Alternatif Pengelolaan Sumberdaya Lahan yang Optimal di Kawasan CAPC

63

4.8. Alternatif Pengelolaan Sumberdaya Lahan yang Optimal di Kawasan CAPC

Untuk mengetahui alternatif pemanfaatan yang optimal pada CAPC dilakukan analisis hirarki proses AHP dengan pendekatan manfaat biaya. Berdasarkan “judgement stakeholders “ terkait, dengan perhitungan AHP untuk analisis manfaat biaya kerugian masing-masing alternatif dari tiga alternatif yang dikemukakan dalam kaitannya dengan pengelolaan CAPC disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Prioritas Manfaat, Biaya dan Rasio Manfaat – Biaya Hasil Analisis Metode “AHP“ untuk AMB dalam Pengelolaan Sumberdaya Lahan di CACP No Alternatif AHP untuk AMB Rasio Manfaat Biaya Prioritas Manfaat Prioritas Biaya kerugian 1. Permukiman dan infrastruktur 5.507 5.704 0.965 2. Konservasi dan Pariwisata 7.000 7.000 1.000 3. Perkebunan dan Pertambangan Gol C 2.524 2.830 0.901 Sumber : Hasil analisis, 2005 Nilai konsistensi rasio berkisar antara 0,00 sd 0,95 atau rata-rata masih berada dibawah 0.10 dengan demikian para stakeloders konsisten dalam memberikan nilai pembobotan dengan tingkat penyimpangan sangat kecil. Analisis Tabel 10, menunjukkan bahwa alternatif pengelolaan sumberdaya lahan pada CAPC sebagai kawasan konservasi dan pariwisata dengan nilai manfaat 7.000 yang terdiri dari manfaat ekonomi 0.387, manfaat lingkungan 0.750 dan manfaat sosial 0.250. Sedangkan kerugian terbesar diperoleh apabila dikelola sebagai kawasan Konservasi dan Pariwisata dengan nilai kerugian 7.000 yang terdiri dari kerugian ekonomi 0.376, kerugian lingkungan 0.474 dan kerugian sosial 0,149 Lampiran 7 dan 8, namun jika masing - masing alternatif tersebut dibandingkan antara manfaat dan kerugian, maka alternatif pengelolaan sebagai kawasan konservasi dan pariwisata memberikan nilai terbesar yaitu 1.000 yang menghasilkan skenario yang optimal karena memberikan nilai rasio manfaatbiaya = 1, artinya bahwa pada kawasan ini dapat dilakukan kegiatan konservasi dan pariwisata tergantung program-program yang akan direncanakan bersama oleh para pihak untuk dilaksanakan. Disamping itu, yang perlu diperhatikan pemukiman dan infrastruktur, sebab alternatif ini merupakan pendukung semua kebijakan yang 64 diberlakukan di Kotakabupaten Jayapura, walaupun dalam analisis manfaat-biaya ternyata nilai manfaat 5.507, kerugian 5.704 dan memberikan hasil rasio manfaat- kerugian 0.965 atau nilai rasionya 1. Sedangkan perbandingan manfaat dan kerugian untuk kawasan perkebunan dan pertambangan 0.901 atau nilai BC Rasio 1. hal ini disebabkan karena dalam analisis ini turut memperhitungkan baik manfaat ekonomi, lingkungan dan sosial serta kerugian ekonomi, lingkungan dan sosial. Sehingga alternatif pengelolaan sebagai perkebunan dan pertambangan yang biasanya menguntungkan jika hanya ditinjau dari aspek manfaat ekonomi, namun dalam analisis ini terlihat tidak menguntungkan jika melibatkan ketiga aspek sekaligus. Kedua alternatif diatas yang mempunyai nilai BC rasio 1 tidak berarti alternatif ini tidak optimal untuk dikembangkan pada kawasan CAPC, namun sebaliknya dalam implementasi pemanfaatan ruang di kawasan ini justru banyak memberikan nilai positif dari aspek ekonomi, namun tidak berarti negatif untuk konservasi, sehingga perlu dikoordinasikan berbagai kebijakan dalam bentuk program yang akan dikembangkan di kawasan CAPC. Kebijakan dari alternatif pemukiman dan pembangunan infrastruktur, telah dibangun jalan Angkasa – Ormu melintasi kawasan CAPC sepanjang 25 km yang telah dibatalkan karena tidak jelas AMDAL, pembangunan jalan alternatif Ardipura Markas Kodam XVIITrikora – Kelurahan Hedam sepanjang 2.5 km dalam kawasan CAPC dengan status pinjam pakai dan tidak jelas pinjam pakainnya selama beberapa waktu dan pembangunan lapangan golf cenderawasih di markas Kodam XVIITrikora, kedua pembangunan diatas berada pada kawasan buffer zone untuk bagian selatan sedangkan bagian barat telah masuk ke kawasan inti. Juga hal yang sangat marusak terjadi dikawasan ini adalah pemukiman liar dalam kawasan buffer zone sampai dengan kawasan inti, dan hal ini bertolak belakang dengan peruntukan lahanruang kedua Pemda. 4.9. Persepsi Masyarakat terhadap Kebijakan Pembangunan disekitar Kawasan CAPC Kawasan CAPC menurut masyarakat lokal pemilik ulayat maupun penduduk migran yang bermukim disekitar kawasan tersebut sangat obyektif menurut kehidupan keseharian mereka. Persepsi masyarakat tentang CAPC berdasarkan laporan PKBI Papua 2003 dan berbagai diskusi yang dibangun dalam valuasi ekonomi cycloop disampaikan sebagai berikut: 65

4.9.1. Pandangan tentang keberadaan CAPC

ƒ Kebijakan pemerintah untuk melindungi CAPC. ƒ Harus ada peraturan yang tegas yang dibuat dan dipatuhi oleh pemerintah dan masyarakat. ƒ Pegunungan Cycloop harus dijaga. ƒ Harus dilindungi sebagai warisan leluhur. ƒ Tempat keramat arwah nenek moyang. ƒ Tidak boleh ada aktivitas pembangunan dalam kawasan CAPC. ƒ Merupakan pengakuan ibu sebagai tempat tinggal. ƒ CAPC tetap lestari, perlu dibangun dialog untuk mengingatkan. masyarakat migran yang bermukim di sekitar kawasan ini.

4.9.2. Pandangan tentang CAPC sebagai Sumber Air:

ƒ Dimanfaat sesuai dengan aturan adat. ƒ Harus dijaga agar tetap lestari untuk bisa diwariskan kepada anak cucuberkelanjutan. ƒ Bermanfaat bagi kehidupan manusia sebagai sumber air dari mata air dan sungai.

4.9.3. Pandangan tentang CAPC sebagai Sumber Hasil Hutan Kayu:

ƒ Kenyataannya merupakan susu ibu sebagai sumber dan tumpuan hidup sejak zaman dahulu. ƒ Pohon jangan ditebang sembarangan agar tidak longsorerosi ƒ Sumber pemenuhan kebutuhan hidup terdapat tanah yang subur, tumbuhan tanaman obat dan berbagai jenis kayu yang sangat dimanfaatkan ƒ Dimanfaatkan sesuai dengan aturan dan ketentuan adat ƒ Harus dibawah ketinggian 500 m dpl. 4.9.4. Pandangan terhadap Perubahan CAPC 4.9.4.1. Peran dan Program yang telah dilaksanakan Lembaga Pemerintah: ƒ Pembuatan saluran air bersih, perumahan, sarana kesehatan dan pendidikan 66 ƒ Pihak Kehutanan, Pertahanan, Perkebunan, Pertanian dan Bapedalda melakukan penyuluhan tentang tanah dan lingkungan ƒ Pemasangan tapal batas CAPC ƒ Pemasangan papan pengumuman tentang kawasan CAPC Lembaga Non PemerintahLSM: ƒ Melakukan pemasangan pipa air dari sumber air bersih ƒ Melakukan pelestarian tanaman obat tradisional ƒ Melakukan pengembangan dan pemberdayaan ekonomi penduduk ƒ Memberikan pelatihan, pendidikan dan penyuluhan lingkungan Masyarakat: ƒ Ikut mendukung program pemerintah, tidak sembarang menebang pohonhutan ƒ Adanya himbauan kepala kampung untuk menjaga hutan dan reboisasi penanaman kembali lahan pingiranbantaran sungai. 4.9.4.2. Peran dan Program yang sedang dilaksanakan Lembaga Pemerintah: ƒ Pembangunan jalan Depapre – Doromena yang belum selesai ƒ Pembangunan fasilitas kampung ƒ Melakukan pengamanan terhadap kawasan CAPC ƒ Melakukan penghijauan ƒ Melakukan penertiban pemukiman masyarakat migran. Lembaga Non Pemerintah LSM: ƒ Mendiskusikan peran dan upaya pelestarian pentingnya kawasan CAPC bagi kehidupan manusia ƒ Melakukan pendampingan melalui program pemberdayaan dan penguatan ekonomi rakyat. Masyarakat: ƒ Membantu pemerintah untuk menjaga sumber air ƒ Menanam tanaman jangka panjang pada lahan rawan longsor 67

4.9.4.3. Peran dan Program yang diharapkan Lembaga Pemerintah:

ƒ Perlu adanya reboisasi dengan tanaman keras, serta pendampingan dan pembinaan bagi masyarakat. ƒ Membangun ekonomi rakyat yang lebeih baik sehingga masyarakat tidak tergantung dan merusak kawasan Cycloop. ƒ Adanya perhatian dalam kebutuhan dasar masyarakat, agar tetap terlindungi. ƒ Adanya kerjasama dan mitra antara pemerintah, Dewan Adat dan Kepala Suku dalam upaya pelestarian CAPC. ƒ Perlu adanya ketegasan dari pemerintah tentang fungsi kawasan ini, tanpa mengabaikan pemberdayaanperanserta masyarakat. ƒ Melibatkan masyarakat baik dalam dan luar kawasan dalamprogram penghijauan ƒ Adanya kebijakan dan keputusan yang tidak merugikan berbagai pihak, terutama masyarakat pemilik ulayat. Lembaga Non PemerintahLSM: ƒ Memberikan bantuan dan pendampingan dalam program pemberdayaan masyarakat lingkungan ƒ Melindungi masyarakat untuk melakukan kontrol terhadap pemerintah berkaitan dengan keberadaan CAPC. ƒ Melakukan penyuluhan dan diskusi dengan masyarakat tentang fungsi CAPC ƒ Mengingatkan pemerintah apa yang dikawatirkan tentang CAPC, bahwa masyarakat dapat menjaga kawasan ini sebagai hak ulayatnya, namun bagaimana kompensasinya. Masyarakat ƒ Menanam kembali tanaman jangka panjang pada kawasan CAPC ƒ Membantu pemerintah untuk menjaga dan melindungi pepohonan yang baru ditanam bersama-sama ƒ Tidak menebang pohon sembarangan. Masyarakat merasakan bahwa pembangunan yang selama ini diselenggarakan oleh pemerintah tidak menyentuh kebutuhan masyarakat, namun sebaliknya lebih memihak pada kepentingan pemerintah. Hal ini diakibatkan oleh karena pemerintah tidak melibatkan masyarakat secara langsung dalam 68 perencanaan, penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi jalannya kebijakanprogram pemerintah. Oleh sebab itu, masyarakat berharap kedepannya pemerintah akan melibatkan masyarakat secara langsung dalam penyusunan program pengelolaan CAPC. Masyarakat tidak setuju dengan tapal batas CAPC yang hanya 250 m dpl. Masyarakat dibagian Utara Cycloop lewat Dewan Adat menolak keputusan ini dan mengusulkan agar tapal batasnya dinaikan menjadi 500 m dpl. Sebab untuk wilayah utara Cycloop sangat terjal, sehingga tidak memberikan ruang bagi masyarakatuntuk melakukan kegiatan. Untuk masalah ini belum mendapat tanggapan dari Pemerintah Pusat. Masyarakat melihat bahwa berbagai kebijakan pemanfaatan ruang seperti pembangunan jalan melintansi CAPC tidak sesuai dengan tata ruang KabupatenKota Jayapura, perizinan pemukiman akibat akses jalan, pertambangan golongan C dan perkebunan atau perladangan berpindah-pindah yang mengakibatkan kerusakan dan kekeringan sumber air sebagai akibat dari pemerintah tidak serius menangani permasalahan yang terjadi di Cycloop. Hal ini menunjukkan lemahnya koordinasi antara instansi terkait. Cuplikan wawancara tentang pandangan stakeholders yang berkepentingan dengan pengelolaan kawasan CAPC yang dikelompokkan menjadi 4 kelompok adalah: 1 kelompok stakeholders mandat sosial utama, 2 Kelompok stakeholders signifikan, 3 kelompok stakeholders bertentangan dan 4 kelompok stakeholders tidak relevansepihak, disajikan pada Lampiran 2. Dari Lampiran 2 diklasifikasikan pandangan para aktor sehubungan dengan pelestarian terhadap ketersediaan air di kawasan CAPC, para aktor pemerintah, swasta dan masyarakat adat memiliki pemahaman yang sama yaitu menyelamatkan CAPC dari kerusakan. Namun perbedaan yang menyolok adalah setiap aktor mempunyai kepentingan tersendiri, sehingga seringkali hal-hal yang menjadi kesepakatan umum masih tetap dilanggar.

4.10. Faktor Internal dan Eksternal Analisis SWOT Arahan Pengembangan Pengelolaan