84
BAB VI PEMBAHASAN
6.1. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan menggunakan data primer yang diperoleh melalui instrumen kuesioner. Dalam penelitian ini terdapat
keterbatasan-keterbatasan manusia baik sebagai subyek maupun sebagai obyek penelitian yang tidak dapat dihindari. Dengan keterbatasan ini, diharapkan dapat
dilakukan perbaikan untuk penelitian yang akan datang. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini yaitu : tempat kegiatan dilakukan di dalam ruangan
meeting sehingga peneliti kesulitan untuk mempraktekan secara langsung mengenai langkah cuci
tangan yang baik dan benar menngunakan air yang mengalir, sabun cair, dan lap kering. Sehingga pekerja
cleaning service hanya mengikuti gerakan dan langkah cuci tangan yang diperagakan peneliti tanpa menggunakan air yang mengalir, sabun,
dan lap kering.
6.2 Gambaran Karakteristik Pekerja Cleaning Service UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 95 pekerja cleaning service
yang bekerja di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sample dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 48 orang kelompok intervensi dan 47 orang menjadi kelompok
kontrol. Pada penelitian ini, karakteristik pekerja cleaning service dilihat dari jenis
kelamin, usia dan tingkat pendidikan. Karakteristik tersebut diduga menjadi variabel
counfounding, namun peneliti sudah mengendalikan variabel-variabel tersebut diawal penelitian dengan menentukan jenis kelamin yaitu laki-laki, usia
yang ditentukan ialah usia produktif antara 20-50 tahun, dan tingkat pendidikan yang ditentukan ialah pendidikan menengah atas SMASMKSMEAMA.
Pekerja cleaning service menggunakan bahan kimia dalam setiap
pekerjaannya seperti mengepel lantai, membersihkan toilet, membersihkan kaca dan membersihkan ruang laboratorium. Dalam setiap melakukan pekerjaannya pekerja
tidak menggunakan alat pelindung diri berupa sarung tangan. Pekerja cleaning
service berisiko terkena penyakit dermatitis kontak dari paparan bahan kimia yang diterimanya setiap hari. Selain itu, peluang berisiko terkena penyakit dermatitis
kontak semakin besar ditambah dengan pola kebiasaan mencuci tangan yang tidak menggunakan sabun pencuci tangan hanya menggunakan air saja. Pekerja
cleaning service pun sebagain besar diantaranya hanya melakukan cuci tangan setelah
bekerja saja tidak melakukan cuci tangan sebelum bekerja maupun dalam pindah proses pekerjaan.
Pengetahuan pekerja cleaning service meningkat setelah diberikan
penyuluhan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya, karena sebeumnya pekerja
cleaning service belum pernah mengikuti penyuluhan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya. Sebelum dilakukan
intervensi pun pekerja cleaning service tidak mengetahui langkah cuci tangan yang
baik dan benar karena sebelumnya tidak ada pelatihan dan tidak ada penyuluhan
mengenai langkah cuci tangan yang baik dan benar, sehingga dalam kesehariannya pekerja hanya cuci tangan jika telapak tangan pekerja nampak kotor yang terlihat
oleh kasat mata. Pekerja cleaning service tidak menggunakan alat pelindung diri
karena tidak disediakan oleh pihak universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, selain itu pekerja merasa terganggu dalam melakukan pekerjaannya jika
menggunakan sarung tangan. Pekerja cleaning service menggunakan sarung tangan
dalam bekerja jika melakukan pekerjaan yang kotor seperti merapihkan taman kampus yang bersentuhan langsunng dengan tanah.
6.3 Pengetahuan Pekerja Cleaning Service pada Kelompok Intervensi