Cagar Alam Konflik Pengelolaan Sumberdaya Lahan

21 Sejalan dengan Canter dan Koesnadi, Santoso menyebutkan bahwa intinya terdapat lima manfaat lain dari peran serta masyarakat antara lain: a. Sebagai proses pembuatan kebijakan, karena masyarakat sebagai kelompok yang berpotensi menanggung konsekuensi dari suatu kebijakan memiliki hak untuk dikonsultasikan rights to consult. b. Sebagai suatu strategi, dimana melalui peran serta masyarakat suatu kebijakan pemerintah akan mendapat dukungan dari masyarakat, sehingga keputusan tersebut memiliki kredibilitas credible. c. Peran serta masyarakat juga ditunjukan sebagai alat komunikasi bagi pemerintah yang dirancang untuk melayani masyarakat untuk mendapatkan masukan dan informasi dalam pengambilan keputusan, sehingga melahirkan keputusan yang responsif. d. Peran serta masyarakat dalam penyelesaian sengketa atau konflik, didayagunakan sebagai suatu cara untuk mengurangi atau meredahkan konflik.

2.4. Cagar Alam

Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Cagar Alam didefinisikan sebagai kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembagannya berlangsung secara alami. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem mengatur bentuk-bentuk pemanfaatan yang bisa dilakukan. Misalnya seperti tercantum dalam pasal 31 UU Nomor 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa: 1 Didalam taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budidaya dan wisata alam 2 Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 harus dilakukan tanpa mengurangi fungsi pokok masing-masing kawasan. Undang-undang ini hanya mengatur pemanfaatan untuk kegiatan-kegiatan wisata. Untuk kegiatan-kegiatan lainnya khususnya oleh masyarakat adat atau lokal tidak terdapat aturan yang jelas. Padahal kawasan konservasi itu sendiri selalu merupakan kawasan yang tidak berpenghuni. 22 Justru yang lebih menonjol adalah pengaturan tentang larangan terhadap kegiatan yang dikhawatirkan dapat merusak kawasan-kawasan tertentu. Hal ini antara lain dapat dilihat dalam pasal 33 UU yang sama menyatakan bahwa: 1 Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap zona inti taman nasional 2 Perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 meliputi mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas zona inti taman nasional, serta menambah jenis tumbuhan satwa lain yang tidak asli. 3 Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam.

2.5. Konflik Pengelolaan Sumberdaya Lahan

Konflik adalah benturan yang terjadi antara dua pihak atau lebih, yang disebabkan oleh adanya perbedaan nilai, status, kekuasaan, dan kelangkaan sumberdaya Suporaharjo, 2000. Konflik dapat ditimbulkan antara individu yang satu dengan yang lainnya antar individu antar kelompok individu. Kebanyakan tanahlahan akhir-akhir ini menjadi masalah, seperti alokasi lahan untuk transmigrasi disuatu daerah, secara de facto telah dikuasai oleh komunitas masyarakat setempat, walaupun tanah-tanah itu secara kasat mata masih berupa hutan rimba, padang rumput atau kawasan yang belum terjamah tangan manusia. Hal ini mengakibatkan sengketa hak atas tanah, terutama bagi komunitas masyarakat adat. Tanahlahan dan sumber alam lainnya identik dengan jati diri masyarakat adat. Sumber-sumber alam itu merupakan sumber kehidupan dan hidup masyarakat adat. Menurut Moore 1986 dalam Sahwan 2002, ada lima pemacu konflik yaitu: Pertama, konflik hubungan relation conflict adalah konflik terjadi karena adanya hubungan dishamonis yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti: salah paham, tidak ada komunikasi, prilaku emosional dan steotypes; Kedua, konflik data data confitc adalah suatu keadaan dimana pihak-pihak yang bersangkutan tidak mempunyai data dan informasi tentang perihal yang dipertentangkan yang dapat diterima pihak-pihak yang bersengketa; Ketiga, Konflik nilai value conflict adalah suatu kondisi dimana pihak-pihak yang berurusan mempunyai nilai-nilai yang berbeda yang melandasi tingkah lakunya masing-masing dan tidak diakui kebenarnya oleh pihak lain; Keempat, Konflik kepentingan interest conflict adalah 23 pertentangan mengenai subtansi atau pokok permasalahan yang diperkarakan, kepentingan prosedural dan psikologis; dan Kelima, Konflik struktural structural conflict adalah keadaan dimana secara struktural atau suatu keadaan diluar kemampuan kontrolnya pihak-pihak yang berurusan mempunyai perbedaan status kekuatan, otoritas, kelas atau kondisi fisik yang tidak berimbang. Menurut Malik et al. 2003 adapun acuan sebab-sebabnya konflik itu menyangkut tiga hal, yakni Pertama, Ketidakadilan akses dan kontrol berbagai kelompok sosial terhadap tanahlahan dan kekayaan alam; Kedua, Ketidakadilan pemanfaatan tanah dan kekayaan alam, terutama perihal berbagai usaha dan organisasi serta kehidupan diatas tanahlahan, dan Ketiga, pemusatan pengambilan keputusan berkenan dengan akses dan kontrol serta pemanfaatan tanah dan kekayaan alam. Penanganan konflik menurut Mastenbroek 1985 dalam Sahwan 2002, adalah perlunya pembagian tugas dan wewenang tugas dan wewenang jelas, penentuan prioritas serta pengenalan prosedur yang lebih baik dari yang sebelumnya.

2.6. Pendekatan Analisis Hirarki Proses AHP