Metode penetapan kadar parasetamol dalam plasma

43 HO NHCOCH 3 N H O C 3 O OH HO HO COOH O S O O HO NH COCH 3 Parasetamol aktif Konjugasi sulfat ekskresi urin tidak aktif Metabolisme dan konjugasi glutation Sistein dan konjugasi merkapturat tidak aktif e OCH kskresi urin Konjugasi glukuronat tidak aktif ekskresi urin Gambar 4. Metabolisme parasetamol Gibson and Skett, 1991

4. Metode penetapan kadar parasetamol dalam plasma

Parameter farmakokinetika obat diperoleh berdasarkan hasil pengukuran kadar obat utuh dan atau metabolitnya di dalam cairan biologis. Oleh karena itu agar nilai- nilai parameter kinetika obat dapat dipercaya, metode penetapan kadar harus memenuhi berbagai prasyarat metode analisis yang baik Donatus, 1989. Kadar parasetamol dalam darah dapat ditentukan dengan beberapa metode, yaitu sebagai berikut. a. Gas Liquid Chromatography GLC Metode ini memiliki sensitivitas dan selektivitas yang tinggi untuk menetapkan kadar parasetamol dalam darah Prescott, 1971. Namun demikian pada metode ini diperlukan plasma sebanyak 2 ml ± 4 ml darah utuh pada setiap pengambilan cuplikan. Sehingga jika metode ini diterapkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 pada hewan kecil misalnya tikus akan sulit untuk dikerjakan. b. Metode spektrokolorimetri-diferensial Metode ini juga dikatakan sebagai metode yang sensitif dan selektif untuk menetapkan kadar parasetamol darah Knefil, 1974 cit. Donatus, 1994. Namun metode ini juga memerlukan darah dalam dalam jumlah yang banyak ± 5 ml darah utuh, sehingga sulit diterapkan pada hewan kecil Donatus, 1994. c. Metode Chafetz et. al. dengan modifikasi oleh Glynn dan Kendal, 1975 Metode ini adalah metode pengukuran parasetamol dalam plasma secara spektrofotometri yang didasarkan pada reaksi diazotasi. Produk hasil reaksi yang terbentuk dalam larutan basa akan menunjukkan kromofor yang kuat dan absorbansinya diukur pada panjang gelombang 430 nm Chamberlain, 1995. Namun metode ini tidak dapat mengukur dengan tepat konsentrasi parasetamol dalam plasma di bawah 50 μgml sehingga pada konsentrasi tersebut biasanya dipakai kromatografi Widdop, 1986. Selain itu, dalam pelaksanaannya metode ini juga memerlukan volume darah yang cukup banyak ± 2 ml darah utuh untuk setiap pengambilan cuplikan darah, sehingga sulit diterapkan pada hewan kecil untuk sejumlah waktu pencuplikan. d. High Performance Liquid Chromatography HPLC HPLC merupakan teknik analisis yang paling sering digunakan dalam analisis farmasi untuk pemisahan, identifikasi, dan determinasi dalam campuran yang kompleks Skoog, Holler, and Nieman, 1998. HPLC dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 memberikan hasil pemisahan yang sangat cepat seperti pada kromatografi gas, dengan keunggulan zat- zat yang tidak menguap atau tidak tahan panas dapat dikromatografi tanpa peruraian atau tanpa perlunya dibuat turunan yang dapat menguap Anonim, 1995. Analisis dalam HPLC meliputi analisis kualitatif dan kuantitatif. Tiap senyawa memiliki waktu retensi yang spesifik pada kondisi tertentu seperti kolom, suhu, laju, dan sebagainya sehingga dapat digunakan sebagai salah satu dasar uji kualitatif. Waktu retensi yang menunjukkan identitas suatu senyawa merupakan selang waktu yang diperlukan senyawa mulai pada saat injeksi sampai keluar dari kolom dan sinyalnya ditangkap oleh detektor Gritter et al., 1985. Analisis kuantitatif dalam HPLC diperoleh dari nilai respon puncak, yaitu mencakup luas puncak dan tinggi puncak. Baik tinggi puncak maupun luasnya daat dihubungkan dengan konsentrasi analit. Tinggi puncak sangat dipengaruhi oleh perubahan waktu retensi yang disebabkan oleh variasi suhu dan komposisi pelarut. Oleh karena itu, luas puncak dianggap sebagai parameter yang lebih akurat untuk pengukuran kuantitatif Anonim, 1995. Ditinjau dari sistem peralatannya, maka HPLC termasuk kromatografi kolom karena dipakai fase diamnya yang diisikan atau ter”packing” di dalam kolom. Tetapi bila ditinjau dari proses pemisahannya maka HPLC digolongkan sebagai kromatografi adsorpsi atau partisi. Tergantung pada butiran- butiran adsorban yang ada dalam kolom., apakah sebagai fase padat yang murni atau disalut dengan cairan Mulja dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 Suharman, 1995. Berdasarkan jenis fase diam dan fase geraknya, maka HPLC kolomnya dibedakan menjadi dua. Bila fase diam lebih polar dari fase geraknya, maka disebut kromatografi fase normal. Sebaliknya, bila fase gerak lebih polar dari fase diamnya maka disebut kromatografi fase terbalik Mulja dan Suharman, 1995. Hal- hal yang harus diperhatikan dan dipersiapkan untuk analisis dengan HPLC meliputi pemilihan pelarut pengembang atau pelarut pengembang campur yang sesuai untuk komponen yang dipisahkan, pemilihan kolom yang dipakai berkaitan dengan pelarut pengembang, pemilihan detektor yang memadai, serta pengetahuan dasar HPLC yang baik serta pengalaman dan keterampilan yang baik Mulja dan Suharman, 1995 Metode HPLC memberikan keuntungan antara lain, dapat dilakukan pada suhu kamar, detektor dapat divariasi, pelarut pengembang dan kolom dapat digunakan berulangkali, serta ketepatan dan ketelitiannya yang relatif tinggi dijajarkan dengan teknik analisis fisiko-kimia Mulja dan Suharman, 1995. Dengan berbagai pertimbangan diatas, maka dalam penelitian ini dilakukan penetapan kadar parasetamol utuh dalam plasma tikus dengan menggunakan metode HPLC, dengan mengacu pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Howie, et. al. 1997 yang telah dimodifikasi oleh Wijoyo 2001. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47

E. Darah