35
4. Strategi penelitian farmakokinetika
Suatu penelitian farmakokinetika melibatkan subyek makhluk hidup yang seringkali sulit untuk dikendalikan. Selain itu juga melibatkan berbagai teknik
maupun tata cara yang terkait dengan pemilihan subyek uji dan penangannya, perlakuan pada subyek uji, analisis kimia, sampai dengan analisis dan evaluasi
hasil penelitian. Oleh karena itu agar hasil penelitian nanti dapat diandalkan, maka diperlukan penyusunan suatu strategi penelitian Donatus, 1989.
Strategi penelitian farmakokinetika didefinisikan sebagai suatu rencana yang disusun sebelum dilakukan penelitian tahap farmakokinetika suatu obat,
guna memperoleh informasi ketersediaan biologis atau ketersediaan biologi dari zat itu. Strategi penelitian farmakokinetika tersebut terdiri atas tahap-tahap
sebagai berikut. a
Pemilihan rancangan uji coba. Dalam memilih rancangan uji coba, perlu dipertimbangkan pula adanya beberapa variabel yang melekat pada
subyek uji maupun pada sistem penelitiannya itu sendiri. Variabel- variabel tersebut adalah sebagai berikut.
1 variabilitas antar subyek
2 variabilitas karena perlakuan
3 variabilitas waktu
4 variabilitas dalam subyek
5 variabilitas residual Wagner, 1975.
Adanya variabel- variabel tersebut dapat diperkecil pengaruhnya dengan penerapan suatu rancangan uji coba yang tepat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Donatus, 1989. Pada penelitian ini, rancangan uji coba yang diterapkan adalah rancangan acak lengkap completely randomized design.
b pemilihan subyek uji dan jumlahnya. Subyek uji yang digunakan dalam
penelitian farmakokinetika meliputi hewan dan manusia. Pada tahap praklinis digunakan subyek uji hewan, sedangkan pada tahap klinis
digunakan subyek uji manusia. Hal- hal yang perlu dipertimbangkan meliputi bentuk sediaan dan cara pemberian, kemudahan penanganan
hewan uji, kemiripan metabolisme terhadap suatu obat dengan yang ada pada manusia, kemudahan mendapat cuplikan biologis, serta volume
maksimum yang dapat diterima hewan uji Donatus, 1989. c
pemilihan cuplikan biologis. Cuplikan biologis yang sering digunakan dalam penelitian farmakokinetika adalah darah atau urin. Darah menjadi
pilihan pertama karena darahlah yang paling cepat dicapai oleh obat, serta darahlah yang menerima obat dari tempat pemberian, membawanya ke
semua organ, termasuk tempat aksi obat dan elmininasinya Rowland and Tozer, 1995. Selain itu untuk kebanyakan obat, bentuk obat tak berubah
adalah senyawa yang memiliki aktivitas farmakologis. Sehingga, penetapan kadar obat pada cuplikan darah akan memberikan indikasi
langsung pada kadar obat yang mencapai sirkulasi Rowland and Tozer, 1995.
d pemilihan metode penetapan kadar. Parameter farmakokinetika suatu obat
diperoleh dari hasil pengukuran kadar obat atau metabolitnya di dalam darah atau urin. Oleh sebab itu maka metode penetapan kadar yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
digunakan harus memenuhi berbagai prasyarat yaitu sebagai berikut. 1
Akurasi kecermatan, yaitu ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan nilai hasil analisis dengan nilai sebenarnya. Akurasi
dinyatakan dengan persen perolehan kembali recovery Harmita, 2004.
2 Presisi keseksamaan, yaitu ukuran yang menunjukkan derajat
kesesuaian hasil pengukuran berulang pada cuplikan biologis yang sama. Presisi dinyatakan dengan simpangan baku relatif koefisien
variasi CV Harmita, 2004. 3
Selektivitas spesifisitas. Metode analisis harus memiliki selektivitas yang tinggi terhadap bentuk obat yang akan ditetapkan, sehingga dapat
membedakan suatu obat dari metabolitnya, dari obat lain, dan dari kandungan endogen cuplikan biologis Harmita, 2004.
4 Sensitivitas. Sensitivitas metode berkaitan dengan kadar terendah yang
dapat diukur oleh metode analisis yang digunakan. Hal ini penting karena dalam perhitungan parameter farmakokinetika, diperlukan
sederetan kadar obat dari waktu ke waktu, atau dari kadar tertinggi sampai kadar terendah Harmita, 2004.
5 cepat. Dalam suatu penelitian farmakokinetika dilakukan analisis dari
cuplikan biologis dalam jumlah yang banyak, sehingga cepat juga merupakan hal yang perlu dipertimbangkan Donatus, 1989.
e Pemilihan takaran dosis. Perbandingan harga LD
50
oral lawan LD
50
intravena dapat dilakukan untuk memperoleh wawasan terhadap masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
absorbabilitas sebagai fungsi waktu sebagai fungsi cara pemberian oral. Jika informasi ini tidak tersedia maka dapat digunakan 5 – 10 dari
harga LD
50
intravena sebagai dosis awal penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan Kaplan, 1973, cit. Donatus, 1989. Takaran dosis
yang diberikan harus dapat menjamin dapat diukurnya kadar obat atau metabolitnya pada rentang waktu tertentu, sehingga diperoleh data yang
cukup memadai Donatus, 1989. f
Pemilihan lama dan banyaknya waktu pengambilan cuplikan biologis. Bila digunakan cuplikan darah, pengambilan sebaiknya 3-5 kali t½ eliminasi
obat yang diuji. Frekuensi pengambilan cuplikan biologis berkaitan erat dengan asumsi model kompartemen tubuh. Bila kinetika obat mengikuti
dua kompartemen terbuka, maka frekuensi pengambilan cuplikan setidaknya 3 kali tahap absorpsi, 3 kali daerah puncak, 3 kali tahap
distribusi, dan 3 kali tahap eliminasi Ritschel, 1992. g
Analisis dan evaluasi hasil. Analisis data hasil uji dan evaluasi hasil penelitian merupakan tahap terakhir penelitian farmakokinetika. Langkah-
langkah analisis yang dilakukan meliputi analisis data uji coba, analisis statistika dan evaluasi Donatus, 1989.
D. Parasetamol