Hakikat Metode Pembelajaran DESKRIPSI TEORITIK 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa Asing
pintar lebih mendominasi, apabila ada tugas-tugas sering diborong oleh peserta didik yang pintar dan pemilihan ketua kelompok biasanya ditentukan oleh guru.
Roger dan David Johnson dalam Suprijono 2010: 58 mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk
mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah 1 Positive interdepence saling
ketergantungan postif, 2 personal responsibility tanggung jawab perseorangan, 3 face to face promotive interaction interaksi promotif, 4
interpersonal skill komunikasi antar anggota dan 5 group processing
pemrosesan kelompok. Jarolimek Parker dalam Isjoni 2010: 24 mengatakan keunggulan yang
diperoleh dalam cooperative learning ini adalah 1 saling ketergantungan yang positif, 2 adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu, 3 peserta
didik dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, 4 suasana kelas yang rileks dan menyenangkan, 5 terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat
antara peserta didik dengan guru, dan 6 memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan. Selain memiliki
keunggulan, cooperative learning juga memiliki kelemahan. Kelemahan dari cooperative learning
bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam intern dan faktor dari luar ekstern. Faktor dari dalam, yaitu 1 guru harus
mempersiapkan pembelajaran secara matang, di samping itu memerlukan banyak tenaga, pemikiran dan waktu, 2 agar proses pembelajaran berjalan lancar maka
dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai, 3 selama
kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan, dan 4 saat diskusi kelas, terkadang didominasi sesesorang, hal ini mengakibatkan peserta didik yang lain menjadi pasif Isjoni,
2010: 24. Pada dasarnya model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum
Arends 2008: 5 yaitu 1 agar hasil belajar peserta didik meningkat, 2 agar peserta didik dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, dan 3 agar
peserta didik dapat mengembangkan keterampilan sosial. Teknik-teknik pembelajaran dalam cooperative learning menurut Huda
2011: 134-153, antara lain: 1 mencari pasangan Make a Match, 2 bertukar pasangan, 3 berpikir-berpasangan-berempat Think-Phair-Shair, 4 berkirim
salam dan soal, 5 kepala bernomor Numbered Heads, 6 kepala bernomor berstruktur, 7 dua tinggal dua tamu Two Stay Two Stray, 8 keliling kelompok,
9 kancing gemerincing, 10 lingkaran dalam - lingkaran luar Inside- Outside Circle,
11 tari bambu, 12 jigsaw, dan 13 bercerita berpasangan Paired Story Telling.
Salah satu teknik dari Cooperative Learning adalah teknik Two Stay Two Stray.
Teknik ini dirasa tepat diterapkan dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jerman, karena teknik Two Stay Two Stray ini memberikan
kesempatan yang optimal kepada masing-masing peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran berbicara bahasa Jerman. Dengan teknik ini peserta didik
didorong untuk berpikir keras dalam menyelesaikan permasalahan dengan