IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian 4.1.1. Iklim
Kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloop secara umum termasuk beriklim tropis. Curah hujan bulanan rata-rata tercatat di stasiun Sentani dan stasiun
Jayapura dalam 10 sepuluh tahun terakhir adalah sebesar 164,6 mm. Curah hujan tertinggi tercatat sebesar 233,3 mm pada bulan April dan terendah sebesar 94,1 mm
pada bulan September. Perbedaan antara musim penghujan dengan musim kemarau dan musim dingin Barat dengan musim angin Timur relatif tidak nyata, oleh
karena hujan Turun hampir sepanjang tahun. Jumlah hari hujan rata-rata tahunan tercatat sebesar 188 hari. Musim Barat berlangsung antara bulan November hingga
Desember. Suhu udara bulanan rata-rata adalah sebesar 27,5
C, dengan suhu udara tertinggi 27,8
C dan terendah 27,2 C. Kelembaban udara rata-rata bulanan tercatat
sebesar 82,3 , dengan kelembaban tertinggi sebesar 83,2 dan terendah 80,5 .
4.1.2. Topografi
Cagar Alam Pegunungan Cycloop merupakan jantung pegunungan yang terdiri dari sebaris puncak yang melintangi dari arah Timur ke arah Barat. Ketinggiannya
mencapai 1.880 meter dpl G.Rafeni = Puncak Tertinggi dari gugusan pegunugan cycloop. Sebagian besar kawasan ini, sisi pegunungannya amat curam, kemiringan
lereng 0 - 8 hingga 40. Sedangkan pada kaki gunung Cycloop kelerengan antara 0 - 8 hingga 25 - 40. Kelerengan didominir oleh areal agak curam 15 –
25 ketinggian berkisar antara 25 – 325 meter dpl. Terdapat tebing-tebing yang mengelilingi juga melengkung tajam. Disebelah dataran ini , guguran batuan
pegunungan ini tampak berupa sebaran batu dan kerikil, yang memenuhi sebagian lembah hingga ke selatan Kota Jayapura dan Danau Sentani.
Disisi utara, terdapat cuatan dan tebing Pegunungan ini hingga membentuk tanjung kecil sepanjang pantai yang di kikis oleh lautan menjadi tebing-tebing tidak
stabil. Dibeberapa tempat dengan gua-gua litoral. Teluk-teluk yang kecil terbentuk diantaranya menimbulkan pantai yang umumnya terdiri dari pasir atau kerikil halus.
4.1.3. Geologi
Struktur geologis pegunungan ini ditentukan oleh posisinya terhadap sentuhan contact zone dua lempengan litosfir besar, lempengan kontinen Australia dan
lempengan samudera Pasifik. Pada umumnya inti dari pegunungan ini terdiri dari batuan metamorfosik seperti : scista, gueniss dan amphibolit dikelilingi oleh bagian
batuan basik atau ultra basik seperti gabro, basalt, serpentin dan periodotite. Bagian luarnya dilapisi oleh batuan kapur karang tertier. Sedangkan bagian-bagian
lembahnya yang terbentang luas diantaranya pegunungan ini dengan Danau Sentani bagian luarnya terdiri dari sedimen yang membentuk lapisan kerikil halus.
Batas kawasan ini ditandai dengan batas alam yang tegas, yaitu di sebelah utara kawasan ini berbatasan dengan laut Pasifik, di sebelah selatan berbatasan
dengan Danau Sentani, di sebelah timur berbatasan dengan Teluk Yos Sudarso dan Teluk Yotefa dan disebelah barat berbatasan dengan Teluk Depapre dan teluk
Tanah Merah. Topografi wilayah kawasan ini terdiri bergelombang ringan hingga wilayah bergelombang berat. Informasi tentang struktur geologi di kawasan ini
sangat kurang. Menurut pendapat para ahli geografi bahwa kawasan pegunungan ini, pada mulanya merupakan suatu daratan yang terlepas dari daratan Papua.
Daratan ini terbentuk lebih dahulu dari daratan rendah sekitarnya. Hal ini terbukti dengan struktur batuan dan tanah yang ada saat ini serta tumbuh-tumbuhan
yang hampir menunjukkan ciri yang berbeda dengan dataran rendah disebelah selatannya. Terutama jenis pandanus sp yang tumbuh segaris panjang selatan
kawasan ini. Struktur batuan di wilayah ini memiliki persamaan dengan batuan di kawasan
pegunungan Bougenville di wilayah Papua New Guinea dan pegunungan Arfak di Kepala Burung Manokwari serta Jobi di Pulau Yapen.
Struktur geologi di kawasan ini terbagi dalam 3 tiga kelompok besar yaitu struktur batuan karang ultrabasa yang terdapat pada jenis tanah laterik di tanjung
Tanah Merah. Struktur geologi crystalline schists, gneisses batuan karang ultra- morpich yang terdapat di sebelah timur kawasan ini, mulai dari Kotaraja hingga Teluk
Tanah Merah Baker 1955, dalam van Royen 1963. Sebagian struktur diatas berbentuk pada zaman para Eocene, terutama struktur geologi crystalline dan
sebagian struktur geologi kemungkinan berbentuk pada zaman tertier muda van Royen 1963.
Iklim di kawasan ini tergolong dalam zona iklim tropik yang selalu basah oleh karena pengaruh jumlah curah hujan dan ketinggian wilayah.
4.1.4. Hidrologi
Kondisi hidrologi kawasan Cycloop secara rinci belum diketahui dengan pasti, oleh karena belum tersedia informasi mengenai beberapa parameter hidrologi,
seperti infiltrasi pada tanah atau batuan, evaporasi dan transpirasi, serta run-off daerah tersebut. Berdasarkan peta sungai di kawasan Cycloop, diketahui bahwa
sekitar 34 sungai yang mengalir umumnya berhulu di puncak Cycloop, mengalir ke utara menuju Samudera Pasifik dan ke selatan menuju Danau Sentani, di antaranya
sungai Sumbergoni, APO, Acai, Anafre, Kamwolker dan Pos Tujuh. Sungai-sungai di kawasan ini banyak yang hilang masuk ke dalam tanah,
kemudian muncul kembali di tempat tertentu. Kondisi tersebut dipengarui oleh sistem hidrogeologi setempat yang umumnya melintasi batuan dengan sistem rekahan.
Oleh karena porositas batuan sangat rendah, permeabilitas batuan di kawasan ini di perkirakan cenderung di pengaruhi oleh rekahan yang ada pada batuan. Pada
intensitas dan frekuensi bidang diskontinu yang besar, maka sifat lulus air dapat menjadi lebih besar.
4.1.5. Vegetasi
Tipe-tipe vegetasi di kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloop, bervariasi dan terbagi dalam tipe:
a. Tipe Vegetasi
Mangrove. b.
Tipe Vegetasi Hutan Hujan Pegunungan Lowland Rainforest. c.
Tipe vegetasi Hutan Pegunungan Mountain Forest. d.
Tipe vegetasi Hutan Sekunder Secunder vegetation. e.
Tipe vegetasi Padang Rumput Grassland 4.1.6. Flora dan Fauna
Potensi flora dan fauna yang dimiliki oleh kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloop sangat tinggi. Hal ini terbukti dengan sejumlah kegiatan penelitian potensi
SDA yang dilakukan oleh sejumlah peneliti antara lain: 1 1889 J.M. Dumas, Botanical collection, 2 1903 Atastri Djibdja, Botanical
Collection., 3 1911 Gjellerup, Botanical Collection 4 1914 Gibbs, Botaniocal Collection, 5 1928 Ernts Mayr, Ornithology 6 1936 Evelyn Cheesman,
Entomology, 7 1938-1939 Archbold expedition, Botanical Collection.8 1954 Forestry Departement van Royen, Botanical Collection.91961 Sleuner
Hoogland, Botanical Collection.10 1980 FAO, John Rattcliff, Tim Flannery, UNCEN, WWF dan 11 1999 CI Yemang Yongsu, Conservation International, 2003.
Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para peneliti tersebut memberikan indikasi bahwa potensi sumberdaya alam yang dimiliki oleh kawasan Cagar Alam
Pegunungan Cycloop sangat tinggi dan beragaram. Sejumlah penelitian yang dilakukan oleh WWF Region Sahul Papua dijumpai
278 jenis burung dan 112 sudah diketahui keberadaannya, mamalia sebanyak 86 jenis dan 40 jenis baru yang diketahui Petocz, de Fretes 1984, Ratcliffe, 1985.
Disamping itu, penelitian terbaru 1999 - 2001 yang juga dilakukan oleh Conservation International ditemukan beberapa spesies terbaru endemik wilayah
ini. Periode Tahun 1999 ditemukan 12 spesies reptil dan 5 spesies katak de Fretes, 1999 , sedangkan di Tahun 2000 ditemukan 26 spesies reptil, 8 spesies katak
antara lain jenis tumbuhan sebanyak 127 jenis, 90 jenis burung, 8 jenis mamalia termasuk dalam kelompok kelalawar 3 Jenis, Possum dan Tikus. Sedangkan
Herpetofauna sebanyak 26 jenis reptil kadal, ular,penyu dan 8 jenis kodok. Jenis ikan air tawar yang ditemukan diwilayah ini sebanyak 34 jenis ikan air tawar.
Serangga Kupu-kupu berhasil ditemukan sebanyak 66 jenis kupu-kupu siang.
4.1.7. Sistim Pemerintahan
Secara administrasi kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloop berbatasan dengan sejumlah wilayah administratif kecamatan antara lain:
a. Jayapura Utara