menemukan jawabannya. Siswa harus berusaha memecahkan masalah dengan strategi sebaik mungkin.
4.
Find an answer
Tahap ini meliputi estimasi solusi, penggunaan kemampuan komputasi, serta penggunaan keahlian aljabar dan geometri. Keterampilan
matematika dalam tahap ini sangat dibutuhkan untuk menemukan jawaban.
5.
Reflect and extend
Solusi yang telah diperoleh dari tahap sebelumnya diperiksa kembali kebenarannya, kemudian menentukan solusi alternatif dan membuat
perluasan atau generalisasi.
C. Kesulitan Belajar Matematika
Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia
dyscalculis
Lerner dalam Abdurrahman, 2009:259. Diskalkulia dikenal juga sebagai gangguan
perkembangan aritmetika, adalah kesulitan belajar yang melibatkan kesulitan dalam perhitungan matematika Santrock 2009:248. Istilah diskalkulia
memiliki konotasi medis, yang memandang adanya keterkaitan dengan gangguan sistem syaraf pusat. Kesulitan belajar matematika yang berat oleh
Kirk dalam Abdurrahman, 2009:259 disebut akalkulia
acalculia
. Martini 2014:188 menemukan bahwa kesulitan yang dialami oleh anak
yang berkesulitan matematika adalah sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Kelemahan dalam menghitung
Siswa memiliki pemahaman yang baik tentang berbagai konsep matematika, tetapi siswa tidak mempunyai kemampuan yang baik dalam
berhitung. Siswa melakukan kesalahan karena salah membaca simbol- simbol matematika dan mengoperasikan angka secara tidak benar.
2. Kesulitan dalam mentransfer pengetahuan
Salah satu kesulitan yang dialami oleh siswa yang berkesulitan matematika adalah tidak mampu menghubungkan konsep-konsep matematika dengan
kenyataan yang ada. Misalnya, pemahaman siswa tentang kubus belum tentu dapat ditransfer dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan
kubus, seperti mencari volume bak mandi yang bententuk kubus. 3.
Pemahaman bahasa matematika yang kurang Sebagian siswa mengalami kesulitan dalam membuat hubungan-hubungan
yang bermakna matematika. Seperti dalam soal cerita, pemahaman tentang soal cerita perlu diterjemahkan ke dalam operasi matematika yang
bermakna. Masalah ini disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kemampuan bahasa, seperti kemampuan membaca, menulis, dan berbicara.
4. Kesulitan dalam persepsi visual
Siswa yang mengalami masalah persepsi visual akan mengalami kesulitan dalam memvisualkan konsep-konsep matematika. Masalah ini dapat
diidentifikasi dari kesulitan yang dialami anak dalam menentukan panjang garis yang ditampilkan secara sejajar dalam bentuk yang berbeda. Sebagian
konsep matematika membutuhkan kemampuan dalam menggabungkan kemampuan berpikir abstrak dengan kemampuan persepsi visual.
Menurut Lerner dalam Abdurrahman, 2009:259 ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, yaitu:
1. Adanya gangguan dalam hubungan keruangan
Konsep hubungan
keruangan seperti
− ℎ,
− ,
ℎ − ,
�� − ℎ,
− �, dan
− ℎ . Umumnya telah dikuasai oleh anak. Anak memperoleh hubungan
keruangan tersebut
dari pengalaman
mereka dalam
berkomunikasi dengan lingkungan sosial mereka. Adanya gangguan dalam memahami konsep-konsep hubungan keruangan dapat mengganggu
pemahaman anak tentang sistem bilangan secara keseluruhan. 2.
Abnormalitas persepsi visual Anak berkesulitan belajar matematika seringkali mengalami kesulitan untuk
melihat berbagai obyek dalam hubungannya dengan kelompok atau set. Kesulitan semacam ini merupakan salah satu gejala adanya abnormalitas
persepsi visual. Anak yang mengalami abnormalitas persepsi visual akan mengalami kesulitan bila mereka diminta untuk menjumlahkan dua
kelompok benda yang masing-masing terdiri dari lima dan empat anggota. Anak semacam itu mungkin akan menghitung satu per satu anggota tiap
kelompok lebih dahulu sebelum menjumlahkannya. Ada juga anak yang memiliki abnormalitas persepsi visual sering kali tidak mampu
membedakan bentuk-bentuk geometri. Adanya abnormalitas persepsi visual PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
semacam itu tentu saja dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar matematika, terutama tentang memahami berbagai simbol.
3. Asosiasi visual-motor
Anak berkesulitan belajar matematika sering tidak dapat menghitung benda- benda secara berurutan sambil sambil menyebutkan bilangannya “satu, dua,
tiga, empat, lima.” Anak mungkin baru memegang benda ketiga tetapi telah mengucapkan “lima”, atau sebaliknya, telah menyentuh benda kelima tapi
baru mengucapkan “tiga”. Anak semacam ini dapat memberikan kesan mereka hanya menghafal bilangan tanpa memahami maknanya.
4. Perseverasi
Ada anak yang perhatiannya melekat pada suatu obyek saja dalam jangka waktu yang relatif lama. Gangguan perhatian semacam itu disebut
perseverasi
. 5.
Kesulitan mengenal dan memahami simbol Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan-kesulitan
dalam mengenal dan menggunakan simbol-simbol matematika seperti +, −,
=, , , dan sebagainya. Kesulitan semacam ini dapat disebabkan oleh adanya gangguan memori tetapi juga dapat disebabkan oleh adanya
gangguan persepsi visual. 6.
Gangguan penghayatan tubuh Anak berkesulitan belajar matematika sering memperlihatkan adanya
gangguan penghayatan tubuh
body image
. Anak demikian merasa sulit untuk memahami hubungan bagian-bagian dari tubuhnya sendiri.
7. Kesulitan dalam bahasa dan membaca
Kesulitan dalam bahasa dapat berpengaruh terhadap kemampuan anak di bidang matematika. Soal matematika yang berbentuk cerita menuntut
kemampuan membaca untuk memecahkannya. Oleh karena itu, anak yang mengalami kesulitan membaca akan mengalami kesulitan pula dalam
memecahkan soal matematika yang berbentuk cerita tertulis. 8.
Performance IQ
jauh lebih rendah daripada sekor Verbal IQ. Rendahnya sekor
PIQ
pada anak berkesulitan belajar matematika tampaknya terkait dengan kesulitan memahami konsep keruangan,
gangguan persepsi visual, dan adanya gangguan asosiasi visual-motor.
D. Penyebab Kesulitan Belajar