72
Dengan demikian, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 mengatur
Pemutusan Hubungan Kerja pada: 1. Badan usaha yang berbadan hukum atau tidak;
2. Badan usaha milik orang perseorangan, persekutuan, badan hukum swasta maupun badan hukum milik negara;
3. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
2. Jenis-Jenis Pemutusan Hubungan Kerja a Pemutusan Hubungan Kerja Oleh Pengusaha
Pemutusan hubungan kerja oleh pengusaha merupakan jenis pemutusan hubungan kerja yang kerap terjadi. Hal ini disebabkan:
a. Perusahaan mengalami kemunduran sehingga perlu rasionalisasi atau pengurangan jumlah pekerjaburuh;
b. Pekerjaburuh telah melakukan kesalahan, baik kesalahan yang melanggar ketentuan yang tercantum dalam peraturan perusahaan, perjanjian kerja atau
perjanjian kerja bersama, maupun kesalahan pidana. Dalam hal pemutusan hubungan kerja dengan alasan rasionalisasi atau
kesalahan ringan pekerjaburuh dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dalam Pasal
151 ayat
1 ditentukan
bahwa “Pengusaha,
pekerjaburuh, serikat
pekerjaserikat buruh, dan pemerintah, dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja.
Universitas Sumatera Utara
73
Dalam hal segala upaya tersebut di atas telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib
dirundingkan oleh pengusaha dan serikat pekerjaserikat buruh atau dengan pekerjaburuh apabila pekerjaburuh yang bersangkutan tidak menjadi anggota serikat
pekerjaburuh. Perundingan
harus dilakukan
secara musyawarah
mufakat dengan
memperhatikan: a. Tingkat loyalitas pekerjaburuh kepada perusahaan;
b. Masa kerja; c. Jumlah tanggungan pekerjaburuh yang akan diputuskan hubungan kerjanya.
Dalam hal perundingan benar-benar tidak menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja dengan pekerjaburuh setelah
memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian perselisiah hubungan industrial yang dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 diganti menjadi Pengadilan
Hubungan Industrial.
b Pemutusan Hubungan Kerja oleh Pengadilan
Pemutusan Hubungan Kerja oleh pengadilan maksudnya bukanlah oleh pengadilan hubungan industrial, tetapi oleh pengadilan negeri. Pengusaha dapat
memutuskan hubungan kerja terhadap pekerjaburuh melalui pengadilan negeri dengan alasan pekerjaburuh telah melakukan kesalahan berat diantaranya:
a. Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan, barang, danatau uang milik perusahaan;
Universitas Sumatera Utara
74
b. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan perusahaan;
c. Mabuk, minum minuman keras yang memabukkan, memakai danatau mengedarkan narkotika, psitropika, dan zat adiktif lainya dilingkungan kerja;
d. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja; e. Menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman sekerja
atau pengusaha, dilingkungan kerja; f.
Membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;
g. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik peurusahaan
yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan;
h. Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pengusaha dalam keadaan bahaya di tempat kerja;
i. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya
dirahasiakan kecuali untuk kepentingan negara; atau j.
Melakukan perbuatan lainya di lingkungan perusahaan yang diancam pidana penjara lima tahun atau lebih.
Kesalahan berat diatas harus didukung dengan bukti antara lain: a. Pekerjaburuh tertangkap tangan
b. Ada pengakuan dari pekerjaburuh yang bersangkutan, atau
Universitas Sumatera Utara
75
c. Ada bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak yang berwenang diperusahaan yang bersangkutan dan didukung oleh sekurang-
kurangnya dua orang saksi.
c Pemutusan Hubungan Kerja Demi Hukum
Pemutusan hubungan kerja demi hukum dapat terjadi dalam hal berikut: a. Pekerjaburuh
mengundurkan diri
atas kemauanya
sendiri, berhak
memperoleh uang pengganti hak, sementara itu bagi pekerjaburuh yang mengundurkan diri atas kemaunya sendiri, yang tugas dan fungsinya tidak
mewakili kepentingan pengusaha secara langsung, selain menerima uang pengganti hak juga diberikan uang pisah yang besar dan pelaksanaanya diatur
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama, pekerjaburuh yang mengundurkan diri harus memenuhi syarat:
1. Mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis selambat- lambatnya tiga puluh hari sebelum tanggal mulai pengunduran diri;
2. Tidak terikat dalam ikatan dinas; dan 3. Tetap melaksanakan kewajibanya sampai tanggal pengunduran diri.
b. Pemutusan hubungan kerja dengan alasan pengunduran diri atas kemauan sendiri dilakukan tanpa mengajukan gugatan kepada pengadilan hubungan
isndustrial. c. Perubahan status, penggabugan, peleburan, atau perubahan kepemilikan
perusahan dan pekerjaburuh tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja. Dalam hal yang demikian, pekerjaburuh berhak atas uang pesangon sebesar
satu kali, sebaliknya jika karena perubahan status, penggabungan atau
Universitas Sumatera Utara
76
peleburan perusahaan, dan pengusaha tidak bersedia menerima pekerjaburuh di perusahaannya, maka pekerjaburuh berhak atas uang pesangon sebesar dua
kali. d. Perusahaan tutup, karena perusahaan mengalami kerugian secara terus
menerus selama dua tahun sehingga perusahaan terpaksa harus ditutup, atau keadaan memaksa force majeur, pengusaha dapat melakukan pemututsan
hubungan kerja, dengan ketentuan pekerjaburuh berhak atas uang pesangon sebesar satu kali.
Karena rasionalisasi, pengusaha juga dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerjaburuh yang diputuskan hubungan kerjanya berhak atas
uang pesangon sebesar dua kali dari yang ditentukan. Dalam hal rasionalisasi ini, pekerjaburuh yang akan diputuskan hubungan
kerjanya, harus diperhatikan: 1. Masa kerjanya;
2. Loyalitasnya; 3. Jumlah tanggungan keluarganya.
e. Perusahaan Pailit, pengusaha melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerjaburuh karena perusahaan pailit, dengan ketentuan pekerjaburuh
berhak atas uang pesangon sebesar satu kali. f.
Pekerjaburuh meninggal dunia, dalam hal hubungan kerja berakhir karena pekerjaburuh meninggal dunia, kepada ahli warisnya diberikan sejumlah
uang yang besar perhitungannya sama dengan perhitungan dua kali uang pesangon.
Universitas Sumatera Utara
77
g. Pemutusan Hubungan kerja karena pensiun, pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerjaburuh karena memasuki usia
pensiun yang iurannya dibayar penuh oleh pengusaha, pekerjaburuh tidak berhak mendapatkan uang pesangon sesuai ketentuan diatas.
h. Pekerjaburuh mangkir tidak masuk kerja, pekerjaburuh yang mangkir selama lima hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa keterangan secara
tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah dipanggil oleh pengusaha dua kali secara patut dan tertulis dapat diputus hubungan kerjanya
karena dikualifikasikan mengundurkan diri. Keterangan tertulis dengan bukti yang sah tersebut harus diserahkan paling lambat pada hari pertama
pekerjaburuh tidak masuk kerja, pemutusan hubungan kerja dengan alasan mangkir kepada pekerjaburuh yang bersangkutan berhak menerima uang
pengganti hak namun dapat diberikan uang pisah yang besarnya dan pelaksanaanya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama i.
Pemutusan hubungan kerja oleh pekerjaburuh, meskipun dalam praktek pemutusan hubungan kerja oleh pekerjaburuh sangat jarang atau bahkan tidak
mungkin ada, namun yuridis Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 pemutusan hubungan kerja oleh pekerjaburuh dimungkinkan. Dengan alasan
sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 169 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, pekerjaburuh dapat mengajukan permohonan pemutusan
hubungan kerja kepada pengadilan hubungan industrial. Alasan yang dimaksud yaitu dalam hal pengusaha melakukan perbuatan diantaranya:
Universitas Sumatera Utara
78
a. Menganiaya, menghina secara kasar, atau mengancam pekerjaburuh; b. Membujuk danatau menyuruh pekerjaburuh untuk melakukan perbuatan
yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; c. Tidak membayar upah tepat pada waktu yang telah ditentukan selama tiga
bulan berturut-turut atau lebih; d. Tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada pekerjaburuh;
e. Memerintahkan pekerjaburuh untuk melaksanakan pekerjaan diluar yang diperjanjikan;
f. Memberikan
pekerjaan yang
membahayakan jiwa,
keselamatan, kesehatan, dan kesusilaan pekerjaburuh, sedangkan pekerjaan tersebut
tidak dicantumkan pada perjanjian kerja. Pemutusan
hubungan kerja
dengan alasan-alasan
tersebut diatas,
pekerjaburuh berhak atas uang pesangon 2 dua kali, uang penghargaan masa kerja satu kali, dan uang penggantian hak.
3. Hak-Hak Tenaga Kerja Yang di PHK