Definisi farmakokinetika Analisis farmakokinetika

21 tubuh melalui berbagai organ tubuh dalam bentuk metabolitnya atau dalam bentuk tak berubahnya. Ginjal merupakan organ ekskresi tubuh yang paling penting. Ekskresi obat melalui ginjal mencakup tiga tahap, yaitu filtrasi di glomerulus, sekresi aktif di tubulus proksimal, dan reabsorpsi pasif di tubulus proksimal dan distal Setiawati dkk, 2002. Ekskresi obat juga dapat terjadi melalui keringat, air liur, air mata, air susu, dan rambut, tetapi dalam jumlah yang relatif kecil sekali sehingga tidak berarti dalam pengakhiran efek obat Setiawati dkk., 2002.

C. Prinsip Dasar Farmakokinetika

Nasib obat dalam tubuh yang meliputi proses absorpsi dan disposisi obat tersebut dipelajari dalam ilmu farmakokinetika. Berikut ini akan dipaparkan mengenai definisi, analisis, parameter serta strategi penelitian farmakokinetika.

1. Definisi farmakokinetika

Farmakokinetika adalah suatu perhitungan matematik dari kinetika proses absorpsi, distribusi dan eliminasi obat di dalam tubuh Makoid and Cobby, 2000. Kinetika berarti gerak atau pindah dari satu tempat ke tempat lain. Dalam konteks farmakokinetika, kinetika yang dipelajari yaitu mengenai proses perpindahan obat dari satu tempat ke tempat lain di dalam tubuh, atau nasib obat di dalam tubuh. Nasib obat di dalam tubuh ini yang kemudian dikenal sebagai proses absorpsi, distribusi, serta eliminasi Donatus, 1989. Faktor biologis, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 psikologis dan fisika-kimia yang mempengaruhi proses perpindahan obat di dalam tubuh juga mempengaruhi laju dan jumlah dari proses obat tersebut di dalam tubuh Makoid and Cobby, 2000. Farmakokinetika menggunakan model matematika untuk menguraikan proses- proses absorpsi, distribusi, biotransformasi dan ekskresi, dan memperkirakan besarnya kadar obat dalam plasma sebagai fungsi dari besarnya dosis, interval pemberian dan waktu Setiawati, 2002.

2. Analisis farmakokinetika

Untuk mengukur kadar obat di sel sasaran merupakan pekerjaan yang tidak mudah, bahkan dapat dikatakan sebagai pekerjaan yang sangat sulit serta riskan dilakukan pada manusia. Oleh sebab itu timbullah pertanyaan tentang bagaimana cara untuk menaksir dan mengkaji ketepatgunaan obat di sel sasaran serta nasibnya di dalam tubuh. Analisis farmakokinetika merupakan alternatif jawaban atas permasalahan tersebut Donatus, 1989. Peningkatan dan penurunan kadar obat di dalam darah akibat proses absorpsi, distribusi, dan eliminasi, berkaitan dengan waktu. Karena itu sebelum dilakukan perhitungan parameter farmakokinetika suatu obat maka perlu diketahui terlebih dahulu ordo kinetikanya. Sebagai analog, untuk menjelaskan fungsi membran, terlebih dahulu perlu diasumsikan model struktur membran. Demikian pula sebelum dilakukan perhitungan parameter farmakokinetika obat perlu diasumsikan terlebih dahulu model kompartemen tubuh, agar hasil pengukuran kadar obat dalam darah lawan waktu dapat diturunkan secara matematis, sehingga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 diperoleh nilai parameter farmakokinetikanya Donatus, 1989. Analisis yang dilakukan dalam farmakokinetika meliputi analisis model kompartemen tubuh serta analisis ordo kinetika, yang akan diuraikan sebagai berikut. a. Analisis model kompartemen. Yang dimaksud dengan model farmakokinetika adalah suatu hubungan matematika yang menggambarkan perubahan konsentrasi terhadap waktu dalam sistem yang diteliti Setiawati, 2002. Setelah masuk ke dalam tubuh, obat akan terdistribusi ke jaringan dan berbagai organ tubuh yang sifatnya beragam. Dengan kata lain, tubuh dapat dianggap sebagai suatu sistem yang berupa kumpulan kompartemen dimana satu dengan lainnya terpisah. Untuk mencocokkan dan menginterpretasikan data uji farmakokinetika, sistem multikompartemen tersebut disederhanakan menjadi sistem satu dan dua kompartemen, yang akan diuraikan di bawah ini Donatus, 1989. 1 Model satu kompartemen Pada model ini, diasumsikan bahwa obat dapat masuk dan keluar tubuh dan tubuh bertindak seperti kompartemen sentral Shargel et al., 2005. Menurut model ini, tubuh dianggap sebagai satu kompartemen dimana obat menyebar dengan seketika dan merata ke seluruh cairan dan jaringan tubuh Setiawati, 2002. Sedangkan istilah terbuka mengacu pada proses eliminasi yang dapat terjadi Mutschler, 1991. Secara ringkas, karakteristik dari model satu kompartemen pada rute pemberian intravaskuler dan ekstravaskuler dapat dilihat pada tabel I PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 berikut. Tabel I. Ringkasan karakteristik model satu kompartemen terbuka Ristchel, 1992 Persamaan kadar obat dalam darah μgml Rute pemberian Karakteristik Model D K el D = dosis pemberian Vd = volume distribusi C = konsentrasi obat dalam plasma K el = tetapan laju eliminasi Intravaskuler -Tidak ada proses intravena, intracardiac, intra-arteria absorpsi, -semua obat masuk ke dalam sirkulasi sistemik, -distribusi obat yang cepat antara aliran darah dan jaringan, -steady state tercapai dengan cepat, - penurunan kadar tergantung pada ekskresi dan biotransformasi. Kurva kadar obat vs waktu pada kertas semi log log konsen- trasi K el waktu Ct = N. e -Kel.t Dimana : -N = konsentrasi obat hipotetik pada t = 0 - Ct = konsentrasi obat hipotetik pada saat t -K el = tetapan laju eliminasi Ekstravaskuler oral, rektal, intramuskuler, intracutaneous subcutaneous - terjadi absorpsi karena pelepasan obat dan meka- nisme absorpsi - saat t=0 tidak ada obat dalam darah - kadar naik oleh absorpsi, dan turun karena eliminasi, - tidak semua k a K el D.f D = dosis pemberian f = fraksi obat terabsorpsi k a = tetapan laju absorpsi Vd = volume distribusi C= konsentrasi obat dalam plasma K el = tetapan laju eliminasi Ct = M. e -Kel.t - L. e -ka.t Dimana : -M = intersep slope eliminasi mono- eksponensial back- extrapolated dengan ordinat - L = intersep slope absorpsi mono- Tubuh Vd C Tubuh Vd C PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 obat terabsorpsi. Kurva kadar obat vs waktu eksponensial dengan ordinat pada kertas semi log log konsen- trasi K el waktu - K el = tetapan laju eliminasi - k a = tetapan laju absorpsi 2 Model dua kompartemen Pada model ini, diasumsikan bahwa tubuh bertindak sebagai dua kompartemen yaitu kompartemen sentral dan perifer Shargel et al., 2005. Kompartemen sentral terdiri dari darah dan berbagai organ yang banyak dialiri darah seperti jantung, paru, hati, ginjal dan kelenjar endokrin. Obat tersebar dan mencapai keseimbangan dengan cepat dalam kompartemen ini. Kompartemen perifer adalah berbagai jaringan yang kurang dialiri darah misalnya otot, kulit dan jaringan lemak, sehingga obat lambat masuk ke dalamnya Setiawati, 2002. Pada dasarnya model dua kompartemen adalah sama dengan model kompartemen satu, bedanya adalah adanya proses ditribusi karena adanya kompartemen perifer Setiawati, 2002. Secara ringkas, karakteristik dari model dua kompartemen pada rute pemberian intravaskuler dan ekstravaskuler dapat dilihat pada tabel II berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 Tabel II. Ringkasan karakteristik model dua kompartemen terbuka Ristchel, 1992 Persamaan kadar obat dalam darah μgml Rute pemberian Karakteristik Model k 12 k 21 D k 13 D = dosis pemberian KS = kompartemen sentral KP = kompartemen perifer k 12 ,k 21 = tetapan laju distribusi k 13 = tetapan laju eliminasi dari kompartemen sentral Vc = volume kompartemen sentral C = konsentrasi obat dalam plasma β = slope eliminasi total tetapan laju disposisi lambat Intravaskuler -Tidak ada proses KP intravena, intracardiac, intra-arteria absorpsi, -semua obat masuk ke dalam sirkulasi sistemik, -distribusi obat yang lambat antara aliran darah dan jaringan, -steady state tercapai beberapa saat setelah pemberian, - penurunan bagian pertama karena distribusi - penurunan kedua tergantung distribusi kembali dari jaringan ke darah, ekskresi dan biotransformasi. Kurva kadar obat vs waktu pada kertas semi log log konsen- trasi β waktu Ct = M. e - β.t + L. e - α.t Dimana : -M = intersep slope eliminasi β mono- eksponensial back- extrapolated dengan ordinat - L = intersep slope distribusi α dengan ordinat - β=slope eliminasi total tetapan laju disposisi lambat - α= slope distribusi tetapan laju disposisi cepat Ekstravaskuler oral, rektal, intramuskuler, intracutaneous subcutaneous - terjadi absorpsi, berdasarkan mekanisme pelepasan obat - saat t = 0 tidak ada obat dalam darah - kadar naik oleh absorpsi, diikuti penurunan k 12 k 21 D.f k a k 13 D = dosis pemberian f = fraksi obat terabsorpsi KS = kompartemen sentral Ct = M. e - β.t + L. e - α.t – N. e –ka.t Dimana : - M = intersep slope eliminasi β mono-eksponensial back-extrapolated dengan ordinat KS Vc C KS KP Vc C PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 KP = kompartemen perifer k a = tetapan laju absorpsi k 12 ,k 21 = tetapan laju distribusi k 13 = tetapan laju eliminasi dari kompartemen sentral Vc = volume kompartemen sentral C = konsentrasi obat dalam plasma β = slope eliminasi total tetapan laju disposisi lambat Kurva kadar obat vs waktu pada kertas semi log karena distribusi lambat sampai steady state tercapai - L = intersep slope distribusi α dengan ordinat - N = konsentrasi obat hipotetik saat - penurunan kurva mono- eksponensial tergantung pada distribusi kembali obat dari jaringan ke darah, ekskresi dan biotrans- formasi t=0 diperoleh dari L+M - β= slope eliminasi total tetapan laju disposisi lambat - α= slope distribusi tetapan laju disposisi cepat Bila k a α log konsen- trasi β waktu Bila α k a log konsen- trasi β waktu - k a = tetapan laju absorpsi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 b. Analisis ordo kinetika. Perhitungan parameter farmakokinetika diturunkan secara matematis atas dasar asumsi ordo kinetikanya. Perubahan kadar obat di dalam darah atau plasma karena absorpsi, distribusi dan eliminasi merupakan fungsi waktu. Secara matematis, hal ini dinyatakan sebagai berikut. n kX dt dX − = 2 Dalam persamaan tersebut, X adalah kadar obat yang dipindahkan dari suatu kompartemen ke kompartemen lain. Tetapan k menggambarkan tetapan kesebandingan yang berhubungan dengan proses laju perpindahan obat, yang selanjutnya disebut sebagai tetapan laju. Sedangkan n merupakan orde dari proses perpindahan tersebut. Donatus, 1989. Selanjutnya persamaan 2 dapat diintegralkan, dan dinyatakan dalam persamaan 3. kt Xo.e X − = 3 Terlihat dari persamaan tersebut, bila perubahan kadar, lebih tepatnya penurunan kadar pada waktu tertentu, tergantung pada kadar obat yang dapat dipindahkan pada waktu itu. Hal ini merupakan ciri khas kinetika orde pertama. Dengan kata lain, kinetika suatu obat mengikuti orde pertama jka n nya sama dengan satu. Jika n sama dengan nol, maka kinetika obat tersebut mengikuti orde nol persamaan 4 atau 5 Donatus, 1989. k dt dX − = 4 kt X − = 5 Proses- proses absorpsi, distribusi dan eliminasi yang dialami oleh hampir semua obat pada dosis terapi mengikuti kinetika orde pertama, yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29 berarti laju proses- proses tersebut sebanding dengan jumlah obat yang ada. Jadi jumlah obat yang diabsorpsi, didistribusi dan dieliminasi per satuan waktu makin lama makin sedikit, sebanding dengan jumlah obat yang masih belum mengalami proses- proses tersebut Setiawati, 2002. Pada obat- obat dengan kinetika orde pertama atau kinetika linier ini terdapat hubungan yang linier antara log kadar obat dalam plasma dengan waktu pada fase absorpsi, distribusi dan eliminasi Setiawati, 2002.

3. Parameter farmakokinetika