Profil Anak yang Bekerja sebagai Penjual Kantong Plastik di Pasar

38 Pasar Tradisional Pancur Batu ramai dikunjungi konsumen, terutama di hari pekan pasar yang jatuh pada hari Sabtu, kemacetan total bisa terjadi di ruas jalan Jamin Ginting yang melalui tengah Kota Pancurbatu. Sebab kedua area sisi kanan dan kira jalan digunakan sebagai pasar yang dikenal sebagai Pajak Bawah dan Pajak Atas.Pada hari pekan, di kedua area pasar ini tak hanya dipadati oleh pedagang tetap, tetapi juga pedagang dadakan yang datang dari desa-desa di sekitar kawasan Pancurbatu.Sehingga hasil pertanian yang jarang ditemui pada hari biasa, dapat ditemukan pada hari pekan tersebut. Selain itu, perdagangan hewan ternak pun lebih marak di hari itu.Sebut saja seperti babi, anjing, ayam, bebek, kambing, sapi, dan lainnya. Pun para pengrajin besi lebur yang menghasilkan pisau, parang, cangkul, dan sebagainya masih ada yang bertahan di kota kecil ini. Karenanya tidak heran jika pada hari pekan, warga Kota Medan pun banyak datang berbelanja ke Pancurbatu.Dilewati oleh jalur Jalan Jamin Ginting sehingga pada saat lonjakan wisatawan yang menuju Berastagi meningkat, kemacetan total bisa terjadi di kawasan ini.

4.2 Profil Anak yang Bekerja sebagai Penjual Kantong Plastik di Pasar

1. Yossi Br Simbolon Yossi Simbolon adalah pekerja anak yang berusia 14 tahun. Sekarang duduk dibangku kelas 3 SMP. Yossi sudah bekerja menjual kantong plastik di pasar sudah 2 tahun, mulai dari Ia duduk dibangku kelas 1 SMP.Kedua orang tuanyatinggal dikampung Tiga Lingga.Yossi merupakan anak ke 4 dari 6 bersaudara, Ia tinggal bersama kakaknya di Padang Bulan Pasar 6.Keseharian orang tuanya bekerja di ladang, sehingga orang tua mereka jarang pulang ke Medan. Sedangkan Kakaknya bernama Maria Simbolon kesehariannya menjual Ikan teri di Pasar Tradisional Pancur Batu. Universitas Sumatera Utara 39 bekerja berjualan ikan teri di Pasar Tradisional Pancur Batu untuk memenuhi kebutuhan hidup adek-adeknya yang tinggal bersamanya di Medan. Karena hanya bekerja berjualan ikan teri di pasar sehingga mereka tidak punya penghasilan tetap perbulannya. Hasil atau keuntungan yang didapatkan hanya berdasarkan lakunya ikan teri di pasar. Kira-kira perbulan untung yang didapatkan hanya Rp 1.000.000,- sampai Rp1.800.000,-. 2. Yolanda Br Simbolon Yolanda Simbolon merupakan adek dari Yossi simbolon yang sekarang berusia 13 tahun, duduk dibangku kelas 2 SMP. Yolanda sudah bekerja menjual kantong plastik sudah 1 tahun lamanya sejak Ia duduk dibangku kelas 1 SMP. Awalnya Ia diajak oleh kakaknya Yossi Simbolon untuk ikut bekerja menjadi penjual kantongan plastik di pasar untuk membantu ekonomi keluarga mereka. 3. Imme Br Gurusinga Imme Gurusinga adalah anak yatim piatu yang berusia 11 tahun, Sekarang duduk dibangku kelas 6 SD. Imme sudah bekerja menjual kantong plastik di pasar sudah 3 tahun semenjak ia duduk di bangku kelas 3 SD. Dari kecil Imme sudah tumbuh tanpa orang tua, Ia besar dirawat oleh neneknya yang sudah berusia 65 tahun. Nenek Imme kesehariannya berjualan kentang, cabai, pisang di Pasar Tradisional Pancur Batu.. Sedangkan Kakek Imme sudah tidak sanggup lagi bekerja karena menderita lumpuh akibat stroke.Oleh karena itu Imme juga harus ikut berpartisipasi mencari nafkah untuk membantu neneknya, mengigat kondisi neneknya juga sudah Tua dan penghasilannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Universitas Sumatera Utara 40 4. Samuel Ginting Samuel Ginting adalah pekerja anak yang berusia 11 tahun , yang duduk dibangku kelas 6 SD. Samuel Ginting sudah bekerja menjual kantongan plastik selama 3 tahun semenjak Ia duduk di bangku kelas 3 SD. Sama halnya seperti Imme Gurusinga, Samuel juga harus bekerja keras untuk membantu ekonomi keluarganya. Apalagi kedua orangtua Samuel sudah bercerai semenjak ia berusia 8 tahun dan sekarang Samuel tinggal bersama Ibunya yang sudah berumur 35 tahun dan seorang adik perempuannya yang masih TK. Keseharian Ibunya berjualan kebutuhan dapur seperti cabai, tomat, bawang merah, bawang putih, jahe dan bumbu dapur lainnya. Sedangkan untuk pendapatan perbulannya Ibu Samuel memperoleh kurang lebih Rp 1.000.000- Rp 1.500.000.tergantung hasil laku dipasar. Oleh karena penghasilan yang tidak tentu ini, maka Samuel juga harus ikut bekerja membantu Ibunya agar dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. 5. Riski Br Barus Riski Barus adalah pekerja anak yang berusia 14 tahun, yang sekarang duduk dibangku kelas 3 SMP. Riski tinggal bersama bibinya di medan karena kedua orang tuanya berada dikampung Lingga Muda. Sehingga sejak tamat SD riski sudah merantau ke medan melanjutkan Sekolah Menengah Pertamanya di Medan. Riski merupakan anak ke 3 dari 5 bersaudara. Riski berada di tengah-tengah keluarga yang kurang mampu, sehingga untuk hidup di Medan Ia harus menumpang tinggal di rumah Bibi dan Pamannya yang merupakan adek dari Ayah Riski. Keseharian Bibinya bekerja sebagai penjual sayur mayur dan bumbu dapur lainnya, sedangkan Pamannya bekerja sebagai supir angkutan umum.Semenjak merantau ke Medan saat Ia berusia 12 tahun Riski sudah bekerja menjual kantong plastik di Pasar Pancur Batu hingga sekarang Universitas Sumatera Utara 41 usianya 14 tahun.Karena jarang mendapat kiriman dari orang tua dikampung, Riski akhirnya memilih bekerja untuk membiayai keperluan sekolahnya. 6. Chelsi Br Perangin-angin Chelsi adalah anak yang berusia 11 tahun yang sekarang duduk dibangku kelas 6 SD. Chelsi merupakan anak 1 dari 3 bersaudara. Tinggal bersama kedua orang tuanya.Ibunya bekerja menjadi penjual kerupuk keliling di sekitaran pasar pancur Batu dan juga menjual berbagai makanan ringan untuk anak-anak di pasar Pancur Batu.Ibu Chelsi bisa memperoleh untung sebesar Rp 1.200.000,- sedangkan Ayahnya hanya buruh bangunan yang tidak memiliki penghasilan tetap. Dan ayahnya bekerja jika hanya mendapat panggilan borongan untuk membuat suatu rumah atau bangunan lainnya. Megetahui kondisi seperti ini Chelsi ikut membantu kedua orang tuanya bekerja karena Ia tahu pendapan kedua orang tua nya tidak mungkin cukup membiayai kebutuhan keluarga beserta adek-adeknya yang semua sudah duduk di bangku sekolah. Chelsi sudah bekerja semenjak Ia berusia 9 Tahun, sampai sekarang sudah terhitung 2 tahun lamanya ia bekerja menjadi penjual kantongan plastik di Pasar Tradisional Pancur Batu.. Selayaknya seorang anak, anak-anak memiliki hak untuk tumbuh dan memiliki kehidupan yang baik, segala macam tanggungan kebutuhan anak merupakan tanggung jawab orang tua.Tetapi banyak yang terjadi bahwa anak-anak juga dilibatkan dalam urusan pemenuhan ekonomi keluarga.Banyak penyebab anak sebagai pekerja, salah satu yang paling mendasar adalah karena alasan kebutuhan sosial-ekonomi, selain seorang anak memutuskan untuk menjadi pekerja anak adalah keinginan sendiri.Pekerja anak banyak tersebar disektor formal maupun informal dengan tingkat pendapatan rendah dan perlindungan yang tidak terjamin.Banyak Universitas Sumatera Utara 42 pekerja anak yang memilih bekerja di sektor informal karena selain tidak perlu memiliki keahlian tertentu juga mudah dilakukan karena tidak membutuhkan modal yang besar.Saat ditanyakan mengapa mereka memilih menjadi pekerja penjual kantong plastik, pekerja anak yang bernama Samuel Ginting berusia 11 tahun yang sudah 3 tahun berjualan kantong plastik, mengatakan “Kalau menjual kantong plastik mudah untuk dilakukan Kak, jadi saya suka melakukan pekerjaan ini untuk mendapatkan uang tambahan untuk membantu mamak lagian kerjaanya hanya membawa bungkusan kantong plastik baru keliling pasar sambil menawarkan kepada orang-orang yang berbelanja disini dengan harga Rp1000,- per satu kantongan plastik” Hal demikian juga dikatakan oleh pekerja anak yang sudah 2 tahun menjual kantongan plastik di pasar tradisional pancur batu yang sekarang berusia 14 tahun, bernama Yossi Simbolon Ia mengatakan bahwa: “ Menjual kantongan plastik tidak ribet dan susah untuk dilakukan hanya modal jalan kaki berkeliling pasar sambil menawarkan kantong plastik yang kita bawa kepada pembeli yang belanja di pasar, kita sudah mendapatkan uang. Selain itu jika kami tidak punya uang untuk membeli kantong plastik, kami bisa mengambilnya dulu ke Grosir Cina Kak, lalu setelah mendapat untung baru kami membayarnya. Sama halnya dengan pekerja anak penjual kantong plastik lainnya juga mengatakan sama seperti yang sudah dikatakan oleh Samuel dan Yossi. Mereka suka mencari uang dengan cara berjualan kantong plastik karena mereka beranggapan mudah untuk dilakukan oleh anak seusia mereka tanpa harus mengeluarkan biaya. Saat ditanya apakah mereka mendapat kendala atau kesusahan saat menjual kantong plastik di pasar, sebagian pekerja anak mengatakan bahwa tidak ada kesusahan sama sekali tetapi berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Imme Gurusinga, ia mengatakan: Universitas Sumatera Utara 43 “Pertama saat melakukan pekerjaan ini saya malu kak, pertama kali saya menjual kantong plastik waktu kelas 3 SD, saya malu karena harus berkeliling sambil membawa kantongan- kantongan plastik dan mengatakan plastiknya buk, plastiknya kak kepada setiap pembeli yang saya jumpai. Sehingga saya merasa kesusahan untuk melakukan pekerjaan ini kak.Karena malu saya sering hanya berkeliling tidak menawarkan plastik kepada pembeli berharap pembeli yang memanggil saya untuk membeli plastik saya, karena itu kantong plastik saya tidak banyak laku kak. Setelah itu saya pernah berhenti sebulan berjualan plastik kak, tetapi karena butuh uang untuk bayar uang sekolah sama bantu nenek untuk beli obak kakek, ya terpaksa saya harus mencoba berjualan lagi dan lama kelamaan saya terbiasa juga kak dan sudah tidak malu lagi. Berbeda dengan keluhan Imme, pekerja anak penjual kantong plastik yang bernama Riski Br Barus mengatakan keluhannya yaitu: “Kalau menjual kantong plastik kaki sering pegel kak karena capek berkeliling pasar secara terus menerus, kalau kita lama berhenti tidak rajin berkeliling bisa-bisa nanti kalah sama penjual plastik lain kak. Jadi kita harus berkeliling memutari pasar secara terus menerus kak, belum lagi kalau hujan dan becek kak semakin susah untuk jalan dan berkeliling pasar kak, kaki juga penuh berlumuran becek dan lumpur”. Kehidupan anak-anak pekerja penjual kantong plastik di Pasar Tradisional Pancur Batu tidak jauh berbeda dari anak-anak lainnya. Menjadi pembeda adalah bahwa anak-anak Penjual kantong plastik ini sudah dibebankan tanggung jawab dalam membantu memenuhi nafkah keluarga mereka. Saat penulis bertanya apakah mereka tidak bosan atau malas sudah melakukan pekerjaan menjual plastik selama bertahun-tahun, kemudian pekerja anak yang bernama Chelsi yang sudah bekerja selama 2 tahun lamanya menjawab: “ Enggak kak daripada saya tidak mengerjakan apa-apa dan tidak punya teman juga di rumah, mending saya memilih ikut mamak ke pasar kak berjualan.Mamak jualan makanan aku jualan kantong plastik kak, terus uangnya bisa dipakai buat belik-belik kak.Apalagi mamaksenang kak kalau aku jualan kantong plastik ini karena bisa nambah uang belanja kata mamak kak”. Hal yang sama dikatakan oleh pekerja anak lain yang bernama Yolanda Br Simbolon yang sudah bejualan selama 1 tahun: Universitas Sumatera Utara 44 “enggak kak, pulang sekolah, udah ganti baju aku langsung ke pasar kak ke tempat jualan kakak Maria, daripada bosan nungguin kak Maria pulang berjualan mending aku keliling jualan kantong plastik kak, bisa dapat uang, lagian Kakak juga berjualan ikan teri di pasar ini juga kak, jadi kalau bosan berkeliling biasanya aku datang ke kios kak Maria”. Hasil wawancara penulis kepada anak-anak yang bekerja menjual kantong plastik termotivasi karena orang tua ataupun wali mereka yang juga bekerja berjualan di Pasar tersebut sehingga ini merupakan faktor utama anak-anak tersebut juga ikut berpartipasi berjualan kantong plastik di pasar, Berdasarkan data yang diperoleh disebutkan bahwa banyak anak memberikan partisipasi di dalam keluarganya dengan motif bekerja dengan kemauan mereka sendiri.Selain itu mereka sadar betapa keluarga membtutuhkan partisipasi mereka dalam mencari nafkah hidup setiap anggota keluarganya. Anak-anak tersebut tidak keberatan mencari uang dengan berjualan kantong plastik karena orang tua mereka juga bekerja dipasar tersebut selain itu mereka juga mengaku pekerjaan tersebut mudah untuk dilakukan anak seusia mereka tanpa harus memiliki keahlian tertentu bahkan mereka juga bisa berjualan meski tidak punya modal awal, yaitu dengan cara mengambil kantong plastik di Grosir Cina lalu setelah laku mereka bisa membayar kantongan plastik tersebut. Satu bungkus kantong plastik berisi 30 plastik dihargai seharga Rp 30.000,-. Walau ada anak yang bernama Imme Gurusinga memiliki kendala yaitu merasa malu karena harus berkeliling pasar membawa kantongan plastik dan harus menawarkan kepada setiap pembeli di pasar tersebut dan merasa capek karena setiap jam harus berkeliling mengelilingi pasar khusus yang menjual kebutuhan dapur, seperti: sayur-mayur, tomat, bawang merah, ikan, dan bumbu-bumbu dapur lainnya karena dibagian situlah banyak konsumen yang membutuhkan kantongan plastik untuk menyatukan belanjaan-belanjaan mereka. Tetapi mereka tidak punya pilihan lain, karena kesulitan ekonomi keluarga memaksa untuk turun ke jalan mencari nafkah. Universitas Sumatera Utara 45 Selain itu 6 dari pekerja anak 4 diantaranya sudah tidak tinggal bersama orang tua lagi dan 1 pekerja anak hanya tinggal bersama Ibu nya saja, sehingga hal ini mengakibatkan peran orang tua tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya dalam keluarga, karenanya disfungsi akan terjadi dalam keluarga sehingga anak harus merasakan betapa sulitnya mencari uang diusia mereka yang masih di bawah umur.

4.3 Bentuk Partisipasi Mereka Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup Keluarga