3 Tahap ketiga : Memperkuat organisasi kognitif
Dalam tahap ketiga, Ausubel menyarankan bahwa guru mencoba mengikatkan informasi baru ke dalam struktur yang telah direncanakan di dalam
permulaan pengajaran, dengan cara mengingatkan siswa bahwa rincian yang bersifat spesifik itu berkaitan dengan gambaran informasi yang bersifat umum.
Catharina, 2007: 63 David Ausuble dalam Suherman 2003 berpendapat bahwa metode
ekspositori yang baik merupakan cara mengajar yang paling efektif dan efisien dalam menamamkan pembelajaran bermakna. Namun metode ekspositori sama
halnya dengan metode ceramah memiliki beberapa kelemahan. 1
Pembelajaran cenderung membosankan, siswa menjadi pasif. 2
Kepadatan konsep-konsep yang diberikan berakibat siswa tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan.
3 Pengetahuan yang diperoleh lebih cepat terlupakan.
4 Ceramah menjadikan siswa menjadi
“belajar menghafal”. Suherman dkk., 2003
2.11 Tinjauan Materi Dimensi Tiga Jarak pada Bangun Ruang
2.11.1 Jarak Titik ke Titik, Titik ke Garis, dan Titik ke Bidang
2.11.1.1 Jarak Titik ke Titik Menentukan jarak titik A ke titik B dalam suatu ruang dengan cara
menghubungkan titik A dan titik B dengan ruas garis AB. Panjang ruas garis AB adalah jarak titik A ke titik B.
2.11.1.2 Jarak Titik ke Garis Jarak titik ke suatu garis jika titik terletak pada garis tersebut, maka jaraknya
adalah 0. Langkah-langkah menentukan jarak titik ke garis g titik berada diluar garis g adalah sebagai berikut.
1 Membuat bidang
α yang melalui titik A dan garis g. 2
Membuat garis AP yang tegak lurus dengan garis g pada bidang α.
3 Ruas garis AP = jarak titik A ke garis g .
2.11.1.3 Jarak Titik ke Bidang Jarak titik ke suatu bidang jika titik terletak pada bidang tersebut, maka
jaraknya adalah 0. Langkah-langkah menentukan jarak titik ke bidang titik berada diluar bidang adalah sebagai berikut.
1 Membuat garis g melalui titik dan tegak lurus bidang .
2 Garis g menembus bidang
α di titik D. 3
Ruas garis AD jarak titik A ke bidang .
Gambar 2.1 a Jarak titik ke titik b jarak titik ke garis c jarak titik ke bidang
g
a b
c
2.11.2 Jarak Garis ke Garis, Garis ke Bidang, dan Bidang ke Bidang
2.11.2.1 Jarak dua garis sejajar Jarak antara dua garis sejajar misal garis g dan garis h dapat digambarkan
sebagai berikut. 1
Membuat bidang yang melalui garis g dan garis h Teorema 4. 2
Membuat garis l yang memotong tegak lurus terhadap garis g dan garis h, misal titik potongnya berturut-turut A dan B.
3 Ruas garis AB = jarak antara garis g dan garis h yang sejajar.
Gambar 2.2 Jarak Dua Garis Sejajar 2.11.2.2 Jarak Garis dan Bidang yang Sejajar
Jarak antara garis dan bidang yang saling sejajar adalah panjang ruas garis yang masing-masing tegak lurus terhadap garis dan bidang tersebut. Jarak antara
garis g dan bidang yang sejajar dapat digambarkan sebagai berikut. 1
Mengambil sebarang titik O pada garis g 2
Membuat garis l yang melalui titik O dan tegak lurus bidang 3
Garis l memotong atau menebus bidang di titik P 4
Panjang ruas garis OP = jarak antara garis g dan bidang yang sejajar.
g
h α
Gambar 2.3 Jarak Garis dan Bidang yang Sejajar 2.11.2.3 Jarak Dua Bidang Sejajar
Jarak antara bidang dan bidang yang sejajar dapat digambarkan sebagai berikut.
1 Mengambil sebarang titik P pada bidang .
2 Membuat garis k yang melalui titik P dan tegak lurus bidang .
3 Garis k menembus bidang di titik Q.
4 Panjang ruas garis PQ = Jarak antara bidang dan bidang yang sejajar.
Gambar 2.4 Jarak Dua Bidang Sejajar
g O
P
P
Q k
2.11.2.4 Jarak Dua Garis Bersilangan Jarak antara dua garis yang bersilangan misal garis g dan garis h dapat
digambarkan sebagai berikut. Cara I
1 Membuat garis g
’ sejajar garis g sehingga memotong garis h. Garis g’ dan garis h membentuk bidang .
2 Membuat garis yang tegak lurus garis g dan bidang misal garis k.
3 Membuat garis melalui titik D pada g dan sejajar garis k sehingga memotong
garis h di titik E. 4
DE tegak lurus g dan h. Jadi jarak garis g dan garis h yang bersilangan = DE.
Gambar 2.5 Jarak Dua Garis Bersilangan 1 Cara II
1 Membuat garis g
’ yang sejajar g dan memotong garis h. 2
Membuat garis h ’ yang sejajar h dan memotong garis g.
3 Karena garis g
’ dan garis h berpotongan sehingga dapat dibuat sebuah bidang, misal bidang
α. 4
Karena garis h ’ dan garis g berpotongan sehingga dapat dibuat sebuah bidang,
misal bidang β.
g ’
h G
g D
E k
5 Mengambil sebarang titik pada garis g, misal titik S.
6 Melalui titik S dibuat garis tegak lurus bidang
α sehingga menembus bidang α di titik S
’. 7
Melalui titik S ’ dibuat garis sejajar g’ sehingga memotong garis h di titik T.
8 Melalui titik T dibuat garis sejajar SS
’ sehingga memotong garis g di titik T’. 9
Panjang ruas garis TT ’ adalah jarak antara garis g dan h yang bersilangan.
Gambar 2.6 Jarak Dua Garis Bersilangan 2
2.12 Kerangka Berpikir