Definisi Taruna Putri Syarat Pendaftaran Taruna Putri

jam pelajaran tatap muka dan terstruktur, 6 jam ekstrakulikuler sore hari, dan 16 jam mandiri malam hari. d Semester V-VI Taruna Putri berpangkat Sersan Mayor Taruna Menempuh pendidikan sesuai dengan jurusannya selama 180 hari dengan beban study sebanyak 232 SKS. Dimana setiap minggunya relatif sama dengan di tingkat III. e Semester VII Telah diwisuda dan berpangkat Letnan Dua Menempuh pendidikan lanjutan profesi sesuai dengan jurusannya masing-masing di AAU. Dimana prosesnya dilakukan selama 154 hari 22 minggu dengan beban study bidang profesi sebanyak 20 SKS. Oleh karena itu, pendidikan pada semester VII ini dinamakan dengan pendidikan Akademi lanjutan dan masih dilaksanakan di Akademi TNI-AU. Menjelang akhir dari pendidikan Akademi lanjutan, para Perwira Siswa tersebut diseleksi di Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa Lakespra “Saryanto” di Jakarta, untuk menentukan siapa saja yang kemudian setelah lulus Akademi lanjutan dapat meneruskan pendidikan kecabanganya di sekolah Penerbang TNI-AU dan sekolah non-Penerbang TNI-AU.

E. Bentuk Coping Stress pada Taruna Putri yang Sedang Menempuh

Pendidikan Militer di Akademi Angkatan Udara Berdasarkan uraian beberapa teori di atas, maka diperoleh suatu konsep mengenai penelitian ini. Taruna Putri yang sedang menempuh pendidikan Militer di Akademi Angkatan Udara Yogyakarta. Segala aktivitas setiap harinya mulai dari bangun pagi hingga akan istirahat malam yang telah diatur, menjadi sebuah kewajiban bagi Taruna Putri. Aktivitas yang dialami oleh Taruna Putri setiap harinya di Akademi Angkatan Udara selama menempuh pendidikan militernya, akan menjadi pengalaman mereka sebagai proses dari coping stress. Proses coping stress diawali dengan penilaian kognitif terhadap stressor, yang dilanjutkan dengan perilaku individu dalam menghadapi sebuah permasalahan. Pengalaman Taruna Putri sebagai pelajar dan calon perwira tersebut, akan berbeda dengan wanita pada umumnya. Proses pengambilan keputusan awal Taruna Putri yang memilih masuk ke dalam Akademi Angkatan Udara pada masa usia remaja akhir, menjadi keputusan penting bagi mereka. Pada masa tersebut, Taruna Putri sudah dibebaskan memilih untuk masa depan dirinya, tetapi tetap dengan adanya ijin dari orang tua. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja dalam status interim. Oleh sebab itu, ketika Taruna Putri melaksanakan pendidikan di Akademi Angkatan Udara, akan mengalami berbagai pengalaman yang mungkin dari pengalaman tersebut merupakan stressornya. Dari pengalaman tersebut, yang nantinya akan menjadi pilihan bagi individu dalam menentukan cara merespon masalah dan strategi coping yang digunakan. Coping yang akan digunakan oleh Taruna Putri harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi permasalahan yang dihadapi, untuk memperoleh hasil yang efektif. Oleh karena itu, perlu mengetahui terlebih dahulu gejala stres yang muncul pada seorang individu tersebut. Setelah mengetahui gejala stres yang muncul, maka perlu ditelusuri apa penyebab stres yang dialami oleh individu itu. Macam-macam stressor dibedakan berdasarkan tingkatannya, yaitu microstressor, major negative event, dan catastrophic events. Kemudian, stres dapat dibagi menjadi stress yang positif eustress dan stress yang negatif distress yang disebabkan karena adanya beberapa stressor atau tuntutan. Hal tersebut mempengaruhi cara Taruna Putri dalam menentukan coping stress yang akan digunakannya, selama menempuh pendidikan militer di Akademi Angkatan udara. Bentuk-bentuk coping stress tersebut dibagi menjadi dua, yaitu problem focused coping dan emotion focused coping. Dalam hal ini, bentuk-bentuk dari coping stress tersebut masih dapat digolongkan menajdi lebih rinci. Bentuk- bentuk coping stress secara rinci dijabarkan sebagai berikut, problem focused coping active coping, planning, suppression of competing activities, restraint coping, seeking social support for instrumental reasons dan emotion focused coping seeking social support for emotional reasons, positive reinterpretation, acceptance, denial, turning to religion, focusing on and venting emotions, behavioral disengagement, mental disengagement. Kemampuan individu untuk melakukan coping stress berbeda-beda dan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Upaya individu tersebut akan