Pendekatan Analisis Hirarki Proses AHP

23 pertentangan mengenai subtansi atau pokok permasalahan yang diperkarakan, kepentingan prosedural dan psikologis; dan Kelima, Konflik struktural structural conflict adalah keadaan dimana secara struktural atau suatu keadaan diluar kemampuan kontrolnya pihak-pihak yang berurusan mempunyai perbedaan status kekuatan, otoritas, kelas atau kondisi fisik yang tidak berimbang. Menurut Malik et al. 2003 adapun acuan sebab-sebabnya konflik itu menyangkut tiga hal, yakni Pertama, Ketidakadilan akses dan kontrol berbagai kelompok sosial terhadap tanahlahan dan kekayaan alam; Kedua, Ketidakadilan pemanfaatan tanah dan kekayaan alam, terutama perihal berbagai usaha dan organisasi serta kehidupan diatas tanahlahan, dan Ketiga, pemusatan pengambilan keputusan berkenan dengan akses dan kontrol serta pemanfaatan tanah dan kekayaan alam. Penanganan konflik menurut Mastenbroek 1985 dalam Sahwan 2002, adalah perlunya pembagian tugas dan wewenang tugas dan wewenang jelas, penentuan prioritas serta pengenalan prosedur yang lebih baik dari yang sebelumnya.

2.6. Pendekatan Analisis Hirarki Proses AHP

Analisis Hiraraki Proses AHP dikenal dengan istilah Proses Hirarki Analitik PHA atau Analisis Jenjang Keputusan AJK, pertama kali dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1970-an. AHP didesain untuk menangkap secara rasional persepsi orang yang berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu, melalui prosedur yang didesain untuk sampai pada suatu skala preferensi di antara berbagai sel alternatif. Analisis merupakan suatu pendekatan analisis yang bertujuan untuk membuat suatu model permasalahan yang tidak mempunyai suatu struktur, dan biasanya diterapkan untuk masalah-masalah yang terukur kualitatif, maupun masalah- masalah yang memerlukan pendapat judgement maupun pada situasi yang kompleks atau masalah yang tidak terstruktur, pada situasi dimana data, informasi statistik sangat minim atau tidak ada sama sekali dan hanya bersifat kualitatif yang didasari oleh persepsi, pengalaman maupun intuisi. Selain AHP juga banyak digunakan pada pengambilan keputusan untuk banyak kriteria, perencanaan, alokasi sumberdaya, dan penentuan prioritas dan strategi-strategi yang dimiliki pemain dalam situasi konflik Saaty, 1993. 24 AHP merupakan analisis yang digunakan dalam pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem, dimana pengambilan keputusan berusaha memahami kondisi sistem dan membantu melakukan prediksi dalam mengambil keputusan. Dalam penerapannya, Saaty 1993 menyarankan sedapat mungkin menghindari penyederhanaan seperti membuat asumsi-asumsi dengan tujuan dapat diperoleh model yang kuantitatif. Dalam penyelesaian permasalahan dengan AHP ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain : 1. Dekomposisi, setelah didefinisikan maka dilakukan dekomposisi yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika menginginkan hasil yang akurat maka, dilakukan pemecahan unsur-unsur tersebut sampai tidak dapat dipecahkan lagi sehingga didapat beberapa tingkatan dari persoalan tadi. 2. Comparative Judgment, prinsip ini berarti membuat penilain tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini lebih mudah disajikan dalam bentuk perbandingan berpasangan pairwise comparation. 3. Synthis of Priority, dari setiap matrik pairwise comperation kemudian dicari eigen vektornya untuk mendapat prioritas lokal. Karena matrik pairwise compaparation terdapat suatu tingkat maka untuk mendapat prioritas global harus dilakukan sistesis diantara prioritas lokal. Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bentuk hirarki. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif menurut prosedur sintesis dinamakan priority setting. 4. Logical Consistency, konsistensi memiliki dua makna, makna pertama bahwa obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keragaman dan relevasinya. Kedua adalah tingkat hubungan antara objek- objek yang didasarkan pada kriteria tertentu. 5. Pendekatan AHP menggunakan skala Saaty, 1993 mulai dari bobot 1 sampai 9. Nilai bobot 1 menggambarkan sama penting untuk atribut yang sama skalanya selalu diberi nilai bobotnya 1, sedangkan nilai 9 25 menggambarkan kasus atribut yang “ penting absolut” dibandingkan dengan lainnya. Menurut Suryadi 2000 dalam Sahwan 2002, kelebihan AHP dibandingkan dengan yang lainnya adalah: 1. Struktur yang berhirarki, sebagai kosekuensi dari kriteria yang dipilih, pada sub kriteria yang paling dalam. 2. Memperhitungkan validasi sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan 3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan. 4. Mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi objektif dan multi-kriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dalam setiap elemen dalam hirarki. Tahap paling penting dari AHP adalah penilaian pasangan judgement antara faktor pada suatu tingkat hirarki. Penilain ini dilanjutkan untuk memberikan bobot nomerik atau verbal berdasarkan perbandingan berpasangan antara faktor yang satu dengan faktor yang lainnya. Selanjutnya melakukan analisis untuk menentukan faktor mana yang paling tinggi atau paling rendah peranannya terhadap level atas dimana faktor tersebut berada. Penilaian diperoleh melalui partisipan yang akan mengevaluasi setiap himpunan faktor secara berpasangan satu dengan yang menyatakan kepentingan faktor tersebut pada tingkat yang lebih tinggi pada hirarki yang dibentuk. Keberhasilan penggunaan AHP tergantung pada bagaimana penggunaan hirarki yang tepat dan problem yang tidak terukur sampai pada pengambilan keputusan, karena AHP mampu mengkonversi faktor-faktor yang tidak dapat diukur intagible dalam aturan yang biasa dibandingkan. Untuk mengisi perbadingan tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen lain, maka dapat digunakan pembobotan berdasarkan skala AHP yang disampaikan oleh Saaty 1993 disajikan pada Tabel 3. 26 Tabel 3. Skala Banding secara Berpasangan Model Saaty Intensitas Pentingnya Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen yang dibandingkan sama pentingnya equal Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar pada sifat itu 3 Elemen yang sedikit lebih penting dibanding elemen yang lain moderate Pengalaman dan pertimbangan sedikit mendukung satu elemen yang lainnya 5 Elemen yang satu sangat penting dibanding elemen lainnya strong Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat mendukung satu elemen atas elemen yang lainnya 7 Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen lainnya very strong Satu elemen dengan kuat mendukung, dominansi mendukung tingkat penegasan tinggi yang mungkin menguat 9 Satu elemen mutlak lebih penting dibandingkan elemen lainnya extreme Bukti yang mendukung elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan 2,4,6,8 Apabila ragu-ragu diantara kedua elemen yang diperbandingkan didekati dengan nilai yang berdekatan Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan 1-9 Jika untuk aktivitas i mendapat suatu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikan bila dibandingkan dengan i Sumber: Saaty, 1993

2.7. Pendekataan AHP dalam Kerangka Manfaat Biaya