua bulan dari jangka waktu yang telah ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri 50 , tepatnya APBD 2015 Kabupaten Labuhanbatu disahkan pada tanggal 24 Februari 2015 51 . Secara garis besar bila disimpulkan keterangan Aswad Siregar, bahwa keterlambatan proses penyusunan APBD di Kabupaten Labuhanbatu lebih cenderung diakibatkan oleh faktor interval waktu yang bersinggungan dengan proses pergantian anggota Legislatif di Kabupaten Labuhanbatu, sementara dalam penanggulanganya telah diperoleh komitmen dari pimpinan DPRD agar prosesnya dapat dipercepat. Dalam rapat kerja membahas rancangan APBD Labuhanbatu tahun 2015, Badan Anggaran DPRD Kabupaten Labuhanbatu memberikan rekomendasasi 48 Wangi, Chitra Ariesta Pandan dan Irwan Taufiq Ritonga. 2010. Identifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya keterlambatan dalam penyusunan APBD. 49 Wawancara dengan Sekretaris Tim Anggaran Pemerintah Daerah TPAD Kabupaten Labuhanbatu, Aswad Siregar, S.E., M.A.P. di Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Labuhanbatu tanggal 9 Juni 2016 pukul 13.00 50 Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 9036865SJ 51 Peraturan Daerah Kabupaten Labuhanbatu Nomor 1 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Labuhanbatu Tahun Anggaran 2015 Universitas Sumatera Utara 90 dan evaluasi postur anggaran kepada TAPD. Anggota Badan Anggaran DPRD Labuhanbatu, Trully Simanjuntak menambahkan: “...evaluasi anggaran yang dialokasikan kepada Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015 dalam pelaksanaannya agar lebih menitikberatkan pada prinsip efisien, efektif, ekonomis serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku, kemudian anggaran yang dialokasikan tahun 2015 berfokus agar Pilkada Labuhanbatu tahun 2015 dapat terlaksana dengan baik pada skala prioritas pemanfaatannya. Karena jangka waktu yang terbatas,hanya selesaikan disana, lebih lanjut banggar dan TAPD sepakat akandilanjutkan pada APBD peru bahan 2015. “ 52 Menurut Trully, DPRD Labuhanbatu telah berupaya koorpotaif seobjektif mungkin agar rancangan APBD 2015 dapat segera disahkan dan mengakomodir kepentingan masyarakat. Lebih lanjut Trully menekankan bahwa manajemen perencanaan yang baik dan sikap tegas sangat diperlukan, disampingi harus mengoptimalkan partisipasi masyarakat guna tercapainya program. Namun hal ini bertolak belakang dari keterangan yang didapatkan dari Tokoh Masyarakat Labuhanbatu Marulin Hasbi Hasibuan, bahwa terlambatnya pengesahan APBD 2015 di Labuhanbatu ditengarai oleh issue dan kondisi konstelasi geopolitik Kabupaten Labuhanbatu menjelang pemilihan Kepala Daerah tahun 2015 yang mulai muncul ke permukaan Marulin Hasbi Hasibuan, S.H menerangkan : “...ya pastilah, tidak terlepas itu. Sudah semua tahu kok tidak ada lagi kawan si Tigor re: Bupati Labuhanbatu di Pemerintahan itu kecuali anggota-anggotanya di dinas-dinas itu. Sama wakilnyapun dia sudah pecah kongsi kok, makanya kalau 52 Wawancara dengan Anggota Badan Anggaran DPRD Kabupaten Labuhanbatu, Trully Simanjuntak, S.MIP, di Sekretariat Fraksi Partai Golkar Labuhanbatu tanggal 10 Juni 2016 pukul 09.30 Universitas Sumatera Utara 91 dipolitikkan mereka re: DPRD APBD itu supaya tidak melanjut laginya dia itu...” Maruli Hasbi hendak menjelaskan bahwa ada proses tarik menarik kepentingan dalam proses pengesahan APBD Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015, salah satunya adalah niat dari bupati petahana unutk maju kembali pada Pilkada 2015. Peristiwa ini terliput indikasi negatif oleh media masa bahwa dalam mempercepat proses pengesahannya disusupi oleh issue suap. Namun ketika diminta konfirmasinya tentang issue suap oleh Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu kepada DPRD guna memuluskan jalannya pembahasan PAPBD 2014 53 , narasumber legislatif maupun eksekutif segera membantah dan menolak untuk membahasnya. Hal ini menjadi bias dengan tujuan awal dibentuknya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di Labuhanbatu. Kondisi yang cenderung subjektif ini menuntut sikap bijaksana dan komitmen antara kedua lembaga ini dalam memprioritaskan kebutuhan masyarakat di Labuhanbatu. Komitmen merupakan bentuk kesepakatan yang dibuat oleh pihak-pihak di dalam organisasi untuk secara bersama melaksanakan tugas dan fungsi secara baik dalam rangka mewujudkan visi, misi, sasaran, dan tujuan dari organisasi. Pada penyusunan APBD pihak-pihak yang terlibat hendaknya memiliki komitmen yang tinggi untuk melaksanakan penyusunan APBD secara tepat waktu serta melaksanakan anggaran yang telah ditetapkan dengan efektif dan efisien. Adanya komitmen memberikan gambaran bagi pihak yang terlibat baik Eksekutif maupun Lagislatif 53 Diakses dari : http:suarasumut.comarsipketua-dprd-labuhanbatu-bantah-terima-suap-terkait- muluskan-pengesahan-p-apbd-l-batu-2014 pada tanggal 28 September 2015 pukul 17:36 Universitas Sumatera Utara 92 dalam penyusunan APBD untuk mengetahui secara jelas visi, misi, tujuan, dan sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan APBD. Selain itu, melalui komitmen dapat menciptakan motivasi dan kemauan bagi pihak penyusun APBD untuk menyelenggarakan tahapan penyusunan APBD yang lebih baik, efektif, efisien, dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3.4 Hubungan Konflik antara Legislatif dan Eksekutif dalam Penyusunan APBD 2015