Penentuan model kompartemen Penentuan orde reaksi

82 parasetamol tersebut dari berbagai waktu pencuplikan baik pada kelompok kontrol maupun perlakuan, selanjutnya dilakukan analisis dengan program Stripe untuk memperoleh parameter- parameter farmakokinetika dari parasetamol tersebut. Sebelum dilakukan analisis parameter- parameter farmakokinetika yang diperoleh, terlebih dahulu ditentukan model kompartemen dan orde kinetika dari parasetamol dalam plasma sehingga dapat ditentukan rumus-rumus perhitungan parameter yang sesuai.

1. Penentuan model kompartemen

Model kompartemen perlu untuk ditentukan terlebih dahulu karena penting untuk perhitungan data hasil penelitian dengan rumus parameter farmakokinetika yang sesuai. Model digunakan untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan serangkaian data yang diperoleh melalui percobaan. Dalam konteks farmakokinetika, model adalah struktur hipotetik yang digunakan untuk menelaah nasib obat dalam sistem biologis Ritschel, 1992. Model kompartemen dapat ditentukan dari kurva plot log kadar parasetamol dalam plasma dengan waktu pada kertas semilogaritma. Kinetika parasetamol dalam penelitian ini mengikuti model dua kompartemen terbuka dengan melihat adanya fase distribusi pada kurva kurva trifasik pada kertas semilog. Dengan demikian maka perubahan jumlah parasetamol yang ada di kompartemen sentral memenuhi persamaan trieksponensial persamaan 12. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83 Dalam persamaan ini, diasumsikan nilai k a lebih besar dari nilai α, dan nilai α lebih besar dari nilai β k a αβ Gibaldi and Perrier, 1982. Cpt = L.e - βt + M.e - α.t + N.e -ka.t 12 Model kompartemen juga dapat ditentukan secara matematis yaitu dari nilai k 12 , k 21 , dan k 13 yang diperoleh. Bila nilai k 12 + k 21 20 k 13 maka obat mengikuti model satu kompartemen terbuka, dan demikian pula sebaliknya bila nilai k 12 + k 21 20 k 13 maka obat mengikuti model dua kompartemen terbuka. Dari hasil perhitungan diperoleh untuk kelompok kontrol, nilai k 12 + k 21 yaitu 0,0146 dan nilai 20 k 13 yaitu 0,148. Untuk kelompok perlakuan nilai k 12 + k 21 yaitu 0,0163 dan nilai 20 k 13 yaitu 0,1160. Karena kedua nilai k 12 + k 21 tersebut adalah lebih kecil dari 20 k 13 sehingga dapat disimpulkan bahwa obat mengikuti model dua kompartemen terbuka, yang berarti bahwa laju distribusi obat tersebut lebih lambat daripada laju eliminasinya.

2. Penentuan orde reaksi

Orde reaksi ditentukan melalui perhitungan analisis regresi antara kadar parasetamol terhadap waktu untuk orde nol serta antara log kadar parasetamol terhadap waktu untuk orde satu. Data yang digunakan adalah data rata- rata kadar parasetamol pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Hasil perhitungan analisis regresi dapat dilihat pada tabel XI. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84 Tabel XI. Perhitungan analisis regresi dari Cp vs t dan log Cp vs t Kontrol Perlakuan Cp vs t log Cp vs t Cp vs t log Cp vs t r = - 0,861 r = - 0,930 r = - 0,872 r = - 0,988 Dari tabel XI terlihat bahwa harga mutlak koefisien korelasi r pada analisis log Cp vs t lebih mendekati satu, baik pada kelompok kontrol maupun perlakuan. Nilai r tersebut juga lebih besar dari nilai r tabel db=12; r=0,532. Sehingga ditarik kesimpulan bahwa kinetika parasetamol dalam plasma tikus mengikuti kinetika orde pertama.

3. Analisis profil farmakokinetika