90
5.1.4 Faktor Lokasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 5 pertanyaan pertanyaan tentang akses pelayanan ada 4 yang tidak tereduksi dan sebagian besar responden menjawab
tidak setuju dan sangat tidak setuju pertanyaan akses pelayanan tentang partisipasi pria dalam KB, faktor ini dinamakan faktor lokasi. Hal ini memberikan gambaran
bahwa akses menuju tempat atau lokasi pelayanan masih menjadi masalah bagi responden. Sebagian besar responden mengeluhkan masalah transportasi menuju
Puskesmas tidak tersedia setiap saat dan belum sepenuhnya ada akses untuk memperoleh informasi dari petugas KB.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden KB metode MOP dan kondom dapat disimpulkan bahwa sarana pelayanan kesehatan di Kecamatan Pantai
Cermin sudah tersedia seperti Puskesmas yang siap memfasilitasi partisipasi pria dalam KB, namun petugas KB belum sepenuhnya memberikan sosialisasi tentang
partisipasi pria dalam KB, jadwal buka Puskesmas belum sepenuhnya tepat waktu dan fasilitas kondom tidak setiap saat tersedia serta petugas kesehatan lebih sering
menyediakan alat kontrasepsi bagi wanita saja, sehingga tidak dapat memotivasi pria untuk berperan serta dalam vasektomi. Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo
2012 mengungkapkan bahwa media atau alat bantu pendidikan yang digunakan dapat memberikan akses informasi untuk mempermudah penerimaan pesan atau
informasi pada masyarakat. Menurut BkkbN 2009b melalui peningkatan intensitas dan kualitas kegiatan
promosi dan konseling KB dapat meningkatkan akses pengetahuan dan kesadaran
Universitas Sumatera Utara
91
para pria dalam KB, namun dilihat dari akses informasi, materi informasi masih sangat terbatas, sehingga terhambat dalam mengambil keputusan.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Ekarini 2008 menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap, sosial
budaya, akses pelayanan KB, kualitas pelayanan KB terhadap partisipasi pria dalam keluarga berencana.
Hasil penelitian Satyavada dan Adam 2000 di Nepal menyimpulkan bahwa perbaikan penyampaian informasi dalam pelayanan kontrasepsi dan penyediaan akses
yang mudah secara signifikan dapat meningkatkan proporsi pemakaian kontrasepsi yang akhirnya akan memberikan pilihan terhadap pengaturan kelahiran dan jumlah
keluarga. Meningkatkan penerimaan partisipasi pria dalam KB perlu dilakukan Komunikasi Informasi dan Edukasi KIE mengenai jenis metode kontrasepsi, tempat
pelayanan KB, dan biaya Pelayanan KB dengan melibatkan kelompok atau paguyuban, petugas KB, tokoh agama dan tokoh masyarakat.
Berdasarkan analisis faktor sub variabel akses lokasi pelayanan merupakan salah satu sub variabel pembentuk faktor pendukung yang memengaruhi partisipasi
pria dalam KB karena memiliki nilai eigen value 1,9991. Hal ini memberikan makna bahwa sub variabel akses pelayanan sebagai pembentuk loaksi mampu
menjelaskan keragaman sebagai pembentuk asal faktor pendukung, semakin besar nilai eigen value akses pelayanan semakin kuat mewakili keragaman variabel asal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Green dalam Notoatmodjo 2012 yang
Universitas Sumatera Utara
92
menyatakan bahwa akses pelayanan sebagai pembentuk lokasi merupakan bagian dari faktor pendukung dalam membentuk perilaku seseorang
.
5.1.5 Faktor Pendukung