Diagnosis dan remediasi kesulitan belajar siswa kelas VIII A SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 pada pokok materi kubus dan balok.

(1)

vii ABSTRAK

Margarita Ika Noviantari, 2016. Diagnosis dan Remediasi Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII A SMP Kanisius Sleman Tahun Ajaran 2015/2016 Pada Pokok Materi Kubus dan Balok. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kesulitan belajar yang dialami oleh siswa pada pokok materi kubus dan balok, (2) mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan siswa dalam mengerjakan soal-soal tentang kubus dan balok, (3) mengetahui bagaimana kesulitan belajar siswa dapat diatasi dengan pengajaran remedial pada pokok materi kubus dan balok di kelas VIII A SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksploratif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Kanisius Sleman dengan subjek penelitian adalah tiga orang siswa kelas VIII A yang mengalami kesulitan belajar matematika pada pokok materi kubus dan balok. Data penelitian dikumpulkan dengan instrumen tes awal, tes diagnostik, tes akhir, dan dengan teknik wawancara.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) kesulitan yang dialami oleh siswa pada penyelesaian soal kubus dan balok meliputi kesulitan untuk menyebutkan unsur-unsur kubus dan balok (diagonal ruang dan bidang diagonal), kesulitan dalam menganalisis soal dan menerapkan rumus volume dan luas permukaan, serta kesulitan dalam menganalisis unsur kubus dan balok (menentukan bentuk dari bidang diagonal, menentukan panjang diagonal ruang, dan menentukan titik sudut dari sebuah jaring-jaring balok), (2) faktor-faktor penyebab kesulitan siswa antara lain faktor internal yaitu kurangnya persiapan belajar, kurangnya motivasi belajar, kurang dikuasainya materi prasyarat seperti luas persegi, luas persegi panjang, dan rumus Pythagoras serta kurang terampilnya mengoperasikan perkalian bilangan bulat, pembagian, dan perkalian bilangan pecahan. Faktor eksternal dari luar subjek antara lain suasana belajar di sekolah dan di rumah yang kurang mendukung, (3) pengajaran remedial dengan metode tanya jawab dapat membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami siswa, ditandai dengan meningkatnya keberhasilan siswa pada penyelesaian soal tes akhir. Peningkatan subjek A yaitu 50%, subjek B 45 %, dan subjek C 50%.

Kata Kunci : diagnosis kesulitan belajar, kesulitan belajar, materi kubus dan balok, remediasi


(2)

viii

ABSTRACT

Margarita Ika Noviantari, 2016. The Diagnosis and Remediation of the Difficulties Experienced by the Students of Grade VIII A SMP Kanisius Sleman in the Academic Year 2015/2016 in the Topic of Cubes and Cuboids. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research was aimed to (1) identify the difficulties in the learning process which was experienced by students in the topic of cubes and cuboids, (2) identify the factors that cause of the difficulties of the students in doing the test with the topic of cubes and cuboids, (3) identify how the difficulties in the learning process could be overcome with a remediation on the topic cubes and cuboids for class VIII A SMP Kanisius Sleman in the academic year 2015/2016.

The type of this research was exploratory research with qualitative and quantitative approaches. The research was conducted at SMP Kanisius Sleman, with the research subjects were three students of class VIII A who had difficulties in learning mathematics on the topic of cubes and cuboids. The data were collected using pre-test instruments, diagnostic tests, final test and interview techniques.

Based on the results of this research, the researcher concluded that (1) the difficulties which were experienced by the subjects in solving the problems about cubes and cuboids were naming and defining some elements of cubes and cuboids (particularly plane diagonal and space diagonal), calculating the volume and surface area of cubes and cuboids, and analyzing the elements of cubes and cuboids (determining the length of the space diagonal, and determining the vertices of cuboids), (2) the factors which caused the difficulties which were experienced by the students were internal factors which were the lack of preparation of the students to learn, the lack of motivation to learn, the lack of the prerequisites materials such as square, rectangle, the formula of Pythagoras and also the lack of skills experienced by the students in operating multiplication of integers, division, and multiplication of fractions. External factors were the learning environment at school and at home which did not support the learning process, (3) the remediation with interview methods helped to overcome the difficulties of the students, that were indicated by the increase of the scores of the students on the final test or remedial test. The amount of the increase for subject A was 50%, for subject B 45%, and for subject C 50%.

Keywords : diagnosis of learning difficulties, learning difficulties, the topics of cubes and cuboids, remediation


(3)

1

DIAGNOSIS DAN REMEDIASI KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VIII A SMP KANISIUS SLEMAN TAHUN AJARAN 2015/2016 PADA

POKOK MATERI KUBUS DAN BALOK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh : Margarita Ika Noviantari

NIM : 121414078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

DIAGNOSIS DAN REMEDIASI KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VIII A SMP KANISIUS SLEMAN TAHUN AJARAN 2015/2016 PADA

POKOK MATERI KUBUS DAN BALOK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh : Margarita Ika Noviantari

NIM : 121414078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”

~ Filipi 4 : 13

“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia memelihara kamu.”

~ 1 Petrus 5 : 7

Puji syukur kepada Tuhan...

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, yang senantiasa selalu menyertai dan selalu memberi penguatan kepadaku..

Bapak, Ibuk, Linda, Simbah serta seluruh keluarga besar yang selalu mendukungku dalam bentuk apapun dan selalu memotivasi untuk terus berjuang..

Sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan

meluangkan waktu suka duka bersama.. teman-teman Pendidikan Matematika Angkatan 2012 yang telah sama-sama berjuang.. dan kampus tercinta Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 Oktober 2016


(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Margarita Ika Noviantari

NIM : 121414078

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

DIAGNOSIS DAN REMEDIASI KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VIII A SMP KANISIUS SLEMAN TAHUN AJARAN 2015/2016 PADA POKOK MATERI KUBUS DAN BALOK.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan ke dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin diri saya ataupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 19 Oktober 2016

Yang menyatakan


(10)

vii ABSTRAK

Margarita Ika Noviantari, 2016. Diagnosis dan Remediasi Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII A SMP Kanisius Sleman Tahun Ajaran 2015/2016 Pada Pokok Materi Kubus dan Balok. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kesulitan belajar yang dialami oleh siswa pada pokok materi kubus dan balok, (2) mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan siswa dalam mengerjakan soal-soal tentang kubus dan balok, (3) mengetahui bagaimana kesulitan belajar siswa dapat diatasi dengan pengajaran remedial pada pokok materi kubus dan balok di kelas VIII A SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksploratif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Kanisius Sleman dengan subjek penelitian adalah tiga orang siswa kelas VIII A yang mengalami kesulitan belajar matematika pada pokok materi kubus dan balok. Data penelitian dikumpulkan dengan instrumen tes awal, tes diagnostik, tes akhir, dan dengan teknik wawancara.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) kesulitan yang dialami oleh siswa pada penyelesaian soal kubus dan balok meliputi kesulitan untuk menyebutkan unsur-unsur kubus dan balok (diagonal ruang dan bidang diagonal), kesulitan dalam menganalisis soal dan menerapkan rumus volume dan luas permukaan, serta kesulitan dalam menganalisis unsur kubus dan balok (menentukan bentuk dari bidang diagonal, menentukan panjang diagonal ruang, dan menentukan titik sudut dari sebuah jaring-jaring balok), (2) faktor-faktor penyebab kesulitan siswa antara lain faktor internal yaitu kurangnya persiapan belajar, kurangnya motivasi belajar, kurang dikuasainya materi prasyarat seperti luas persegi, luas persegi panjang, dan rumus Pythagoras serta kurang terampilnya mengoperasikan perkalian bilangan bulat, pembagian, dan perkalian bilangan pecahan. Faktor eksternal dari luar subjek antara lain suasana belajar di sekolah dan di rumah yang kurang mendukung, (3) pengajaran remedial dengan metode tanya jawab dapat membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami siswa, ditandai dengan meningkatnya keberhasilan siswa pada penyelesaian soal tes akhir. Peningkatan subjek A yaitu 50%, subjek B 45 %, dan subjek C 50%.

Kata Kunci : diagnosis kesulitan belajar, kesulitan belajar, materi kubus dan balok, remediasi


(11)

viii

ABSTRACT

Margarita Ika Noviantari, 2016. The Diagnosis and Remediation of the Difficulties Experienced by the Students of Grade VIII A SMP Kanisius Sleman in the Academic Year 2015/2016 in the Topic of Cubes and Cuboids. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research was aimed to (1) identify the difficulties in the learning process which was experienced by students in the topic of cubes and cuboids, (2) identify the factors that cause of the difficulties of the students in doing the test with the topic of cubes and cuboids, (3) identify how the difficulties in the learning process could be overcome with a remediation on the topic cubes and cuboids for class VIII A SMP Kanisius Sleman in the academic year 2015/2016.

The type of this research was exploratory research with qualitative and quantitative approaches. The research was conducted at SMP Kanisius Sleman, with the research subjects were three students of class VIII A who had difficulties in learning mathematics on the topic of cubes and cuboids. The data were collected using pre-test instruments, diagnostic tests, final test and interview techniques.

Based on the results of this research, the researcher concluded that (1) the difficulties which were experienced by the subjects in solving the problems about cubes and cuboids were naming and defining some elements of cubes and cuboids (particularly plane diagonal and space diagonal), calculating the volume and surface area of cubes and cuboids, and analyzing the elements of cubes and cuboids (determining the length of the space diagonal, and determining the vertices of cuboids), (2) the factors which caused the difficulties which were experienced by the students were internal factors which were the lack of preparation of the students to learn, the lack of motivation to learn, the lack of the prerequisites materials such as square, rectangle, the formula of Pythagoras and also the lack of skills experienced by the students in operating multiplication of integers, division, and multiplication of fractions. External factors were the learning environment at school and at home which did not support the learning process, (3) the remediation with interview methods helped to overcome the difficulties of the students, that were indicated by the increase of the scores of the students on the final test or remedial test. The amount of the increase for subject A was 50%, for subject B 45%, and for subject C 50%.

Keywords : diagnosis of learning difficulties, learning difficulties, the topics of cubes and cuboids, remediation


(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Diagnosis dan Remediasi Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII A SMP Kanisius Sleman Tahun Ajaran 2015/2016 Pada Pokok Materi Kubus dan Balok.” Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penulisan skripsi ini tentunya banyak pihak yang telah membantu dan membimbing penulis. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Dr. Hongki Julie, M. Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing, memberikan saran dan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing penulisan skripsi ini.

5. Ibu Maria Suci Apriani, S.Pd., M.Sc. dan Ibu Margaretha Madha Melissa, M.Pd. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

6. Kepala Sekolah Ibu Nur Sukapti, S.Pd dan Guru Mata Pelajaran Matematika Bapak Tatak Handaya, S.Pd serta murid-murid kelas VIII SMP Kanisius


(13)

x

Sleman yang telah memberikan tempat dan waktu untuk pengambilan data penelitian.

7. Bapak, Ibu, serta seluruh keluarga yang selalu memberikan doa, dukungan, serta motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabatku, teman-teman Pendidikan Matematika Kelas B dan seluruh teman-teman Pendidikan Matematika Angkatan 2012 yang telah berjuang bersama selama ini.

9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena berbagai macam keterbatasan penulis. Oleh karena itu, penulis menerima segala bentuk masukan dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 25 November 2016


(14)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Penjelasan Istilah ... 8

G. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Belajar ... 10

B. Belajar Tuntas ... 11


(15)

xii

D. Diagnosis Kesulitan Belajar ... 19

E. Remediasi ... 31

F. Kubus dan Balok ... 39

G. Kerangka Berpikir ... 45

BAB III METODE PENELITIAN... 47

A. Jenis Penelitian ... 47

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 48

D. Variabel Penelitian ... 49

E. Metode Pengumpulan Data ... 50

F. Instrumen Penelitian ... 53

G. Prosedur Pengumpulan Data ... 56

H. Metode/Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Pelaksanaan Penelitian ... 58

B. Hasil Penelitian ... 59

C. Pembahasan ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 99


(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Tes Awal ... 55

Tabel 4.1 Rincian Pelaksanaan Penelitian ... 58

Tabel 4.2 Validitas Soal Tes Awal ... 61

Tabel 4.3 Hasil Tes Awal ... 62

Tabel 4.4 Letak Kesalahan Subjek (Pada Tes Awal) ... 63

Tabel 4.5 Penguasaan Subjek (Pada Tes Awal) ... 64

Tabel 4.6 Hasil Tes Diagnostik ... 67

Tabel 4.7 Hasil Wawancara Subjek ... 70

Tabel 4.8 Perbandingan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir ... 73

Tabel 4.9 Hasil Remediasi Subjek A ... 78

Tabel 4.10 Hasil Remediasi Subjek B ... 84

Tabel 4.11 Hasil Remediasi Subjek C ... 89


(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kubus ABCD.EFGH ... 39

Gambar 2 Unsur-unsur Kubus ABCD.EFGH ... 40

Gambar 3 Luas Permukaan kubus ... 41

Gambar 4 Volume kubus ... 41

Gambar 5 Balok ABCD.EFGH ... 42

Gambar 6 Luas Permukaan Balok ... 43


(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Soal Tes Ujicoba ... 102

Lampiran 2 Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Soal Tes Ujicoba ... 105

Lampiran 3 Soal Tes Awal & Tes Akhir ... 122

Lampiran 4 Kunci Jawaban Soal Tes Awal ... 125

Lampiran 5 Kisi-kisi Soal Tes Diagnostik ... 126

Lampiran 6 Soal Tes Diagnostik ... 128

Lampiran 7 Kunci Jawaban Soal Tes Diagnostik ... 133

Lampiran 8 Pedoman Wawancara ... 138

Lampiran 9 Transkrip Wawancara Guru... 139

Lampiran 10 Transkrip Wawancara Subjek A ... 140

Lampiran 11 Transkrip Wawancara Subjek B ... 142

Lampiran 12 Transkrip Wawancara Subjek C ... 144

Lampiran 13 Rencana Pelaksanaan Pengajaran Remedial... 146

Lampiran 14 Pekerjaan Tes Awal Subjek (A, B, C) ... 147

Lampiran 15 Analisis Tes Diagnostik ... 156

Lampiran 16 Pekerjaan Tes Akhir Subjek (A, B, C) ... 171

Lampiran 17 Lembar Validasi Instrumen Tes ... 180

Lampiran 18 Surat Ijin Penelitian ... 182

Lampiran 19 Foto-Foto ... 183


(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Crow & Crow (1958) yang dikutip oleh Rohmah Noer (2012), menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap. Kebiasaan, pengetahuan, dan sikap yang diperoleh merupakan hasil dari belajar dan sifatnya relatif menetap dalam diri individu yang belajar. Menurut Hintzman seperti yang dikutip oleh Syah Muhibbin (2008), belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) yang disebabkan oleh pengalaman. Jadi, belajar merupakan suatu proses atau kegiatan mengolah pengetahuan dan pengalaman untuk memperoleh pengetahuan yang baru berdasarkan pengalaman, pengalaman manusia berinteraksi dengan orang lain atau lingkungannya.

Belajar menjadi landasan pokok dalam setiap usaha pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar mendapatkan tempat dan perhatian yang besar dalam dunia pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu sarana manusia dalam belajar dan berlangsung dalam lingkungan pendidikan yaitu, keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Lembaga sekolah merupakan lembaga pendidikan sebagai tempat berlangsungnya proses pendidikan melalui kegiatan belajar mengajar antara


(20)

pendidik dan peserta didik. Proses pembelajaran yang terjadi adalah proses interaksi antara peserta didik dan pendidik yang memiliki peranan penting untuk mencapai keberhasilan belajar yang optimal bagi peserta didik. Proses belajar mengajar di sekolah mengarah pada tujuan-tujuan pembelajaran tertentu sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan. Hasil dari belajar dapat dilihat dari keberhasilan belajar, berkembangnya pengetahuan dan perubahan sikap peserta didik menuju ke arah yang lebih baik.

Keberhasilan siswa dalam belajar ditandai dengan kriteria, salah satunya yaitu belajar tuntas. Berdasarkan pernyataan Suwarto (2013), belajar tuntas merupakan suatu sistem belajar yang mengharapkan peserta didik mencapai kompetensi atau sasaran yang sudah ditetapkan untuk dicapai peserta didik dalam waktu dan materi tertentu. Dalam hal ini, peserta didik yang dikatakan lambat belajar atau pencapaiannya jauh dibawah kriteria belajar tuntas perlu mendapatkan perhatian, bimbingan, dan kesempatan untuk dapat berkembang sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya sehingga dapat menguasai materi dengan baik. Beberapa sekolah menerapkan kriteria ketuntasan belajar antara 70%-80% dari kompetensi dasar yang ditetapkan. Biasanya di sekolah-sekolah menetapkan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada setiap mata pelajaran. Salah satunya SMP Kanisisus Sleman yang menetapkan nilai KKM yaitu 65 khusus untuk mata pelajaran matematika.

Mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang mengandung banyak konsep-konsep abstrak dan menggunakan pola pikir


(21)

deduktif dalam mempelajarinya sehingga matematika dinilai sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari oleh peserta didik di sekolah.

Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang pokok dan wajib dipelajari di setiap jenjang pendidikan mulai dari SD hingga perguruan tinggi karena ilmu dasar matematika penting digunakan di dalam semua aspek kehidupan. Materi matematika yang dipelajari sifatnya berkesinambungan, dalam artian materi-materi dasar yang sudah dipelajari di sekolah dasar akan digunakan di jenjang pendidikan menengah pertama dan menengah atas. Unsur matematika yang abstrak dan membutuhkan pengetahuan matematis yang kuat mengharuskan siswa untuk dapat menguasai setiap pokok materi pembelajaran matematika dengan baik, supaya di jenjang-jenjang selanjutnya siswa tidak mengalami kesulitan.

Hasil observasi di SMP Kanisius Sleman pada bulan Mei 2016, menunjukan bahwa pembelajaran matematika di kelas VIII SMP Kanisius Sleman berlangsung dengan baik. Pembelajaran matematika diampu oleh seorang guru matematika yang ramah dengan siswa dan selalu mengajarkan budaya disiplin kepada siswa.

Berdasarkan wawancara dengan beliau, siswa SMP Kanisius Sleman heterogen dari segi kemampuan, keterampilan, dan tingkat kognitifnya. Pembelajaran tidak hanya meningkatkan pengetahuan, namun juga pembentukan pribadi yang baik. Metode yang digunakan dalam pembelajaran matematika yaitu dengan latihan soal dan tanya jawab. Metode ini sedikit mengarah pada metode problem solving, dimana siswa


(22)

diminta untuk belajar berdasarkan masalah atau soal yang diberikan oleh guru.

Meskipun kegiatan pembelajaran terlihat baik dan lancar, pada saat mempelajari materi pokok bangun ruang beberapa siswa menyatakan kesulitan dan banyak siswa yang hanya mengandalkan dengan menghafalkan rumus untuk menyelesaikan soal tentang bangun ruang, misalnya rumus volume, luas permukaan, dan sebagainya. Hal ini membuat siswa menjadi kebingungan ketika mendapatkan soal yang menuntut pemahaman siswa tentang bangun ruang atau soal aplikasi tentang bangun ruang sedangkan siswa hanya menghafalkan rumusnya saja sehingga menyebabkan nilai siswa tidak sesuai harapan. Pada akhirnya tidak sedikit siswa yang mengeluh sulit, terlihat tidak minat mengerjakan soal, dan ada yang hanya menunggu jawaban dari teman ketika diberikan soal. Namun, ada juga beberapa siswa yang bersemangat dalam pembelajaran, terlihat aktif menjawab pertanyaan guru dan mau mengerjakan soal, tetapi nilai tesnya dibawah KKM.

Dalam pembelajaran matematika sebagian besar siswa mendapatkan nilai dibawah KKM di setiap tes evaluasi pembelajaran, namun juga ada beberapa siswa yang nilainya jauh diatas KKM. Hal ini ditunjukkan dari hasil ujian tengah semester dan ujian akhir semester yang menunjukkan bahwa siswa yang tuntas hanya 15% - 25% atau 3 – 5 orang saja di setiap kelasnya, dan sebagian besar siswa terdaftar mengikuti remidi.


(23)

Bagi siswa yang nilainya belum tuntas atau belum mencapai nilai KKM upaya yang dilakukan guru adalah dengan mengadakan remidi. Kegiatan remidi biasa dilakukan untuk memperbaiki nilai tes atau memperbaiki nilai rapot, sehingga remidi ini diadakan setelah tes akhir semester. Remidi yang dilakukan adalah dengan meminta siswa mengerjakan kembali soal tes tersebut sehingga siswa diharapkan mendapatkan nilai yang lebih baik atau mencapai KKM.

Kegiatan remidi bertujuan untuk membantu siswa mencapai keberhasilan belajar atau mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan berdasarkan kemampuan yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, kegiatan remidi baiknya dilakukan oleh guru saat setelah diketahui beberapa siswa tidak tuntas atau sebagian besar gagal dalam mempelajari suatu materi. Hal ini dilakukan melalui sebuah pembelajaran remedial atau bimbingan individual dengan metode yang sesuai bagi siswa.

Banyaknya siswa yang tidak tuntas dalam mempelajari materi matematika bisa menjadi indikasi bahwa siswa mengalami kesulitan belajar matematika. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Diagnosis dan Remediasi Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII A SMP Kanisius Sleman Tahun Ajaran 2015/2016 Pada Pokok Materi Kubus dan Balok.” untuk mengetahui berbagai kesulitan yang dialami oleh siswa pada materi kubus dan balok, mengetahui sebab-sebab siswa mengalami kesulitan tersebut, serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut.


(24)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, peneliti mengidentifikasi beberapa masalah, yaitu:

1. Banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM di setiap tes evaluasi mata pelajaran matematika.

2. Sebagian siswa mengaku mengalami kesulitan dalam mempelajari materi bangun ruang terutama kubus dan balok.

3. Banyak siswa hanya mengandalkan hafalan dalam mempelajari materi kubus dan balok.

4. Kegiatan remediasi dilakukan setelah tes akhir semester.

C. Pembatasan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada upaya menemukan kesulitan siswa dalam mengerjakan soal tentang kubus dan balok, menemukan faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan siswa pada pokok materi kubus dan balok, dan upaya untuk mengatasi kesulitan tersebut dengan melaksanakan pengajaran remedial.

D. Rumusan Masalah

Beberapa rumusan permasalahan berdasarkan latar belakang dan masalah yang teridentifikasi antara lain:


(25)

a. Apa saja kesulitan belajar yang dialami oleh siswa kelas VIII A SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 pada pokok materi kubus dan balok?

b. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan yang dialami siswa kelas VIII A SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 dalam mengerjakan soal-soal tentang kubus dan balok?

c. Bagaimana pengajaran remedial dapat membantu siswa kelas VIII A SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 dalam mengatasi kesulitan pada pokok materi kubus dan balok?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: a. Mengetahui kesulitan belajar yang dialami oleh siswa kelas VIII A SMP

Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 pada pokok materi kubus dan balok.

b. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan yang dialami siswa kelas VIII A SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 dalam mengerjakan soal-soal tentang kubus dan balok.

c. Mengetahui bagaimana pengajaran remedial dapat membantu siswa kelas VIII A SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 dalam mengatasi kesulitan pada pokok materi kubus dan balok.


(26)

F. Penjelasan Istilah

Beberapa istilah dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut agar penelitian ini mempunyai makna yang tidak kabur.

1. Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar adalah kegagalan dalam mencapai tujuan belajar, ditandai dengan prestasi belajar yang rendah (nilai yang diperoleh kurang dari tujuh puluh lima). Proses itu tidak dapat diamati, namun dapat diketahui atau disimpulkan melalui jawaban siswa atau soal-soal tes. 2. Diagnosis kesulitan belajar

Diagnosis kesulitan belajar adalah proses menemukan letak kesulitan dan jenis kesulitan yang dihadapi siswa agar pengajaran perbaikan yang dilakukan dapat dilaksanakan secara efektif.

3. Remediasi

Remediasi merupakan kegiatan bantuan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa berdasarkan hasil diagnosis yang sudah dilakukan. Dalam hal kegiatan pembelajaran, kegiatan remediasi ini dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memperbaiki pembelajaran yang kurang berhasil.

4. Kubus dan Balok

a. Kubus merupakan bangun ruang beraturan yang dibentuk oleh enam buah daerah persegi yang kongruen.


(27)

b. Balok merupakan merupakan bangun ruang beraturan yang dibentuk oleh tiga pasang daerah persegi panjang, yang masing-masing pasang kongruen dan letaknya saling berhadapan.

Berdasarkan istilah-istilah yang dijelaskan di atas dapat disimpulkan maksud dari judul penelitian ini adalah mendiagnosis siswa untuk menentukan kesulitan belajar matematika, mencari faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan tersebut, serta meremediasi kesulitan belajar matematika siswa kelas VIII A SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 pada pokok materi kubus dan balok.

G. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar matematika khususnya pada materi kubus dan balok. 2. Bagi Guru

Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dan memberikan gambaran dalam mengadakan diagnosis dan remediasi belajar untuk mengatasi kesulitan siswa dalam belajar matematika. 3. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menjadi bekal dan pengalaman bagi peneliti untuk mengadakan diagnosis dan remediasi bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika ketika sudah memasuki dunia kerja sebagai pendidik.


(28)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Belajar

Belajar adalah suatu proses atau kegiatan mengolah pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki individu untuk memperoleh suatu pengetahuan baru yang berguna bagi kehidupan di masa yang akan datang. Hasil dari proses belajar ditandai dengan perubahan sikap dan berkembangnya pengetahuan yang dimiliki individu yang belajar.

Rohmah Noer (2012) menyatakan bahwa belajar adalah key term, ‘istilah kunci’ yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Menurut Syah Muhibbin (2008) belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik di sekolah, di lingkungan rumah, atau di dalam keluarga.

Di bawah ini dikemukakan beberapa pengertian belajar menurut beberapa ahli seperti dikutip dalam Buku Psikologi Pendidikan yang ditulis oleh Syah Muhibbin (2008), antara lain:

1. Menurut Chaplin, belajar dikemukakan dalam dua rumusan. Rumusan pertama, belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua, belajar


(29)

adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.

2. Menurut Hintzman, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.

3. Menurut Reber, belajar merupakan proses memperoleh pengetahuan dan perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.

4. Menurut Biggs, belajar didefinisikan dalam tiga macam rumusan, yaitu belajar sebagai kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya, belajar sebagai proses “validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari, dan belajar sebagai proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa.

Secara umum, belajar dapat dipahami sebagai suatu proses memperoleh pengetahuan dan perubahan tingkah laku individu berdasarkan pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

B. Belajar Tuntas

Belajar tuntas adalah sebuah filsafat tentang kegiatan belajar siswa dan seperangkat teknik implementasi pembelajaran (Burns, 1987). Belajar tuntas memandang masing-masing siswa sebagai individu yang unik, yang berbeda


(30)

antara satu dengan yang lainnya, yang mempunyai hak yang sama untuk mencapai keberhasilan belajar optimal. (“Belajar Tuntas”, Jurnal Pendidikan Luar Biasa, diakses pada 5 Desember 2016)

Belajar tuntas merupakan sistem belajar yang mengharapkan sebagian besar peserta didik dapat menguasai tujuan pembelajaran secara tuntas dengan memberikan kualitas pembelajaran yang sesuai dan memberi perhatian khusus bagi siswa-siswa yang lambat agar menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar. (“Mastery Learning: Teori dan Praktis”, 2013)

Suwarto (2013) dalam bukunya Pengembangan Tes Diagnostik juga mengemukakan hal-hal yang berkaitan dengan belajar tuntas, antara lain: 1. Ischak & Warji menyatakan bahwa belajar tuntas adalah suatu sistem

belajar yang mengharapkan sebagian besar siswa dapat menguasai tujuan instruksional umum dari suatu unit pembelajaran. Tujuan umum dilaksanakannya prinsip belajar tuntas adalah agar tujuan intruksional dapat dicapai secara optimal sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih efektif dan efisien.

2. Departemen Pendidikan Nasional menyatakan bahwa ada empat prinsip yang utama dalam pembelajaran tuntas, yaitu: (1) kompetensi yang harus dicapai siswa dirumuskan dengan urutan yang hierarkis; (2) evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, dan setiap komponen harus diberikan feedback; (3) pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan dimana diperlukan; (4) pemberian program pengayaan bagi siswa yang mencapai ketuntasan belajar lebih awal.


(31)

C. Kesulitan Belajar

1. Pengertian kesulitan belajar

The Board of the Association for Children and Adulth with Learning Disabilities (ACALD) seperti yang dikutip oleh Abdurrahman (2009) mengemukakan definisi sebagai berikut:

a. Kesulitan belajar khusus adalah suatu kondisi kronis yang diduga bersumber neurologis yang secara selektif mengganggu perkembangan, integrasi, dan/atau kemampuan verbal dan/atau nonverbal.

b. Kesulitan belajar khusus tampil sebagai suatu kondisi ketidakmampuan yang nyata pada orang-orang yang memiliki intelegensi rata-rata hingga superior, yang memiliki sistem sensori yang cukup, dan kesempatan untuk belajar yang cukup pula. Berbagai kondisi tersebut bervariasi dalam perwujudan dan derajatnya.

c. Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap harga diri, pendidikan, pekerjaan, sosialisasi, dan/atau aktivitas kehidupan sehari-hari sepanjang kehidupan.

Menurut Mulyadi (2010), pada umumnya “kesulitan” merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha lebih giat lagi untuk dapat mengatasi. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Kesulitan belajar adalah


(32)

kegagalan dalam mencapai tujuan belajar, ditandai dengan prestasi belajar yang rendah (nilai yang diperoleh kurang dari tujuh puluh lima), yang terjadi pada proses belajar yaitu kesulitan materi pelajaran. Proses itu tidak dapat diamati, namun dapat diketahui atau disimpulkan melalui jawaban siswa atau soal-soal tes.

Suwarto (2013) mengemukakan pendapat bahwa kesulitan karena mata pelajaran mungkin berkenaan dengan keabstrakan konsep. Suatu mata pelajaran yang bersifat hierarki, yaitu dimulai dari yang paling mudah hingga yang paling sukar akan memerlukan pemahaman yang berkesinambungan. Apabila kesulitan di suatu konsep yang mendasar tidak segera diatasi, maka akan menimbulkan kesulitan untuk memahami konsep yang berikutnya.

Dalam buku Pengembangan Tes Diagnostik karangan Suwarto (2013), Djamarah mengemukakan bahwa adanya kesulitan belajar siswa dapat dilihat dari gejala sebagai berikut: (1) menunjukkan prestasi belajar rendah (di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok siswa di kelas); (2) hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan; (3) lambat dalam mengerjakan tugas-tugas; (4) sikap yang menunjukkan kurang wajar; (5) menunjukkan tingkah laku yang tidak seperti biasanya ditunjukkan kepada orang lain.


(33)

2. Komponen utama kesulitan belajar

Lovit (1989) seperti yang dikutip oleh Runtukahu & Selpius Kandou (2014) mengemukakan beberapa komponen kesulitan belajar yang utama adalah sebagai berikut:

a. Perhatian

Perhatian adalah kemampuan untuk memilih stimulus (rangsangan) dari sekian banyak stimulus ia dapat belajar. Kesulitan belajar terkait respons pada stimuli apa saja yang dihadapinya. Jika siswa tidak mampu memilih stimulus yang menunjang belajar, ia tidak tahan belajar dan tidak dapat memusatkan perhatian pada belajar

b. Mengingat (memory)

Mengingat adalah kemampuan untuk meningkatkan apa yang telah didengar, dilihat, dan dialami waktu belajar. Kesulitan belajar biasanya kurang atau tidak mampu dalam mengingat kembali apa yang telah dipelajari.

c. Persepsi

Ketidakmampuan untuk mengerti melalui terjemahan simbol menyebabkan gangguan orientasi kiri-kanan, orientasi spasial, dan belajar motorik serta melihat satu objek secara menyeluruh walaupun yang disajikan adalah bagiannya.

d. Berpikir

Kesulitan utama dalam operasi kognitif ialah adanya kelainan dalam berpikir, seperti pemecahan masalah, pembentukan konsep, dan


(34)

asosiasi. Pemecahan masalah matematika membutuhkan kemampuan membuat analisis dan sintesis, yaitu perilaku yang dapat membantu anak mengadakan respons atau beradaptasi dengan situasi baru. Pembentukan suatu konsep sangat tergantung pada kemampuan mengklasifikasi objek dan peristiwa.

e. Bahasa

Kelainan jenis ini banyak ditemukan pada anak berkesulitan belajar yang tidak dapat berbicara dan tidak dapat mengadakan respons terhadap suatu perintah atau pernyataan verbal seperti yang dilakukan anak-anak normal.

3. Klasifikasi Kesulitan Belajar

Abdurrahman (2009) mengemukakan bahwa secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu: a. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan

(developmental learning disabilities)

Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial. Kesulitan belajar yang bersifat perkembangan umumnya sukar diketahui baik oleh orang tua maupun oleh guru karena tidak ada pengukuran-pengukuran yang sistematik seperti halnya dalam bidang akademik. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan sering tampak sebagai kesulitan belajar yang disebabkan oleh tidak


(35)

dikuasainya keterampilan prasyarat, yaitu keterampilan yang harus dikuasai lebih dahulu agar dapat menguasai bentuk keterampilan berikutnya.

b. Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities)

Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis, dan/atau matematika. Kesulitan belajar akademik dapat diketahui oleh guru atau orang tua ketika anak gagal menampilkan salah satu atau beberapa kemampuan akademik.

4. Jenis dan tingkat kesulitan yang dihadapi siswa

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa bervariasi tingkat dan jenisnya. Entang (1984) menjelaskan jenis dan tingkat kesulitan yang dihadapi siswa, antara lain:

a. Ada sejumlah siswa yang belum dapat mencapai tingkat ketuntasan tertentu akan tetapi hampir mencapainya. Siswa tersebut mendapat kesulitan dalam memantapkan penguasaan bagian-bagian yang sukar dari seluruh bahan yang harus dipelajarinya.

b. Sekelompok atau beberapa siswa belum dapat mencapai tingkat ketuntasan yang diharapkan karena ada konsep dasar yang belum dikuasainya atau mungkin juga karena proses belajar yang ditempuhnya tidak cukup menarik atau tidak cocok dengan


(36)

karakteristik siswa yang bersangkutan. Siswa tersebut mendapat kesulitan dalam menempuh proses belajar yang harus dilaksanakannya.

c. Secara konseptual siswa yang bersangkutan tidak menguasai bahan yang dipelajari secara keseluruhan. Tingkat penguasaan bahan (ketuntasannya) sangat rendah. Konsep-konsep dasar tidak dikuasainya, bahkan tidak hanya bagian yang sukar tidak difahaminya mungkin bagian-bagian yang sedang dan mudah tidak dapat dikuasainya dengan baik. Terhadap jenis tingkat kesulitan yang dihadapi siswa semacam ini perlu bantuan dan penanganan khusus dan individual.

5. Kesulitan belajar matematika

Jamaris Martini (2014) mengemukakan bahwa kesulitan yang dialami oleh anak yang berkesulitan matematika adalah sebagai berikut: a. Kelemahan dalam menghitung. Siswa tersebut melakukan kesalahan

karena mereka salah membaca simbol-simbol matematika dan mengoperasikan angka secara tidak benar.

b. Kesulitan dalam mentransfer pengetahuan. Siswa tidak mampu menghubungkan konsep-konsep matematika dengan kenyataan yang ada.

c. Pemahaman bahasa matematika yang kurang. Sebagian siswa mengalami kesulitan dalam membuat hubungan-hubungan yang bermakna matematika seperti yang terjadi dalam memecahkan


(37)

masalah hitungan soal yang disajikan dalam bentuk cerita. Pemahaman tentang cerita perlu diterjemahkan ke dalam operasi matematika yang bermakna.

d. Kesulitan dalam persepsi visual. Siswa mengalami kesulitan dalam memvisualisasikan konsep-konsep matematika yang membutuhkan kemampuan dalam menggabungkan kemampuan berpikir abstrak dengan kemampuan persepsi visual, misalnya dalam menentukan bentuk yang akan terjadi apabila tiga gambar W W W dirotasi.

D. Diagnosis Kesulitan Belajar

Diagnosis kesulitan belajar adalah proses menentukan jenis dan penyebab kesulitan serta alternatif strategi pengajaran remedial yang efektif dan efisien. (Abdurrahman, 2009)

1. Prinsip diagnosis

Ada beberapa prinsip diagnosis yang perlu diperhatikan oleh guru bagi anak berkesulitan belajar. Menurut Abdurrahman (2009) prinsip-prinsip tersebut adalah :

a. Terarah pada perumusan metode perbaikan.

Diagnosis hendaknya mengumpulkan berbagai informasi yang bermanfaat untuk menyusun suatu program perbaikan atau program pengajaran remedial.


(38)

b. Efisien

Diagnosis kesulitan belajar sering berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal semacam ini dapat menjemukan, sehingga dapat berpengaruh buruk terhadap motivasi belajar anak. Diagnosis hendaknya berlangsung sesuai dengan derajat kesulitan anak.

c. Menggunakan catatan kumulatif dan memperhatikan berbagai informasi yang terkait.

Catatan kumulatif dibuat sepanjang tahun kehidupan anak di sekolah. Catatan semacam itu dapat memberikan informasi yang sangat berharga dalam pengajaran remedial. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai landasan untuk menentukan pengelompokan yang sesuai dengan tingkat kesulitan belajar anak.

d. Valid dan reliabel

Dalam melakukan diagnosis hendaknya digunakan instrumen yang dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (valid) dan instrumen tersebut hendaknya juga yang dapat diandalkan (reliable). Informasi yang dikumpulkan hendaknya hanya yang tepat, yang dapat dijadikan landasan dalam menentukan program pengajaran remedial.

e. Penggunaan tes baku (kalau mungkin)

Tes baku adalah tes yang telah dikalibrasi, yaitu tes yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Berbagai tes psikologis terutama tes inteligensi umumnya merupakan tes baku yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Tetapi tidak demikian halnya dengan tes prestasi


(39)

belajar yang umunya dibuat guru. Di Indonesia tes prestasi belajar yang baku masih merupakan barang langka, lebih-lebih yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena menyusun tes baku lebih sulit dan memerlukan biaya tinggi dibandingkan dengan tes hasil belajar biasa. f. Penggunaan prosedur informal

Guru hendaknya memiliki perasaan bebas untuk melakukan evaluasi dan tidak terlalu terikat secara kaku oleh tes baku. Di negara yang masih belum banyak dikembangkan tes baku, hasil observasi guru memegang peranan yang sangat penting untuk menegakkan diagnosis kesulitan belajar anak. Dari observasi informal sering dapat diperoleh informasi yang bermanfaat bagi penyusunan program pengajaran remedial.

g. Kuantitatif

Keputusan-keputusan dalam diagnosis kesulitan belajar hendaknya didasarkan pada pola-pola sekor atau dalam bentuk angka. Bila informasi tentang kesulitan belajar telah dikumpulkan, maka informasi tersebut harus disusun sedemikian rupa sehingga sekor-sekor dapat dibandingkan. Hal ini sangat berguna untuk mengetahui kesenjangan antara potensi dengan prestasi belajar anak saat pengajaran remedial akan dimulai. Informasi yang kuantitatif juga memungkinkan bagi guru untuk mengetahui keberhasilan pengajaran remedial yang diberikan kepada anak.


(40)

h. Berkesinambungan

Kadang-kadang anak gagal mencapai tujuan pengajaran remedial yang telah dikembangkan berdasarkan hasil diagnosis. Dalam keadaan semacam ini perlu dilakukan diagnosis ulang untuk landasan penyusunan program pengajaran remedial yang lebih efektif dan efisien. Dengan demikian, diagnosis dilakukan secara berkesinambungan untuk memperbaiki atau meningkatkan efektivitas dan efisiensi program pengajaran remedial.

2. Prosedur dan teknik diagnosis

Langkah-langkah pokok prosedur dan teknik diagnosis kesulitan belajar menurut Entang (1984) antara lain sebagai berikut:

a. Langkah 1: Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar. Langkah yang dapat ditempuh dalam mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar yaitu: menandai siswa dalam satu kelas atau satu kelompok yang diperkirakan mengalami kesulitan dalam belajar baik yang sifatnya umum maupun yang sifatnya lebih khusus dalam mata pelajaran tertentu; atau dengan teknik-teknik meneliti nilai ujian yang tercantum dalam catatan akademik, menganalisis hasil ujian dengan melihat tipe kesalahan yang dibuatnya, observasi pada saat pembelajaran, memeriksa buku catatan pribadi, dan melaksanakan sosiometris untuk melihat hubungan sosial psikologis yang terdapat pada para siswa.


(41)

b. Langkah 2: Melokalisasikan letaknya kesulitan (permasalahan). Setelah menemukan kelas atau individu siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, maka selanjutnya yang perlu ditelaah adalah: 1) Dalam mata pelajaran (bidang studi) manakah kesulitan itu

terjadi.

Hal ini bisa dilakukan dengan mendekati kesulitan belajar pada bidang studi tertentu, sehingga menjawab persoalan apakah kesulitan itu terjadi pada beberapa atau hanya salah satu bidang studi tertentu saja.

2) Pada kawasan tujuan belajar (aspek perilaku) yang manakah kesulitan itu terjadi. Burton mengatakan bahwa pada langkah ini pendekatan yang paling tepat (kalau ada) seyogyanya menggunakan tes diagnostik. Test diagnostik itu pada hakekatnya adalah tes prestasi belajar (TPB atau THB). Dengan demikian dalam keadaan belum tersedia tes diagnostik yang khusus dipersiapkan untuk keperluan ini, maka analisa masih tetap dapat dilakukan dengan menggunakan naskah jawaban ujian tengah semester atau akhir semester.

3) Pada bagian (ruang lingkup bahan) yang manakah kesulitan itu terjadi.

4) Dalam segi-segi proses belajar manakah kesulitan itu terjadi. Hal ini bisa dilakukan dengan beberapa strategi pendekatan, yaitu dengan pelaksanaan pengumpulan informasi dalam


(42)

mengidentifikasi permasalahan dapat dilakukan dengan cara evaluasi reflektif, formatif, dan sumatif, atau dengan desain pre-post-test dan bisa dilakukan dengan tes diagnostik.

c. Langkah 3: Lokalisasi jenis faktor dan sifat yang menyebabkan mereka mengalami berbagai kesulitan.

Secara garis besar penyebab kesulitan dapat timbul dari dua hal yang berasal dari dalam diri dan luar diri individu, yaitu:

1) Faktor internal yaitu faktor yang berada dan terletak pada diri murid itu sendiri. Hal ini antara lain mungkin disebabkan oleh : a) Kelemahan mental, faktor kecerdasan, intelegensi, atau

kecakapan/bakat khusus tertentu yang dapat diketahui melalui test tertentu.

b) Kelemahan fisik, pancaindera, syaraf, kecacatan, karena sakit dan sebagainya.

c) Gangguan yang bersifat emosional.

d) Sikap dan kebiasaan yang salah dalam mempelajari bahan pelajaran-pelajaran tertentu.

e) Belum memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar yang dibutuhkan untuk memahami bahan lebih lanjut.

2) Faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar yang menyebabkan timbulnya hambatan atau kesulitan. Faktor eksternal antara lain meliputi:


(43)

a) Situasi atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang murid untuk aktif antisifatif (kurang kemungkinannya siswa belajar secara aktif “student active learning”).

b) Sifat kurikulum yang kurang fleksibel.

c) Ketidakseragaman pola dan standard administrasi. d) Beban studi yang terlampau berat.

e) Metoda mengajar yang kurang memadai. f) Sering pindah sekolah.

g) Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar mengajar. h) Situasi rumah yang kurang mendorong untuk melakukan

aktivitas belajar.

Untuk mengenal faktor di atas dapat dipergunakan berbagai cara dan alat, antara lain: tes kecerdasan, tes bakat khusus, skala sikap baik yang sudah standard maupun yang secara sederhana bisa dibuat oleh guru, inventory, wawancara dengan murid yang bersangkutan, mengadakan observasi yang intensif baik di dalam maupun di luar kelas, wawancara dengan guru dan wali kelas, dan dengan orang tua atau teman-temannya bila dipandang perlu.

d. Langkah 4: Perkiraan kemungkinan bantuan.

Setelah mengetahui letak kesulitan siswa, jenis dan sifat kesulitan dengan latar belakangnya, faktor-faktor yang menyebabkannya, maka dapat diperkirakan:


(44)

a. Siswa tersebut masih mungkin ditolong untuk mengatasi kesulitannya atau tidak.

b. Lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa tertentu.

c. Waktu dan tempat pertolongan itu dapat diberikan. d. Orang yang dapat memberikan pertolongan.

e. Cara untuk menolong siswa agar dapat dilaksanakan secara efektif.

f. Siapa saja yang harus dilihat sertakan dalam menolong mahasiswa tersebut.

e. Langkah 5: Penetapan kemungkinan cara mengatasinya.

Langkah yang kelima ini adalah langkah menyusun satu rencana atau beberapa alternatif rencana yang dapat dilaksanakan untuk membantu mengatasi kesulitan yang dialami siswa tertentu. Rencana ini hendaknya berisi:

1) Cara-cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan yang dialami siswa tersebut.

2) Menjaga agar kesulitan yang serupa jangan sampai terulang. Ada baiknya rencana ini dapat didiskusikan dan dikomunikasikan dengan pihak-pihak yang dipandang berkepentingan yang kelak diperkirakan akan terlibat dalam pemberian bantuan kepada yang bersangkutan seperti penasehat akademis, guru, orangtua, pembimbing penyuluh dan ahli lain.


(45)

f. Langkah 6: Tindak lanjut (Pelaksanaan Kegiatan Pemberian Bantuan).

Kegiatan tindak lanjut adalah kegiatan melakukan pengajaran remedial yang diperkirakan paling tepat dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Kegiatan tindak lanjut ini dapat berupa:

1) Melaksanakan bantuan berupa melaksanakan pengajaran remedial untuk mata pelajaran tertentu.

2) Membagi tugas dan peranan orang-orang tertentu (guru/dosen) dalam memberikan bantuan kepada siswa dan kepada dosen yang sedang melaksanakan kegiatan pengajaran remedial.

3) Senantiasa mencek dan recek kemajuan siswa baik pemahaman mereka terhadap bantuan yang diberikan berupa bahan, maupun mencek tepat guna program remedial yang dilakukan untuk setiap saat diadakan revisi dan improvisasi.

4) Mentransfer atau mengirim (referal case) siswa yang menurut perkiraan kita tidak mungkin lagi ditolong karena di luar kemampuan dan wewenang guru maupun guru pembimbing atau penyuluh atau guru BK (Bimbingan Konseling) di sekolah. Transfer bisa dilakukan kepada orang atau lembaga lain (psikolog, psikiater, lembaga bimbingan, lembaga psikologi, dan sebagainya) yang diperkirakan akan lebih dapat membantu siswa yang dihadapi.


(46)

3. Tes diagnostik

Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi siswa, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes diagnostik dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa sebagian besar siswa gagal dalam mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu. Dengan demikian tes diagnostik sangat penting dalam rangka membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dan dapat diatasi dengan segera apabila guru atau pembimbing peka terhadap siswa tersebut. Hasil tes diagnostik memberikan informasi tentang konsep-konsep yang belum dipahami dan yang telah dipahami. (Suwarto, 2013)

a. Penaksiran Diagnostik

Menurut Nitko & Brookhart seperti yang dikutip oleh Suwarto (2013) ada enam pendekatan penaksiran diagnostik terkait dengan masalah pembelajaran, antara lain:

1) Pendekatan profil kekuatan dan kelemahan kemampuan pada suatu bidang.

Pendekatan ini digunakan untuk melaporkan profil kekuatan dan kelemahan siswa dalam mata pelajaran di sekolah. Suatu mata pelajaran sekolah dibagi ke dalam bagian-bagian, dimana masing-masing bagian dianggap sebagai ciri atau kemampuan yang terpisah. Penaksiran diagnostik ini sangat bermanfaat untuk membentuk kelompok-kelompok di kelas, yang


(47)

terdiri dari kelompok siswa-siswa kuat dan siswa-siswa yang lemah.

2) Pendekatan mengidentifikasi kekurangan pengetahuan prasyarat. Pendekatan ini mengeksplorasi apakah siswa-siswi tertinggal dikarenakan mereka tidak memiliki pengetahuan atau keahlian khusus yang dibutuhkan untuk memahami pelajaran yang akan datang. Caranya adalah dengan membuat suatu hierarki dari suatu target pembelajaran kemudian melakukan analisis untuk mengidentifikasi prasyarat-prasyarat yang harus dipahami oleh siswa.

3) Pendekatan mengidentifikasi target-target pembelajaran yang tidak dikuasai.

Pendekatan ini memusatkan penaksiran pada target-target yang penting dan spesifik dari tujuan pembelajaran yang diharapkan. Tes-tes pendek dibuat untuk mengukur keberhasilan dari masing-masing target pembelajaran. Informasi-informasi diagnostik yang ingin diperoleh dari pendekatan ini adalah suatu daftar target pembelajaran yang sudah dikuasai atau tidak dikuasai.

4) Pendekatan pengidentifikasian kesalahan siswa.

Tujuan pendekatan ini adalah untuk mengidentifikasi kekeliruan-kekeliruan siswa. Ketika guru mengidentifikasi dan mengklasifikasi kekeliruan siswa, selanjutnya guru dapat


(48)

memberi pelajaran remidi. Mewawancarai siswa adalah cara terbaik untuk menemukan banyak kekeliruan pada siswa dengan meminta siswa menjelaskan bagaimana cara menyelesaikan sebuah soal, menjelaskan mengapa menjawab seperti itu dan memberitahukan aturan untuk menyelesaikan suatu soal.

5) Pendekatan mengidentifikasi struktur pengetahuan siswa.

Pendekatan ini dilakukan dengan mengidentifikasi struktur pengetahuan siswa dengan menggunakan peta konsep. Peta konsep adalah cara grafis untuk merepresentasikan bagaimana seorang siswa memahami hubungan konsep-konsep yang utama dalam materi pelajaran.

6) Pendekatan mengidentifikasi kompetensi untuk menyelesaikan soal cerita.

Pendekatan ini berpusat pada pendiagnosisan apakah siswa memahami komponen-komponen soal cerita. Diagnosis di dalam pendekatan ini adalah untuk mengidentifikasi siswa yang tidak dapat menyelesaikan soal cerita dan apakah kekurangan mereka terletak pada pengetahuan linguistik dan faktual, pengetahuan skematis, pengetahuan strategis, atau pengetahuan algoritmis.

b. Macam-macam Tes Diagnostik

Beberapa macam tes diagnostik yang pernah digunakan menurut Suwarto (2013) antara lain:


(49)

1) Tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda.

2) Tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda yang disertai alasan.

3) Tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda yang disertai pilihan alasan.

4) Tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda dan uraian. 5) Tes diagnostik dengan instrumen uraian.

E. Remediasi

1. Pengertian remediasi

Remediasi dapat diartikan sebagai tindakan atau proses penyembuhan. Remediasi merupakan kegiatan bantuan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa berdasarkan hasil diagnosis yang sudah dilakukan. Dalam hal kegiatan pembelajaran, kegiatan remediasi ini dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memperbaiki pembelajaran yang kurang berhasil, kegiatan remediasi dilakukan dalam bentuk pengajaran remedial atau bimbingan individual.

Pengajaran remedial (remedial teaching) bertolak dari konsep belajar tuntas (mastery learning), yang ditandai oleh sistem pembelajaran dengan menggunakan modul. Pada tiap akhir kegiatan pembelajaran dari suatu unit pembelajaran, guru melakukan evaluasi formatif, dan setelah adanya evaluasi formatif itulah anak-anak yang belum menguasai bahan pelajaran diberikan pengajaran remedial, agar tujuan belajar yang telah


(50)

ditetapkan sebelumnya dapat dicapai. Dengan demikian, pengajaran remedial pada hakikatnya merupakan kewajiban bagi semua guru setelah mereka melakukan evaluasi formatif dan menemukan adanya anak yang belum mampu meraih tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. (Abdurrahman, 2009)

2. Prinsip pengajaran remedial

Berbagai prinsip pengajaran remedial matematika menurut Abdurrahman (2009) antara lain:

a. Menyiapkan anak untuk belajar matematika.

Banyak anak berkesulitan belajar matematika yang penyebabnya adalah kurangnya kesiapan anak untuk mempelajari bidang studi tersebut. Oleh karena itu, diperlukan waktu dan tenaga untuk membangun kesiapan belajar agar anak tidak mengalami banyak masalah dalam bidang studi matematika.

b. Maju dari konkret ke abstrak.

Siswa dapat memahami konsep-konsep matematika dengan baik jika pengajaran mulai dari yang konkret ke abstrak. Pada tahapan konkret, siswa memanipulasi berbagai objek nyata dalam belajar keterampilan. Pada tahap abstrak, siswa dapat menggantikan gambar atau simbol grafis.


(51)

c. Menyediakan kesempatan untuk berlatih dan mengulang.

Jika siswa dituntut untuk mampu mengaplikasikan berbagai konsep secara hampir otomatis, maka mereka memerlukan banyak latihan dan ulangan.

d. Generalisasi ke situasi baru.

Siswa memperoleh kesempatan yang cukup untuk menggeneralisasikan keterampilan mereka ke dalam banyak situasi. Tujuannya adalah untuk memperoleh keterampilan dalam mengenal dan mengaplikasikan operasi-operasi komputasional terhadap situasi baru yang berbeda-beda.

e. Menyadari kekuatan dan kelemahan siswa.

Sebelum membuat keputusan tentang teknik yang akan digunakan untuk mengajar siswa, guru harus memahami kemampuan dan ketidakmampuan siswa, termasuk penguasaan matematika dan operasi-operasi yang dapat dilakukan oleh siswa.

f. Membangun fondasi yang kokoh tentang konsep dan keterampilan matematika.

g. Menyajikan program matematika yang seimbang.

Program matematika yang seimbang mencakup kombinasi antara tiga elemen, yaitu: konsep, keterampilan, dan pemecahan masalah.

h. Penggunaan kalkulator.

Kalkulator dapat digunakan setelah siswa memiliki keterampilan kalkulasi, dengan tujuan untuk menanamkan penalaran matematika.


(52)

3. Langkah-langkah pengajaran remedial

Menurut Entang (1984), pengajaran remedial merupakan langkah lanjutan dari kegiatan diagnosis kesulitan belajar dan memang kegiatan ini harus dilandasi kegiatan diagnosis. Langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan pengajaran remedial menurut Entang (1984), antara lain:

a. Menelaah kembali siswa yang akan diberi bantuan.

Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang lebih definitif tentang seorang siswa dengan permasalahan yang dihadapinya, kelemahan yang dideritanya, letak kelemahannya, faktor utama penyebab kelemahan tersebut apakah masih bisa ditolong guru atau memerlukan bantuan orang lain, berapa lama bantuan harus diberikan, kapan, oleh siapa, dan sebagainya.

b. Melakukan alternatif tindakan.

Kegiatan ini dilakukan setelah mendapatkan gambaran yang lengkap tentang siswa yang memerlukan bantuan. Merencanakan kegiatan alternatif tindakan ini dilakukan menyesuaikan dengan karakteristik kesulitan yang dihadapinya. Alternatif tindakan ini bisa berupa: 1) Mengulangi bahan yang telah diberikan dengan memberi

petunjuk antara lain:

a) Tentang berbagai istilah yang harus dipahami yang terdapat dalam bahan bacaan.


(53)

b) Menandai dan menunjukan bagian-bagian yang dianggap penting dan merupakan kelemahan bagi siswa yang bersangkutan.

c) Membuat pertanyaan-pertanyaan yang bermaksud mengarahkan siswa dalam mempelajari materi tersebut. d) Memberi dorongan dan semangat untuk belajar.

e) Menyediakan bahan lain yang bisa dibaca agar mempermudah pemahaman terhadap bahan yang sedang dipelajari.

f) Menyediakan waktu untuk berdiskusi dan menjawab pertanyaan siswa bila mendapat kesulitan.

2) Mencoba alternatif kegiatan lain yang setara dengan kegiatan belajar-mengajar yang sudah ditempuhnya dan mempunyai tujuan yang sama baik yang sifatnya instruksional maupun efek pengiring.

3) Bila kesulitan belajar siswa yang bersangkutan bukan semata-mata kesulitan dalam belajar akan tetapi disebabkan juga karena hal lain seperti kesulitan belajar karena berlatar belakang sikap negatif terhadap guru, pelajaran dan situasi belajar, kebiasaan belajar yang salah atau masalah lain dalam hubungan dengan orang tua, teman sebayanya dan sebagainya, maka kepada siswa tersebut harus terlebih dahulu diberikan pelayanan bimbingan dan penyuluhan yang bersifat psikoterapi. Jika masalah ini sudah


(54)

dapat diatasi barulah dilaksanakan pengajaran remidial seperti pada butir a dan b.

c. Evaluasi pengajaran remidial.

Pada akhir kegiatan pengajaran remidial hendaknya dilakukan evaluasi kembali (re-evaluasi) sampai sejauh mana pengajaran remidial tersebut dapat meningkatkan prestasi mereka. Tujuan paling utama adalah dipenuhinya kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan misalnya 75% taraf penguasaan (level of mastery). Bila ternyata masih belum berhasil maka hendaknya dilakukan kembali diagnosis (re-diagnosis), prognosis, dan pengajaran remidial berikutnya. Dan demikian daur/siklus ini akan berulang terus. 4. Metode pengajaran remedial

Metode pengajaran remedial merupakan metode yang dilaksanakan dalam keseluruhan kegiatan bimbingan kesulitan belajar mulai dari langkah-langkah identifikasi kasus sampai dengan langkah tindak selanjutnya. Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pengajaran remedial seperti yang dikutip oleh Mulyadi (2010) yaitu: a. Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas ialah suatu metode yang dilakukan guru dengan memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid baik secara kelompok maupun secara individual, kemudian mereka diminta pertanggungjawaban atas tugas-tugas tersebut. Metode pemberian tugas dapat juga digunakan dalam langkah mengenal kasus murid


(55)

yang mengalami kesulitan belajar disamping juga untuk mengenal jenis dan sifat kesulitan belajar.

b. Diskusi

Metode diskusi adalah sebagai suatu proses pendekatan dari murid dalam memecahkan berbagai masalah secara analitis ditinjau dari berbagai titik pandangan. Tujuannya adalah menemukan pemecahan masalah, suatu pertemuan pendapat yang disepakati bersama sebagai gambaran dari gagasan-gagasan terbaik yang diperoleh dari pembicaraan bersama. Dalam pengajaran remedial metode diskusi digunakan sebagai salah satu metode dengan memanfaatkan interaksi antar individu dan kelompok untuk memperbaiki kesulitan belajar dengan cara sekelompok murid yang menghadapi kesulitan sama secara bersama-sama mendiskusikan cara-cara pembuatan tugas. Dengan demikian murid dapat saling membantu memperbaiki kegiatan belajarnya. Peranan guru dalam diskusi adalah merangsang dan mengarahkan jalannya diskusi.

c. Tanya Jawab

Dalam pengajaran remedial metode tanya jawab dapat dilakukan dalam bentuk dialog antara guru dan murid yang mengalami kesulitan belajar. Metode tanya jawab selain sebagai bentuk bantuan, juga dapat digunakan sebagai langkah pengenalan kasus dan langkah diagnosis dalam keseluruhan proses pengajaran remedial.


(56)

d. Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok adalah penyajian dengan cara pemberian tugas-tugas untuk mempelajari sesuatu kepada kelompok-kelompok belajar yang sudah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan. Dalam kerja kelompok yang terpenting adalah interaksi antara anggota kelompok dan dari interaksi ini diharapkan akan terjadi perbaikan pada murid yang mengalami kesulitan belajar.

e. Tutor Sebaya

Tutor sebaya adalah seorang murid yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu murid tertentu yang mengalami kesulitan belajar. Murid yang dipilih sebagai tutor adalah murid yang tergolong dalam prestasi belajarnya baik dan mempunyai hubungan sosial yang baik dengan teman-temannya. Dalam pelaksanaan metode tutor sebaya, ternyata tutor ini dapat membantu teman-temannya baik secara individual maupun secara kelompok berdasarkan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh guru. Tutor dapat berperan sebagai pemimpin dalam kegiatan kelompok dan dalam hal tertentu tutor dapat berperan sebagai pengganti guru.

f. Pengajaran Individual

Pengajaran individual adalah suatu bentuk proses belajar mengajar yang dilakukan secara individual, artinya dalam bentuk interaksi antara guru dengan seorang murid secara individual. Dengan pengajaran individual ini guru mempunyai banyak waktu untuk


(57)

memonitor kemajuan belajar murid, mendorong murid belajar lebih giat dan membantu secara langsung murid menghadapi kesulitan-kesulitannya.

F. Kubus dan Balok c. Kubus

Kubus merupakan bangun ruang beraturan yang dibentuk oleh enam buah daerah persegi yang bentuk dan ukurannya sama (kongruen).

Gambar 1. Kubus ABCD.EFGH a. Bagian-bagian kubus

Kubus terdiri dari beberapa bagian yang membentuk kubus, antara lain:

1) Sisi kubus

Sisi kubus adalah suatu daerah persegi (permukaan kubus) yang membatasi bangun ruang kubus. Kubus terdiri dari enam sisi yang bentuk dan ukurannya sama.

2) Rusuk kubus

Rusuk kubus adalah ruas garis yang merupakan perpotongan dua bidang sisi pada sebuah kubus.


(58)

3) Titik sudut

Titik sudut kubus adalah titik pertemuan dari tiga rusuk kubus. 4) Diagonal sisi atau diagonal bidang

Diagonal sisi kubus adalah ruas garis (bukan rusuk) yang menghubungkan dua titik sudut dalam satu bidang sisi.

5) Diagonal ruang

Diagonal ruang adalah ruas garis (bukan rusuk) yang menghubungkan dua titik sudut yang tidak terletak pada satu sisi yang sama.

6) Bidang diagonal

Bidang diagonal merupakan daerah persegi panjang yang dibatasi oleh dua rusuk sejajar yang tidak terletak pada satu sisi yang sama dan dua diagonal sisi yang sejajar.

Gambar 2. Unsur-unsur kubus ABCD.EFGH

bidang diagonal diagonal sisi


(59)

b. Luas permukaan dan volume kubus

Luas permukaan kubus adalah jumlah luas seluruh bidang (permukaan) kubus atau luas jaring-jaring kubus.

Gambar 3. Luas permukaan kubus Jika panjang rusuk kubus adalah s, maka: Luas permukaan kubus = 6 x sisi kubus

= 6 x (s x s) = 6s2

Volume adalah ukuran untuk menyatakan besarnya ruangan yang diperlukan bagi suatu bangun ruang. Volume bisa juga disebut kapasitas, yaitu penghitungan seberapa banyak ruang yang bisa ditempati dalam suatu objek/bangun ruang. Secara matematis, volume kubus adalah banyaknya kubus satuan yang dapat mengisi suatu kubus.

Gambar 4. Volume kubus

s

s


(60)

Jika panjang rusuk kubus adalah s, maka: Volume kubus = s x s x s

= s3 d. Balok

Balok merupakan bangun ruang beraturan yang dibentuk oleh tiga pasang daerah persegi panjang, yang masing-masing pasang sama bentuk dan ukurannya, dan letaknya saling berhadapan.

Gambar 5. Balok ABCD.EFGH a. Bagian-bagian balok

Seperti halnya dalam kubus, balok juga mempunyai bagian-bagian balok yaitu:

1) Sisi balok

Sisi balok adalah suatu daerah persegi panjang (permukaan balok) yang membatasi bangun ruang balok.

2) Rusuk balok

Rusuk balok adalah ruas garis yang merupakan perpotongan dua bidang sisi pada sebuah balok.

3) Titik Sudut


(61)

t

1 5

4 3 2

6 4) Diagonal sisi

Diagonal sisi balok adalah ruas garis (bukan rusuk) yang menghubungkan dua titik sudut dalam satu bidang sisi balok. 5) Diagonal ruang

Diagonal ruang adalah ruas garis (bukan rusuk) yang menghubungkan dua titik sudut yang tidak terletak pada satu sisi yang sama.

6) Bidang diagonal

Bidang diagonal merupakan daerah persegi panjang yang dibatasi oleh dua rusuk sejajar yang tidak terletak pada satu sisi yang sama dan dua diagonal sisi yang sejajar.

b. Luas permukaan dan volume balok

Luas permukaan balok adalah jumlah luas seluruh bidang (permukaan) balok atau luas jaring-jaring balok.

Gambar 6. Luas permukaan balok p


(62)

p

t

l

Jika panjang balok p, lebar balok l, dan tinggi balok t, maka: Luas permukaan balok = Jumlah luas sisi balok

= Luas 1 + Luas 2 + Luas 3 +Luas 4 + Luas 5 + Luas 6

= (l x t) + (p x t) + (p x l) + (p x t) + (l x t) + (p x l)

= 2(p x l) + 2(p x t) + 2(l x t) = 2 (pl + pt + lt)

Volume adalah ukuran untuk menyatakan besarnya ruangan yang diperlukan bagi suatu bangun ruang. Volume bisa juga disebut kapasitas, yaitu penghitungan seberapa banyak ruang yang bisa ditempati dalam suatu objek/bangun ruang. Secara matematis, volume balok adalah banyaknya kubus satuan yang dapat mengisi suatu balok.

Gambar 7. Volume balok Volume balok = Luas alas x tinggi

= (p x l) x t = p x l x t


(63)

G. Kerangka Berpikir

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dinilai sulit untuk dipelajari oleh para siswa. Dalam kenyataan di kelas, terdapat siswa yang mampu belajar matematika dengan baik, adapula yang dikatakan gagal dalam mempelajari suatu materi matematika yang ditunjukkan dengan rendahnya perolehan nilai akademiknya. Bagi siswa yang dikatakan kurang mampu atau gagal dalam menyelesaikan tes tersebut diindikasikan siswa tersebut memiliki kesulitan belajar matematika. Ciri-ciri siswa yang memiliki kesulitan belajar dapat dilihat dari perolehan nilai yang jauh dibawah nilai standar, serta sulitnya siswa menguasai suatu materi pembelajaran, sehingga perlu diberikan remediasi.

Dalam proses pembelajaran di sekolah, guru perlu untuk mengetahui kesulitan siswa dan berupaya membantu mengatasi kesulitan belajar siswa supaya tidak ada siswa yang mengalami kegagalan dalam belajar atau tertinggal dalam menguasai materi pembelajaran. Oleh karena itu, untuk membantu mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa yang mengalami kesulitan belajar guru perlu melakukan kegiatan diagnosis, yaitu menemukan letak dan penyebab kesulitan belajar kemudian merancang dan menentukan langkah kegiatan remediasi yang sesuai yaitu upaya untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa. Dengan demikian kesulitan belajar yang dialami siswa dapat teratasi dengan baik melalui bantuan kegiatan remediasi.

Oleh karena itu, penelitian ini mengarah pada kegiatan diagnosis dan remediasi untuk mengatasi siswa yang mengalami kesulitan belajar


(64)

matematika. Penelitian ini memberikan gambaran langkah-langkah kegiatan diagnosis dan kegiatan remediasi serta mendeskripsikan kesulitan belajar yang dialami siswa yang ditinjau dari penyelesaian soal matematika pada materi kubus dan balok. Alur dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pada akhirnya nanti, hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah kegiatan diagnosis dan remediasi yang dilakukan peneliti ini dapat membantu subjek siswa mengatasi kesulitan belajar matematika pada materi kubus dan balok melalui proses pengajaran remedial.

Tes Awal Identifikasi Subjek Tes Diagnostik

Wawancara

Tes Akhir Remediasi


(65)

47 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis penelitian eksploratif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penelitian eksploratif adalah penelitian yang dilakukan untuk menjajagi sesuatu apabila pengetahuan peneliti terhadap objek tersebut masih sangat sedikit atau terbatas, atau dilakukan untuk menyelidiki kemungkinan dilakukannya suatu penelitian lanjutan yang lebih lengkap. Termasuk dalam jenis penelitian adalah kegiatan pengembangan atau penentuan suatu peralatan atau prosedur. Sifat penelitian ini masih terbuka dan mencari-cari (Kartiko Widi, 2010). Dalam hal ini peneliti memusatkan perhatian pada masalah kesulitan siswa dalam belajar dan menyelesaikan soal matematika pada materi kubus dan balok dan upaya mengatasi kesulitan tersebut.

Pendekatan kuantitatif pada penelitian ini digunakan dalam proses analisis data hasil belajar siswa dan dampak dari pembelajaran remedial sebagai upaya untuk membantu mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa, sedangkan pendekatan kualitatif digunakan dalam proses diagnosis kesulitan belajar yang dialami siswa dan mendeskripsikan data.


(66)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Ajaran 2015/2016 pada bulan Juni. Tempat Penelitian dilaksanakan di SMP Kanisius Sleman yang terletak di Jalan Bhayangkara 17 Triharjo Sleman Yogyakarta.

C. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian

Adapun yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah tiga orang siswa kelas VIII A SMP Kanisius Sleman yang mengalami kesulitan belajar matematika pada materi kubus dan balok. Untuk menentukan siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar tersebut digunakan ketentuan yang dikemukakan oleh Abin Syamsudin (Mulyadi, 2010) yaitu dengan PAP (Penilaian Acuan Patokan) dengan langkah sebagai berikut:

a. Peneliti menetapkan angka kualifikasi minimal yang digunakan sebagai batas lulus.

b. Peneliti membandingkan angka nilai hasil tes awal siswa dengan nilai batas lulus dan mencatat murid yang posisi angka nilai atau prestasinya berada di bawah nilai batas lulus tersebut.

c. Peneliti menghimpun semua siswa yang mempunyai angka nilai atau prestasi di bawah angka nilai atau prestasi di bawah angka minimal nilai batas lulus tersebut.

d. Peneliti memberikan prioritas layanan kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan paling berat atau yang paling banyak membuat


(67)

kesalahan, dalam penelitian ini yaitu siswa-siswa yang mendapatkan skor terendah pada hasil tes awal.

Selain itu, penentuan subjek siswa yang mengalami kesulitan belajar juga mempertimbangkan pendapat dan kesan dari guru matematika yang setiap hari berinteraksi dengan siswa dan memahami karakteristik siswa, sehingga subjek yang diperoleh dalam penelitian ini adalah siswa yang benar-benar menjadi prioritas untuk diberikan bantuan.

2. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah kesulitan-kesulitan yang dialami siswa pada materi kubus dan balok.

D. Variabel Penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian ini, antara lain:

1. Kesulitan-kesulitan subjek dalam menyelesaikan soal-soal dengan materi kubus dan balok.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan subjek mengalami kesulitan pada materi kubus dan balok.

3. Pengajaran remedial yang digunakan untuk membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami subjek.


(68)

E. Metode Pengumpulan Data 1. Tes Awal

Tes awal merupakan soal tes uji coba yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya kemudian direvisi dan divalidasi oleh pakar/ahli. Tes awal ini bertujuan untuk menentukan subjek siswa yang mengalami kesulitan pada materi kubus dan balok dan untuk menemukan kesulitan pada materi kubus dan balok berdasarkan letak kesalahan siswa. Tes awal ini disusun berdasarkan tujuan tes tersebut dan cakupan materi kubus dan balok. Dengan mempertimbangkan kedua hal tersebut kemudian disusun soal tes awal berbentuk pilihan ganda yang terdiri dari soal-soal yang mencakup seluruh materi kubus dan balok sejumlah 20 butir soal meliputi materi unsur-unsur kubus dan balok, volume dan luas permukaan kubus dan balok, serta hubungan keruangan antara kubus dan balok. Penyusunan tes awal ini melalui beberapa tahap, yaitu:

a. Tahap uji coba soal (Tes Uji Coba)

Tes uji coba adalah tes yang dilakukan untuk menguji validitas dan reliabilitas soal yang akan diberikan kepada subjek sebagai tes awal. Tes uji coba ini digunakan untuk menguji kelayakan soal yang akan digunakan untuk tes awal.

b. Uji validitas dan reliabilitas

Soal yang sudah diujicobakan kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya menggunakan SPSS 17 supaya soal yang digunakan layak sebagai soal tes awal. Berdasarkan hasil uji menggunakan SPSS


(69)

17, soal-soal yang diketahui tidak valid kemudian direvisi dan ditelaah oleh pakar.

c. Tahap revisi dan telaah pakar

Soal-soal yang tidak valid kemudian diperbaiki dengan meneliti kembali setiap butir soal yang tidak valid dari aspek kejelasan soal, tingkat kesulitan soal, kesesuaian soal dengan silabus, ketepatan soal (memastikan soal tidak mengandung miskonsepsi), dan kesesuaian jumlah soal dengan waktu. Kegiatan revisi juga mempertimbangkan hasil telaah dari pakar/ahli yaitu dosen pendidikan matematika dan guru matematika berkaitan dengan isi dan kualitas soal.

d. Tahap validasi

Setelah tahap revisi atau perbaikan soal kemudian soal divalidasi oleh pakar/ahli sehingga soal yang digunakan dianggap layak dan sesuai untuk digunakan sebagai tes awal dengan tujuan untuk menentukan subjek penelitian dan proses diagnosis.

2. Tes Diagnostik

Tes diagnostik adalah tes yang dilakukan untuk menemukan kesulitan-kesulitan yang dialami subjek dan untuk menentukan penyebab dari kesulitan-kesulitan tersebut. Setelah menemukan subjek dan menganalisis hasil tes awal subjek kemudian disusun tes diagnostik berbentuk soal uraian untuk mendalami kesulitan-kesulitan yang dialami subjek dan menemukan faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan tersebut.


(70)

3. Wawancara

Wawancara adalah kegiatan tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan narasumber atau informan untuk memperoleh keterangan yang digunakan dalam penelitian. Ada 2 macam wawancara yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

a. Wawancara Diagnostik

Wawancara diagnostik adalah wawancara yang dilakukan untuk menemukan kesulitan-kesulitan yang dialami subjek dan faktor-faktor penyebabnya, yaitu faktor penyebab kesulitan belajar pada materi kubus dan balok. Wawancara ini dilakukan setelah subjek mengerjakan soal tes diagnostik yaitu dengan menanyakan langkah-langkah dalam mengerjakan soal-soal tes diagnostik dan disertai alasannya.

b. Wawancara dengan pihak yang terkait

Wawancara dengan pihak yang terkait dilakukan untuk menambah keterangan mengenai penyebab kesulitan belajar yang dialami subjek yang dimungkinkan berasal dari luar materi pembelajaran.

4. Tes Akhir

Tes akhir merupakan tes evaluasi yang dilakukan setelah pengajaran remedial selesai dilakukan. Tes akhir ini digunakan untuk mendapatkan data hasil kemajuan subjek setelah dilakukannya proses pengajaran remedial. Peneliti dapat menemukan kesulitan-kesulitan siswa yang dapat diatasi berdasarkan hasil tes akhir ini.


(1)

Lampiran 18


(2)

Siswa kelas VIII B sedang mengerjakan soal ujicoba.

Siswa kelas VIII A sedang mengerjakan soal tes awal.


(3)

Subjek A, B, dan C sedang mengerjakan soal tes diagnostik.

Kegiatan wawancara diagnostik dan bimbingan terhadap subjek A. Kegiatan wawancara diagnostik dan bimbingan terhadap subjek B.


(4)

Kegiatan wawancara diagnostik dan bimbingan terhadap subjek C.

Kegiatan mereview materi dan pengajaran remedial.


(5)

Subjek A sedang mencoba

mengerjakan soal di papan tulis.

Subjek B sedang mencoba

mengerjakan soal di papan tulis.

Subjek C sedang mencoba

mengerjakan soal di papan tulis.


(6)

Dokumen yang terkait

analisis kesulitan beleaar dalam mengerjakan soal-soal akutansi pokok bahasan laporan keuangan pad siswa kelas 1.3 cawu 1 man 2 jember tahun ajaran 2000/2001

0 12 64

Hubungan antara persepsi dan motivasi belajar fisika dengan hasil belajar fisika pokok bahasan energi siswa kelas 1 cawu III SLTP Negeri 3 Jember tahun ajaran 2001/2002

0 4 69

Identifikasi miskonsepsi materi biologi kelas II semester 1 pada siswa SMP negeri di kecamatan Kencong tahun ajaran 2003/2004

2 6 94

Identifikasi miskonsepsi dalam pembelajaran IPA ruang lingkup materi dan sifatnya di SMP Joannes Bosco Yogyakarta kelas VIII tahun ajaran 2014-2015

1 5 9

Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan hasil belajar siswa melalui pokok bahasan pesawat sederhana di SMP Negeri-4 kelas VIII semester II Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016 - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 1 185

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok tekanan kelas VIII semester II MTsN 2 Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 12

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok tekanan kelas VIII semester II MTsN 2 Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 29

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok tekanan kelas VIII semester II MTsN 2 Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 1 21

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) menggunakan peta konsep terhadap hasil belajar siswa pada materi struktur dan fungsi tubuh tumbuhan di Kelas VIII MTs Miftahul Jannah Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016

1 0 16

Diagnosis kesulitan belajar matematika SMP

2 2 64