84
5.1.2 Faktor Partisipasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 10 pertanyaan pertanyaan tentang pengetahuan tereduksi sebanyak 4 pertanyaan, sehingga yang tidak tereduksi
sebanyak 6 pertanyaan. Faktor partisipasi terbentuk dari faktor pengetahuan meliputi: 1 pemahaman tentang jenis kontrasepsi KB, 2 keikutsertaan pria menjadi akseptor
KB secara tidak langsung menjadi motivator, 3 mengetahui kontrasepsi yang paling efektif dalam jangka panjang seperti MOP, 3 ikut membantu program KB sebagai
peserta KB pria, 4 KB pria MOP setelah dipasang dapat dibuka lagi, 5 keterlibatan pria dalam KB melalui perannya berupa dukungan terhadap KB dan penggunaan alat
kontrasepsi serta merencanakan jumlah keluarga, 6 pria adalah mitra reproduksi dan seksual, sehingga sangat beralasan apabila pria ikut menjadi akseptorpeserta KB.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 6 pertanyaan pengetahuan yang tidak tereduksi sebagian besar responden menjawab salah dan tidak tahu pertanyaan
tentang pengetahuan partisipasi pria menjadi akseptor KB, yaitu terkait dengan KB kondom dan metode MOP. Masih banyak responden yang belum paham tentang
partisipasi pria menjadi akseptor KB seperti; a KB MOP merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif dalam jangka panjang, b melakukan
kontrasepsi KB pria ikut membantu program KB, c pria adalah mitra reproduksi dan seksual, sehingga sangat beralasan apabila pria ikut menjadi akseptorpeserta KB. Hal
ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar responden masih memiliki pengetahuan yang belum baik tentang partisipasi pria dalam KB.
Universitas Sumatera Utara
85
Hasil wawancara dengan responden yang menggunakan KB metode MOP dan kondom dapat disimpulkan bahwa masih ada anggapan setelah vasektomi tidak bisa
memuaskan hubungan dengan istri. Hal ini terkait dengan jawaban responden sebanyak 75 menjawab salah bahwa menjadi peserta KB dapat mengurangi
kejantanan, sehingga memutuskan untuk berpartisipasi atau tidak dalam KB pria memakan waktu yang lama, karena responden belum mendapat informasi yang
menyeluruh tentang KB MOP ini. Menurut responden pengetahuan tentang KB ini lebih banyak diperoleh dari mass media dibanding dengan petugas KB.
Pengetahuan responden yang belum baik tentang KB ini terkait dengan karakteristik pesereta KB pria yang memilki tingkat pendidikan yang rendah, yaitu
sebanyak 50 responden tamat SD dan SLTP selebihnya tingkat pendidikan SLTA dan perguruan tinggi. Hal ini didukung hasil penelitian Ekayanthi 2005
menyimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang metode kontrasepsi pria dengan persepsi PUS terhadap partisipasi pria dalam KB. Hal senada juga
ditemukan dalam hasil penelitian Budisantoso dan Ekarini 2008 menyimpulkan bahwa partisipasi pria dalam KB masih rendah dipengaruhi oleh faktor pendidikan.
Menurut pendapat Green dalam Notoatmodjo, 2012 faktor predisposisi, yaitu pengetahuan berkaitan dengan tingkat pendidikan, semakin baik tingkat
pendidikan seseorang, perilakunya dalam memenuhi keinginankebutuhan akan semakin baik.
Pengetahuan merupakan informasi yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
Universitas Sumatera Utara
86
membentuk tindakan seseorang overt behavior. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut
Notoatmodjo 2012, pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar
pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan responden dalam KB
adalah melalui kegiatan penyuluhan tentang pentingnya partisipasi KB pria oleh petugas kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai seperti membuat brosur atau leaflet
dan materi tentang kesehatan reproduksi dengan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat dalam meningkatkan partisipasi pria dalam KB.
Berdasarkan analisis faktor sub variabel pengetahuan merupakan salah satu sub variabel pembentuk faktor predisposisi yang memengaruhi partisipasi pria dalam
keluarga berencana karena memiliki nilai eigen value 4,083 1. Hal ini memberikan makna bahwa sub variabel pengetahuan mampu menjelaskan keragaman sebagai
pembentuk asal faktor predisposisi, semakin besar nilai eigen value sub variabel pengetahuan semakin kuat mewakili keragaman variabel asal.
Hasil penelitian ini didukung pendapat Suliyanto 2005 dan Hair 2010 yang mengungkapkan analisis faktor merupakan suatu teknik untuk menganalisis tentang
saling ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan tujuan untuk menyederhanakan dari bentuk hubungan antara beberapa variabel yang diteliti
menjadi sejumlah faktor yang lebih sedikit dari pada variabel yang diteliti.
Universitas Sumatera Utara
87
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Green dalam Notoatmodjo 2012 yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan bagian dari faktor predisposisi yang
sangat menentukan dalam membentuk perilaku seseorang .
5.1.3 Faktor Respon