85
100 µm 100 µm
100 µm 100 µm
100 µm 100 µm
Tabel 13.
Ukuran granula sampel
No. Sampel
Ukuran Granula
µm
1. Tapioka A
3-40 2. Tapioka
B 3-40
3. Tapioka C
3-30 4. Tapioka
D 3-30
5. Tapioka E
3-30 6. Tapioka
F 3-40
Gambar 10 . Granula Pati Tepung Tapioka A, B, C, D, E, dan F
2. Kehalusan lolos ayak
Kehalusan tepung tapioka berbeda nyata pada taraf signifikansi 0.05 P0.05, baik pada penyaringan dengan menggunakan ayakan
86 no.50, no.100, maupun no.140 Lampiran 5c. Hasil pengukuran
kehalusan lolos ayak dapat dilihat pada Tabel 14. Kehalusan sampel pada ayakan no.50 tidak berbeda nyata pada
semua sampel tepung tapioka P0.05. Kehalusan sampel pada ayakan no.100 tidak berbeda nyata antara tapioka B, C, D, E, dan F P0.05.
Kehalusan sampel pada ayakan no.150 tidak berbeda nyata antara tapioka B, C, D, dan F P0.05.
Tabel 14. Hasil pengukuran kehalusan sampel
Kehalusan sample No.
Sampel No.50 300
µ
m No.100 150
µ
m No. 140
106
µ
m
1. Tapioka A
98.90
a
91.81
a
87.72
a
2. Tapioka B
99.83
a
96.81
b
92.10
b
3. Tapioka C
99.65
a
98.23
b
93.83
b
4. Tapioka D
99.83
a
98.65
b
93.55
b
5. Tapioka E
99.78
a
98.95
b
96.98
c
6. Tapioka F
99.63
a
95.69
b
92.43
b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukan nilai yang
tidak berbeda nyata P0.05 Kehalusan tepung tapioka tidak dipersyaratkan dalam SNI, namun
mengacu pada TIA The Tapioca Institute of America, maka kualitas tepung tapioka yang digunakan dalam penelitian ini, berdasarkan
kehalusannya, termasuk ke dalam kategori grade C karena kehalusan semua sampel tepung tapioka telah memenuhi standar lolos ayak pada
ayakan no.60 yaitu 95. Sementara itu, kehalusan semua sampel tepung tapioka yang diayak dengan ayakan no.80 dan no.140 tidak memenuhi
standar yang ditetapkan oleh TIA karena tidak memenuhi standar lolos ayak pada ayakan no.80 dan no.140 yaitu sebesar 99.
3. Derajat Putih
Derajat putih antara tapioka A dan D tidak berbeda nyata, begitu juga derajat putih antara tapioka B dan F tidak berbeda nyata, serta
derajat putih antara tapioka C dan E tidak berbeda nyata P0.05.
87 Derajat putih terbesar dimiliki oleh tapioka D dan terendah dimiliki oleh
tapioka F. Menurut Meyer 1960 dalam Mulyandari 1992, derajat putih
sangat dipengaruhi oleh proses ekstraksi pati. Semakin murni proses ekstraksi pati, maka tepung yang dihasilkan akan semakin putih. Jika
proses ekstraksi pati dilakukan dengan baik maka semakin banyak komponen pengotor yang hilang bersama air pada saat pencucian pati.
Secara umum, nilai derajat putih keenam sampel tepung tapioka telah memenuhi SNI 01-3451-94 baik pada kategori mutu I yaitu minimal
94.5, maupun mutu II yaitu minimal 92, dan mutu III yaitu kurang dari 92. Derajat putih tepung tapioka dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Derajat putih sampel
No. Sampel
Derajat putih
1. Tapioka A
99.91
a
2. Tapioka B
95.62
b
3. Tapioka C
97.79
c
4. Tapioka D
100.00
a
5. Tapioka E
97.90
c
6. Tapioka F
95.22
b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukan
bahwa nilainya tidak berbeda nyata P0.05
4. Daya Kembang Swelling power dan Kelarutan