29
faktor  matriks,  faktor  matriks  ditransformasikan  ke  dalam  matriks  yang  lebih sederhana  sehingga  mudah  diinterpretasikan.  Rotasi  faktor  menggunakan  prosedur
varimax. f. Interpretasi faktor
Interpretasi  faktor  dilakukan  dengan  mengklasifikasikan  variabel  yang mempunyai  factor  loading  minimum  0,4  sedangkan  variabel  dengan  factor  loading
kurang dari 0,4 dikeluarkan dari model. g. Penyeleksian surrogate variable
Mencari  salah  satu  variabel  dalam  setiap  faktor  sebagai  wakil  dari  masing- masing faktor. Pemilihan ini didasarkan pada nilai faktor loading tertinggi.
2.3.5 Asumsi Analisis Faktor
Prinsip  utama  dalam  analisis  faktor  adalah  korelasi,  artinya  variabel  yang memiliki  korelasi  erat  akan  membentuk  suatu  faktor.  Karena  prinsip  utama  analisis
faktor  adalah  korelasi,  maka  asumsi  dalam  analisis  faktor  berkaitan  erat  dengan korelasi berikut:
a. Korelasi antar variabel bebas harus kuat. Hal ini dapat diidentifikasi dari nilai determinannya yang mendekati nol. Nilai
determinan  dari  matriks  korelasi  yang  elemen-elemennya  menyerupai  matriks identitas  akan  memiliki  nilai  determinan  sebesar  satu.  Artinya,  jika  nilai  determinan
mendekati  satu,  maka  matriks  korelasi  menyerupai  matriks  identitas,  dimana  antar itemvariabel  tidak  saling  terkait  karena  matriks  identitas  memiliki  elemen  pada
diagonal bernilai satu, sedangkan lainnya bernilai nol.
Universitas Sumatera Utara
30
b. Koefisien korelasi parsial antar 2 variabel harus kecil Hal  ini  dapat  diidentifikasi  dengan  nilai  Kaiser  Meyer  Olkin  measure  of
sampling  adequency  KMO.  KMO  merupakan  sebuah  indeks  perbandingan  jarak antara koefisien korelasi dengan koefisien parsialnya secara keseluruhan. Jika jumlah
kuadrat  koefisien  korelasi  parsial  diantara  seluruh  pasangan  variabel  bernilai  kecil dibandingkan  dengan  jumlah  kuadrat  koefisien  korelasi,  maka  akan  menghasilkan
nilai KMO yang mendekati satu. Nilai KMO yang kecil menunjukkan bahwa analisis faktor  bukan  merupakan  pilihan  yang  tepat.  Untuk  dapat  dilakukan  analisis  faktor,
nilai KMO dianggap cukup apabila nilai KMO  0,5. c. Koefisien korelasi antar variabel harus kecil
Hal  ini  dapat  diidentifikasi  dengan  nilai  Measure  of  Sampling  Adequency MSA.  MSA  adalah  sebuah  indeks  perbandingan  jarak  antara  koefisien  korelasi
dengan koefisien korelasi parsialnya secara parsial setiap itemvariabel. Untuk dapat dilakukan  analisis  faktor,  nilai  MSA  dianggap  cukup  apabila  nilai  MSA    0,5.
Apabila  ada  itemvariabel  yang  tidak  memiliki  nilai  MSA    0,5,  variabel  tersebut harus dikeluarkan dari analisis faktor secara bertahap satu persatu.
d.  Dalam beberapa kasus, setiap variabel yang akan dianalisis dengan menggunakan analisis faktor harus menyebar secara normal.
2.3.6 Penamaan Faktor yang terbentuk