11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Teori Belajar Matematika
Matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan.
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Abdurrahman, 2003:252 mengemukakan bahwa Matematika merupakan bahasa simbolis yang
mempunyai fungsi praktis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan. Sedangkan fungsi teoritisnya untuk
memudahkan berpikir. Dengan kata lain matematika adalah bekal bagi peserta didik untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa matematika
adalah bahasa
simbolis yang
berfungsi untuk
mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan serta untuk memudahkan dalam berpikir.
Sugihartono, dkk 2007: 74 mengartikan belajar sebagai suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud
perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.
Menurut James O. Whittaker dalam Syaiful Bahri Djamarah 2011:12 mengemukakan belajar merupakan sebuah proses dimana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Merangkum pendapat para ahli tentang pengertian belajar, maka belajar
adalah Belajar merupakan suatu proses yang bersifat aktif untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman agar manusia dapat
menyesuaikan diri dengan dunianya dan hasilnya berupa perubahan tingkah laku dan pengertian sebagai hasil dari latihan.
Belajar matematika adalah rangkaian proses yang menyeluruh dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman
tentang konsep matematis. Jean Piaget dalam Jeanne Ellis 2008 mengatakan bahwa tahap-
tahap perkembangan kognitif seseorang dibagi menjadi empat tahap yang berbeda, yang masing-masing memiliki pola pikir yang unik.
Empat tahap perkembangan kognitif Piaget sebagai berikut: tahap sensorimotor kelahiran hingga usia 2 tahun, tahap praoperasional
2 tahun hingga sekitar 6 atau 7 tahun, tahap operasional konkret 6 atau 7 tahun hingga 11 atau 12 tahun, tahap operasional formal
11 atau 12 tahun hingga dewasa. Anak-anak usia sekolah menengah pertama adalah usia transisi dari tahap operasional konkret ke tahap
operasional formal. Pada tahap operasional konkret anak memiliki penalaran yang menyerupai penalaran orang dewasa mulai muncul,
namun terbatas pada penalaran mengenai realitas konkret lalu masuk ke PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tahap operasional, proses-proses penalaran logis diterapkan ke ide-ide abstrak ataupun ke objek-objek konkret.
Teori ini menunjukan bahwa peran media pembelajaran atau alat peraga dibutuhkan untuk membantu
pemahaman siswa dalam proses pembelajaran.
2. Pembelajaran Matematika
a. Pembelajaran
Menurut Wina 2006:29 pembelajaran merupakan proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala
potensi dan sumber yang ada baik yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat, dan
kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada diluar diri siswa seperti lingkungan, sarana, dan
sumber belajar sebagai suatu proses kerjasama, pembelajaran tidak hanya menitikberatkan pada kegiatan guru atau kegiatan siswa saja,
melainkan juga guru dan siswa secara bersama-sama melakukan dan berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Pembelajaran adalah kegiatan yang dilaksanakan di sekolah baik sekolah formal, non formal, maupun informal.
Dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan di sekolah dan
merupakan proses kerjasama antara guru dan siswa untuk mencapai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
suatu tujuan dan menyampaikan ilmu pengetahuan dengan memanfaatkan segala potensi yang ada.
b. Matematika
Istilah mathematics Inggris, mathematic Jerman, mathematique
Perancis, mathematiceski
Rusia, atau
mathematickwiskunde Belanda berasal dari perkataan latin
mathematica, yang mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike
, yang berarti “relating to learning” . Perkataan itu mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu
knowledge, science. Perkataan mathematike berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu mathenein yang
mengandug arti belajar berpikir Erman Suherman, 2001:17-18. Johnson dan Rising 1972 dalam Erman Suherman, 2001:19
dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logic, matematika itu
adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinnya dengan simbol dan padat,
lebih berupa bahasa symbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Reys, dkk 1984 dalam Erman Suherman, 2001:19 dalam bukunya
mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola pikiran, suatu seni, suatu bahasa,